signal

374 19 0
                                    

Sungguh sial nasib Alesha. Ia tak pernah merasa harinya seburuk ini. hari ini ia menjadwalkan pemotretan salah satu brand terbarunya. Ia sudah mengagendakan tempat dan jamnya. Modelnya pun juga sudah deal dengan itu. tetapi hal yang tak terduga terjadi. Bagian penting dalam acara pemotretan ini malah tidak datang. Ia terkena musibah dan tidak memungkinkan untuk datang. Alesha sudah menelpon rekannya yang juga berprofesi sebagai fotografer tetapi ternyata tidak bisa karena kesibukannya. Alesha tidak enak hati kalau harus mengcancelnya. Apalagi modelnya sudah ready dan tinggal difoto.

Tapi Tuhan masih berbaik hati padanya. walaupun ia sedikit ragu dengan ide gilanya ini. kebetulan sekali disana ada lelaki yang akhir-akhir ini memporak-porandakan pikirannya. Lelaki menyebalkan yang mengusik hati dan pikirannya. Tetapi sekarang di tangan lelaki itulah nasibnya berada. Tanpa pikir panjang Alesha pun berlari mengejar lelaki itu. ia tahu lelaki itu hendak menghindarinya, makanya ia langsung bergerak cepat untuk menghampirinya.

Alesha mengatur napasnya sejenak sebelum berbicara.napasnya tersengal-sengal akibat berlarian tadi.

“aku butuh bantuanmu.” Ucapnya to the point. Shaka mengernyitkan dahinya bingung. bantuan apakah yang diinginkan perempuan itu.

“sebenarnya aku disini ada pemotretan salah satu brand di butikku, tapi ternyata fotografernya terkena musibah dan tidak memungkinkan untuk kesini. Modelku sudah siap disana dan tak mungkin di cancel. Apakah kamu bisa menggantikan menjadi fotografernya?” tanya Alesha pada akhirnya. Ia bisa melihat keraguan di wajah Shaka..

“aku tidak bisa memotret model.” Ujarnya datar lalu berbalik hendak meninggalkan Alesha.

“bohong. Dulu kamu sering memotret banyak model. Kenapa sekarang tidak bisa?” tantang perempuan itu dengan berani.

“benarkah?  Apakah dulu aku seperti itu?” tanya Shaka dengan nada terkejut yang dibuat-buat.

“Tolonglah, aku butuh bantuanmu. Kalau perlu aku akan membayarmu berapapun yang kamu minta.” Pinta Alesha lagi kali ini dengan penuh kesungguhan.

“apakah aku terlihat seperti orang tidak mampu dan butuh uangmu?” tanya Shaka dengan nada yang menyebalkan membuat Alesha ingin sekali mencakar wajahnya itu.

“tenang Alesha, kamu hanya butuh sedikit bersabar.” Ujar Alesha dalam hati.

“baiklah, apapun yang kamu minta akan aku turuti asalkan kamu mau menjadi fotograferku kali ini. please!” Alesha kembali memohon. Berharap Shaka mau menerima tawarannya.

“Ok Deal.” Ucap Shaka tanpa pikir panjang lalu berjalan mendahului Alesha ke tempat pemotretan berada.
Alesha berjingkat senang dengan hal itu.  ia bisa bernapas lega sekarang. gadis itu pun mengikuti langkah Shaka ke tempat pemotretan berada. Ia hanya berharap bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.

***

“terimakasih udah mau bantu aku.” Ucap Alesha tulus pada Shaka yang sudah merampungkan tugasnya.
Shaka hanya mengangguk sebagai jawaban. Sejak tadi lelaki itu memang tidak banyak kata. Alesha pun memakluminya. Lelaki di depannya itu sudah berubah, dia bukanlah Shaka yang dulu lagi. Shaka yang ramah dan banyak bicara.

“kalau gitu aku pulang dulu. Assalamualaikum.” Pamit Shaka pada Alesha.

“Shaka!” panggil Alesha lagi membuat langkah Shaka terhenti.

“bagaimana dengan bayarannya? Kamu mau minta apa dari aku, aku akan penuhi.” Ujar Alesha, ia tak mau berhutang budi pada lelaki itu.

“aku belum memikirkanya. Mungkin nanti kalau kita bertemu lagi.” ujar Shaka lalu benar-benar beralalu dari hadapan Alesha.

Alesha mendengus kesal. Lelaki itu aneh sekali. Sekarang ia menjadi pria yang misterius dan susah ditebak. Alesha akhirnya menyerah dan kembali ke teman-temannya untuk membantu mereka membereskan propertinya.

“itu tadi siapa Le? Ganteng juga.” Tanya salah satu rekan Alesha.

“teman.” Jawab Alesha singkat. ia tahu rekannya itu genit dan pasti ia akan terus mencari tau tentang Shaka. Dan Alesha tidak mau itu terjadi.

“minta nomornya dong Le, lumayan nih gue lagi kosong.” Ujar temannya itu lagi membuat Alesha memutar bola matanya malas.

“gue gak punya. Udah deh fokus aja beresin itu.” ujar Alesha ketus. Lalu bergegas membawa peralatannya kembali kedalam mobil.

Alesha baru teringat satu hal, dia tidak punya kontak untuk menghubungi lelaki itu. ia tak tau bagaimana caranya ia bisa bertemu lagi dengan lelaki itu. ah, entahlah. Mungkin nanti mereka akan bertemu lagi entah bagaimana caranya.

***

“kamu sudah pulang nak? gimana kerjaan kamu?” tanya Baba Alesha pada putrinya. Alesha mencium tangan Babanya sebelum duduk merebahkan tubuhnya yang sudah lelah itu.

“alhamdulillah lancar Ba. Baba sudah makan?” tanya Alesha pada Babanya.

“belum. Baba menunggumu pulang agar kita bisa makan bersama.” Jawab Babanya yang langsung membuat Alesha bangun dari posisi rebahannya.

“Yaampun Ba, kan Ale udah pernah bilang, kalau Ale belum pulang Baba makan duluan aja. Nanti kalau Baba sakit gimana. Baba kan gak boleh telat makan.” Omel Alesha pada Babanya. Lalu dengan cepat Alesha berjalan menuju dapur untuk mengambilkan makanan yang sudah disediakan oleh Bibinya di meja makan. Lalu ia memberikannya pada Baba.

“terimakasih nak.” ucap Baba pada Alesha yang dijawab anggukan oleh gadis itu.

“kamu gak makan?” tanya Babanya

“sebentar lagi Ba, Ale mau istirahat dulu.” ucap Alesha lalu kembali menyandarkan badannya di sofa. Lalu tak lama sesuap nasi sudah berada di depan mulut Alesha. Ia pun membenarkan posisinya lalu melihat Babanya tersenyum padanya.

“kamu ngomelin Baba karena telat makan eh sendirinya juga telat makan mulu. Nih makan sama Baba.” Ucap Babanya sambil menyodorkan sesendok nasi di depan mulut Alesha. Mata Alesha berkaca-kaca mendapat perlakuan seperti itu dari Babanya. Ia pun membuka mulutnya untuk menerima suapan itu.

“terimakasih Baba udah jadi Baba terbaik buat Alesha.” Ucap Alesha dengan tulus. Air mata perempuan itu tak bisa dibendung lagi. ia pun memeluk Babanya, mencari kehangatan disana.

“selamanya Baba akan menjaga putri kecil Baba ini dengan sepenuh hati, walaupun nantinya akan ada lelaki yang menggantikan Baba untuk menjaga kamu.” ucap Babanya membuat suasana semakin haru.

“nggak, Alesha mau sama Baba aja. Baba itu sudah seperti rumah bagi Ale. Baba itu tempat Alesha kembali kemanapun Ale pergi.” Ucap Alesha

“nak, suatu saat nanti pasti akan ada lelaki yang memintamu pada Baba. Lelaki yang bertanggungjawab dan yang baik akhlaknya lah yang akan Baba terima nantinya. Baba tidak mau putri kecil baba ini jatuh ke tangan yang salah.” ucap Babanya sembari mengusap lembut rambut putrinya.

“Baba mau aku menikah?” tanya Alesha seakan tau maksud dari pembicaraan Ayahnya sejak tadi.

“kamu sudah dewasa dan Baba sudah semakin renta. Pastinya Baba ingin melihat kamu bahagia dengan lelaki yang tepat untuk kamu.” ucap Baba dengan penuh kelembutan.

“tapi aku belum ingin menikah Ba, aku masih ingin bersama Baba. Aku tidak mau meninggalkan Baba sendirian.” Ujar Alesha dengan nada sendu.

“Maka dari itu, Baba ingin kamu menikah dengan lelaki yang membuatmu selalu dekat dengan Baba, bukan lelaki yang malah menjauhkanmu dari Baba.” Ucap Babanya membuat Alesha berpikir sejenak. Adakah lelaki yang seperti itu di dunia ini? Alesha bahkan belum memikirkan sejauh ini mengenai jodohnya nanti.

“doakan saja ya Ba, semoga Alesha mendapatkan jodoh lelaki seperti itu.” ucap Alesha pada akhirnya.

“Baba selalu mendoakanmu dan sekarangpun Baba sudah tau orangnya.” Ucap Babanya sembari tersenyum samar.

“Hah? Maksud Baba?” tanya Alesha penasaran. Apa maksud ucapan Babanya tadi?

“ sudah, mari kita habiskan makanan ini lalu kamu istirahat.” Ucap Babanya mengakhiri percakapan sedangkan Alesha masih diam dengan seribu tanya di benaknya.

***

Aleshaka (sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang