ragu

316 19 0
                                    


“Hah? Tapi mana mungkin seperti itu bang. cerita abang tuh kayak cerita novel aja deh. Gak masuk akal aja.”ucap Shahana terkejut ketika mendengar cerita dari abangnya mengenai kejadian yang membawanya pada acara lamaran itu.

“Yah percaya atau tidaknya itu terserah kamu dek. Abang kan Cuma cerita apa adanya.” Ucap Shaka sembari fokus pada layar Televisi di depannya.

“terus cewek yang abang lamar tuh langsung mau gitu pas abang tiba-tiba lamar?” tanya Hana penasaran.

“yah nggak, awalnya dia nolak gitu. Tapi abang bujukin dia. Eh dia mau deh.” Jelas Shaka dengan jujur.

“kok bisa gitu? Emangnya abang bujuk pake apa?” tanya Hana masih dengan rasa penasaran yang besar.

“rahasia. Mau tau aja kamu tuh.”
Hana mencebik kesal dengan jawaban abangnya yang mengesalkan itu.

“Bang, liat fotonya dong. Aku pengen tau kayak apa sih calon kakak iparku itu.” ucap Hana pada abangnya.

Shaka mengambil ponselnya sejenak lalu memberikan pada Hana. Ia mengambil foto Alesha dari foto profil di Whatsapp perempuan itu. tanpa pikir panjang, Hana pun langsung merebut Ponsel Shaka itu.

“Daebak. Cantik banget bang. pantes aja  abang ngebet langsung nglamar.” Ujar Hana dengan nada menggoda. Shaka langsung menyentil dahi adiknya itu dengan kesal.

“kok bisa ya dia mau sama abang?” tanya Hana seperti mengejek Shaka.

“Abangmu kan tampan. Cewek mana yang gak mau.” Sontak saja ucapan Shaka itu membuat Hana membuat gaya seperti ingin muntah.

“Eh bang, by the way, kapan nikahnya?” tanya Hana lagi

“bulan depan.” Jawab Shaka santai.

“What? Bulan depan? Abang gak bercanda kan?” teriak Hana terkejut dengan ucapan abangnya barusan.
Bagaimana bisa secepat ini. abangnya ini memang ajaib. Dan lihat saja, abangnya terlihat santai seperti ini hanya hal biasa saja baginya.

“adek jangan teriak-teriak ih.” Protes Shaka pada Hana.

“abang kenapa santai banget gini sih. yaampun.” Hana berucap sembari menggelengkan kepalanya tak percaya mempunyai abang seajaib ini.

“apasih dek, ya nikah tinggal nikah aja kali. Ngapain dibuat ribet coba.” Ujar Shaka lagi membuat Hana semakin menatapnya tak percaya.

***

Hari ini Shaka kembali mengajar di madrasah tempatnya bekerja. hah, rasanya sudah lama ia tak bertemu dengan anak-anak didiknya itu. ia rindu suasana belajar mengajar di kelas. Dan ia rindu seseorang yang tak pernah bisa ia gapai lagi. entahlah, ia tak tau bagaimana jika nanti ia bertemu dengannya. apakah usahanya untuk melupakan rasa itu selama di bandung akan berhasil ataukah gagal karena ia tak bisa melupakan rasanya pada Maisha.

“dek, ayo kalau mau bareng. Abang udah telat nih.” Ujar Shaka pada adiknya.

“iya bang.” ucap Hana, lalu tak lama sudah berada disamping Shaka dengan membawa wadah makan berisi bekal makan Shaka.

“ini bekal buat abang.” Ucap Hana lalu memberikan bekal itu pada Shaka. Shaka tersenyum lalu mengusap lembut kepala Hana dan tak lupa mengucapkan terimakasih pada adiknya itu.

“yaudah yuk berangkat.” Ajak Shaka yang dijawab anggukan oleh Hana.
Sebelum ke tempat kerjanya, Shaka mengantar Hana terlebih dahulu ke tempat kuliahnya. Walaupun ia sudah sidang skripsi, tapi ia masih ada urusan di tempatnya kuliah. Setelah mengantarkan adiknya barulah Shaka pergi ke sekolah tempatnya bekerja.

Sesampaianya disana Shaka disambut oleh anak-anak yang ia temui di halaman. Anak-anak itu menyampaikan betapa rindunya mereka pada pak guru ganteng itu. Shaka hanya membalasnya dengan senyumannya.

Di koridor ia bertemu dengan Maisha. jantungnya sempat berhenti ketika melihat senyum manis gadis itu. Shaka berusaha bersikap biasa saja ketika bertemu dengan Maisha. ia tahu Maisha hendak menyapa dan mengobrol dengannya tapi ia tak bisa. Ia memilih untuk berlalu dari hadapan gadis itu. luka di hatinya belum sepenuhnya sembuh.

Sebenarnya ia merasa tak enak pada Maisha, tapi apa boleh buat.
Shaka pun mengenyahkan pikiran yang mengganggu fokusnya itu. ia memperbanyak istighfar dan mengatur pernapasannya agar hatinya lebih tenang.  Ia pun segera mempersiapkan segala keperluan mengajarnya dan bergegas menuju kelas yang diajarnya sekarang.

***

“Assalamualaikum.” Salam Shaka ketika memasuki rumahnya.

“waalaikumsalam.” Jawab Hana dari kamar Shaka. Arshaka pun masuk ke dalam kamarnya dan mendapati Hana berdiri mematung di samping meja miliknya.

“Dek kamu ngapain?” tanya Shaka penasaran. Hana pun berbalik dan menatap Abangnya tajam.

“sejak kapan abang menyukai Maisha?” Tanya Hana tanpa basa-basi. Shaka sempat tercekat dengan pertanyaan itu dan hendak mengelak.

Tetapi spertinya hal itu sudah tidak bisa ia lakukan melihat apa yang sedang dipegang adiknya itu.

“darimana kamu mendapatkan itu?” tanya Shaka pada Hana.

“aku sedang membersihkan kamar abang dan menemukan ini di bawah ranjang abang.” Jelas Hana sejujur jujurnya.

Shaka menghela napasnya pelan lalu duduk di tepi ranjangnya. Pandangannya nanar ke depan. Lalu ia mulai menceritakan pada Hana.

“aku sudah lama mencintai Maisha. sejak pertama kali aku bertemu dengannya di madrasah tempat abang mengajar. Abang terpesona dengan keanggunan dan kecantikan akhlaknya. Dia perempuan yang abang cari selama ini. lalu abang mengenal keluarganya, terutama kakaknya. Dia sudah merestui bahkan sudah meminta abang untuk segera mengkhitbahnya tetapi abang yang selalu menunda-nunda. Dan tak lama setelah itu ternyata ia malah menikah dengan Aldwin, abang shock waktu itu. tetapi bagaimana lagi. abang hanya bisa pasrah dan menerima. Sakit hati abang melihat perempuan yang abang cintai menikah dengan lelaki lain. Bahkan abang menjadi saksi dipernikahan mereka. abang tak rela tapi bagaimana lagi, ini sudah takdir-Nya.” Raut wajah Shaka berubah sedih. Hana merasa bersalah menannyakannya. Hana mendekat kearah abangnya dan memberikan pelukan padanya.

“abang masih mencintainya?” tanya Hana yang dijawab anggukan pelan oleh Shaka.

“lalu kenapa abang hendak menikah dengan Mbak Alesha” tanya Hana perlahan.

“entahlah dek. Abang pun tidak tahu kenapa abang memutuskan untuk melamarnya waktu itu. mungkin ini sudah takdir abang begini. Biarlah cerita ini hanya aku dan kamu yang tahu. Bagaimanapun abang akan terus melanjutkan pernikahan ini.” ucap Shaka mantap

“abang tidak menjadikan  wanita itu pelampiasan kan bang?” tanya Hana lagi tetapi Shaka hanya terdiam.

“Hana mohon jika abang hanya menjadikannya pelampiasan, lebih baik abang batalkan saja pernikahan ini.” ujar Hana mengingatkan abangnya itu.

Setelah mengatakan itu Shahana beralalu dari hadapan Abangnya yang masih terdiam tanpa kata.
Shaka mencoba merenungi perkataan adiknya tadi. sepertinya perkataan Hana tadi ada benarnya juga. Ia belum bisa melupakan perasaannya pada Maisha, bahkan saat ia bertemu dengan perempuan itu saja, ia  masih merasakan perasaan yang sama. Getaran itu masih ada ketika ia bertemu dengan wanita pujaannya itu.

Apalagi ia tak memiliki rasa apapun dengan Alesha. Ia menikahi Alesha karena permintaan dari Pak Hasyim. Ia merasa bahwa permintaan Pak Hasyim itu tulus. lagipula ia juga sedang patah hati. Ia berharap dengan ia menikahi Alesha, ia bisa melupakan perasaannya pada Maisha. tapi ia tak berniat sedikitpun menjadikan Alesha sebagai  pelampiasan.

Shaka mengacak rambutnya frustasi, kemudian beranjak dari ranjangnya dan pergi ke kamar mandi untuk mandi. Memikirkan kisah cintanya kali ini begitu rumit baginya.

***

Jangan lupa vote dan comment yaa guys :))

Aleshaka (sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang