scared

340 19 0
                                    

Sepulang kerja Shaka mendapati istrinya sedang memasak untuk makan malam. Sedari tadi istrinya hanya diam saja dan bicara seperlunya. Ini bukanlah Alesha. Ada apa dengan istrinya itu?

Disaat mereka makan pun hanya sunyi yang menemani. Shaka sudah mencari topik pembicaraan tapi Alesha tetap hanya menjawab singkat saja. Shaka jadi bingung dengan sikap istrinya itu. Apa dia ada salah dengannya ?

“Alesha sebenarnya kamu kenapa? Kamu mendiamkanku sedari tadi. Tolong bicaralah agar aku tau ada apa denganmu sebenarnya.” Ucap Shaka pada istrinya ketika mereka sudah berada di kamar mereka.

Alesha  menghela napas sejenak lalu berjalan membuka laci meja di samping ranjang mereka. Ia mengambil foto yang didapatnya tadi dan menunjukkannya pada Shaka.

“ini apa Mas? Apa maksud semua ini? Kamu bisa jelaskan padaku?” tanya Alesha dengan suara bergetar bercampur amarah.

“Alesha, itu hanya masalalu. Dia hanyalah masalalu untukku.” Ucap Shaka dengan nada terbata.

“Masalalu Mas? Kenapa kamu masih menyimpannya? Kamu masih berharap dia menjadi istrimu?” ucap Alehsa kemudian memberi jeda sejenak.

“dan kenapa ketika kemarin kamu melihatnya dan bertemu dengannya kamu tak bisa melepaskan tatapan matamu padanya? Kamu menatapnya dengan tatapan rindu. Oh, kamu masih menyimpan rasa dengannya? Perempuan yang kamu harapkan menjadi istrimu dulu Mas?” ujar Alesha kini semakin berani mengutarakan isi hatinya. Ya, bukankah ini yang diinginkan Shaka tadi.

“Alesha bukan seperti itu, aku sudah tidak memiliki perasaan dengannya lagi. Percayalah padaku.” Ucap Shaka lagi meyakinkan istrinya.

“dan satu lagi Mas, dulu kamu pernah mengigau namanya. Aku masih diam karena aku tak tau jika nama itu adalah nama perempuan yang memenuhi pikiran dan hatimu.” Kini Wajah Shaka menunjukkan ekspresi terkejut. Ia tak menyadari kalau ia pernah mengigaukan nama Maisha. Oh bodohnya dirinya.

“kenapa Mas? Kenapa diam? Kamu tadi menyuruhku untuk mengatakan apa yang aku rasakan kan? Dan inilah yang aku rasakan mas. Aku kecewa padamu. Aku sakit hati.” Ucap Alesha lagi dengan suara lantangnya. Shaka masih diam.

“oh, aku tau sekarang, kamu menikahiku karena kamu kasihan padaku karena kamu tau Baba mempunyai penyakit keras dan sewaktu-waktu bisa meninggal. Kamu kasihan karena aku nantinya akan menjadi anak sebatang kara? Ya, kamu hanya mengasihaniku karena selama ini kata cintapun tak pernah terlontar dari mulutmu.” Alesha kembali tesenyum pilu.

“Alesha, aku tidak pernah ada niatan menikahimu karena aku mengasihanimu.” Ucap Shaka melakukan pembelaan.

“Lalu apa alasannya?” tanya Alesha pada suaminya.

“Kamu begitu tiba-tiba melamarku dan sebulan kemudian kita menikah. Kemudian akhirnya kita menikah sampai saat ini. Apa mas alasannya? Jelaskan padaku.” Cecar Alesha pada suaminya. Tapi Shaka malah menunduk dalam tak tau harus menjawab apa. Jujur diapun tak tau mengapa ia harus menikahi Alesha. Kenapa dulu ia seberani itu.

“tak bisa menjawab Heh?” tanya Alesha dengan senyum miringnya. Alesha kecewa. Ia berharap suaminya memberikan jawaban yang mungkin saja bisa mengobati sedikit luka hatinya. Tapi tidak. Dia menghancurkan segalanya. Seluruh rasa yang Alesha miliki untuknya.
Alesha kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Shaka. Tapi tangannya berhasil dicekal oleh Shaka. Dengan kasar Alesha melepaskannya.

“kamu mau kemana Alesha.” Tanya Shaka pada Alesha. Tapi Alesha tak menghiraukannya.

“Alesha, maafkan aku.” Ucap Shaka sembari berusaha menahan istrinya.

“apa maaf bisa mengembalikan segalanya Mas? Tidak kan?” ucap Alesha ketus. Lalu kembali melanjutkan langkah kakinya.

“Alesha kamu mau kemana? Ini sudah malam.” Ucap Shaka khawatir ketika istrinya ingin pergi menggunakan mobilnya.

“bukan urusanmu.” Ucap Alesha acuh tak acuh. Shaka mengepalkan tangannya kuat. Tapi ia berusaha menahan amarahnya. Jika ia juga menggunakan amarah Alesha akan semakin menjadi.

“Alesha aku tak mengizinkanmu pergi.” Ucap Shaka yang membuat Alesha berdecih.

“Punya hak apa kamu melarangku.” Ucap Alesha dengan sengaja membuat Shaka menatapnya tak percaya.

“aku suamimu Alesha. Kamu tidak bisa pergi tanpa izinku.” Ucap Shaka dnegan suara yang naik satu oktaf itu. Ia sudah tak sabar menghadapi istrinya itu.

“suami? Suami  macam apa yang tega menyakiti istrinya sedalam ini? Coba pikirkan lagi mas.” Ucap Alesha lalu melajukan mobilnya meninggalkan Shaka yang masih termenung dengan kata-katanya tadi.

“Mas kejar Kak Alesha. Kenapa malah diam aja sih.” Bentak Hana yang sebenarnya sedari tadi menonton drama itu.

“Kamu jalan terus aja dek siapa tau kita ketemu nanti.” Ucap Shaka memberi solusi yang dijawab anggukan oleh Hana.

Ketika mereka sedang mencari keberadaan Alesha tiba-tiba hujan datang disertai dengan petir. Shaka semakin khawatir dibuatnya. Ia jadi teringat cerita Baba ketika mereka terakhir kali berkunjung ke bandung. Baba menceritakan segalanya padanya mengenai Alesha. Dan salah satunya ia menceritakan bahwa Alesha takut terhadap petir. Dia akan selalu berlari mencari Babanya dan minta dipeluk ketika mendengar bunyi petir.

“Hana, kita harus cepat menemukan Alesha.” Ucap Shaka pada adiknya.

“Iya Bang sabar. Ini juga lagi usaha kan. Lagian kan Hana dulu udah pernah bilang untuk memantapkan hati abang. Jadi gini kan masalahnya.” Omel Hana pada abangnya.

“Han, udah dong. Abang abis dimarahin Alesha sekarang kamu lagi.” Protes Shaka pada adiknya. Hana hendak tertawa tapi waktunya tidak pas. Ia tahu ini adalah keadaan darurat jadi ia menunda dulu tertawanya.

Tak lama ponsel Shaka berbunyi. Ia terkejut ketika mendapati nama Alesha disana. Ia pun segera mengangkatnya.

Tolong aku Mas, aku takut.” Ucap Alesha di seberang telepon dengan suara bergetar. Shaka pun semakin khawatir dibuatnya.

“Alesha kamu dimana? Aku akan segera kesana. Kamu tenang ya jangan panik.” Ucap Shaka kemudian menyuruh Hana menuju alamat yang disebutnya. Mereka pun segera pergi ke tempat yang disebutkan Alesha. Ah, Shaka tak akan memaafkan dirinya jika terjadi apa-apa dengan Alessha.

***

Alesha menghentikan laju mobilnya ketika hujan datang dengan derasnya bersamaan degnan petir yang menyambar-nyambar. Ia benci petir. Ia benci kegelapan. Alesha takut. Tubuhnya bergetar hebat.

Dengan sisa-sisa kesadaran dirinya ia pun menghubungi Shaka. Biarlah ia dibilang tidak tau diri karena dia tadi sudah membangkang suaminya dan sekarang harus mengemis pertolongan. Tapi yang ia butuhkan sekarang hanya sebuah pelukan hangat yang bisa menenangkannya. Untung saja suaminya langsung mengangkatnya.

Alesha meringkuk ketakutan di dalam mobil. Ia menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya. Tubuh Alesha bergetar karena takut. Air matanya pun merebak keluar tak tertahan.

Tak lama datanglah seseorang yang mengetuk jendela mobil Alesha. Melihat siapa yang mengetuk Alesha langsung membukanya dan langsung menghambur ke pelukan lelaki itu. Alesha mencari perlindungan dalam pelukan itu. Dia juga merasakan usapan halus dii punggunggnya.

“sst.. tenanglah Alesha. Aku ada disini.” Bisik lelaki itu di telinga Alesha.

***

Aleshaka (sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang