Anggita Desfiya. Gadis cantik yang awalnya di penuhi dengan kebahagiaan berubah menjadi kesedihan ketika Papanya meninggal karena kecerobohannya. Selama 3 tahun dia mencoba menghilangkan bayangan masa lalu yang menyedihkan itu. Tapi itu tidak semuda...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
3 hari telah berlalu. Waktu di saat kemarin Anggi telah mendonorkan darahnya untuk Ani, syukurlah darahnya cocok dan dapat segera di tangani secara eksklusif.
Hari setelahnya, Ani di nyatakan telah melewati masa kritisnya. Dengan berita yang mengejutkan itu membuat mereka semua bersyukur. Termasuk Anggi yang sangat senang dengan berita itu.
Meski tubuhnya lemas setelah mendonorkan darahnya, dia tidak memikirkan hal itu. Yang dia inginkan hanyalah Ani sembuh dan bisa bersekolah lagi seperti biasa.
Dia merasa sepi dengan tidak adanya Ani di sekolah. Biasanya jika ada Ani dia tidak akan kesepian. Ada saja hal yang dia lakukan agar suasana terasa ramai.
Bukannya dia tidak berteman dengan teman sekelasnya. Dia berteman, cuma saja Ani sudah di anggapnya sebagai sahabat.
Dan sekarang Ani dirawat di ruang inap. Dia tidak diperbolehkan pulang karena harus menstabilkan kondisinya.
Anggi sekalipun tidak pernah absen untuk mengunjungi Ani. Setiap pulang sekolah dia bakalan ke sana, tentunya ditemani Revaldo dan para sahabatnya.
Entahlah, Revaldo selalu mengajaknya. Ada rasa ingin menolak namun ya percuma saja. Dia akan di paksa dan akhirnya mau-mau aja.
Seperti hari ini, Anggi dan Revaldo akan pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi Ani. Tidak dengan sahabat Revaldo. Mereka hanya berdua, iya berdua. Kata Satria dia akan menyusul dengan Zildan dan Pandu. Jadi ya mereka terlebih dahulu datang ke sana.
"Mau beli buah untuk Ani?" Tanya Revaldo melirik kaca spion.
Anggi menggeleng. "Kayaknya nggak usah deh. Soalnya buah yang kemarin aja masih banyak. Nanti takutnya kebuang."
Setelah itu tidak ada lagi percakapan di antara mereka. Yang terdengar hanyalah suara bising dari pengendara lain. Revaldo yang sibuk mengendarai motor dan Anggi yang melihati pengendara lain yang berlalu lalang.
Revaldo menghentikan mesin motornya setelah mereka sampai di tujuan mereka. Rumah sakit SENTOSA JAYA. Rumah sakit yang merupakan milik ayahnya Revaldo.
Anggi memberikan helmnya kepada Revaldo yang diterima secara langsung oleh pemuda itu. Setelah selesai, mereka berdua melangkah memasuki rumah sakit menuju ke ruang inap Ani.
Aroma obatan langsung tercium ketika mereka berdua memasuki rumah sakit. Setiap koridor rumah sakit ini di penuhi dengan keluarga pasien lain yang menunggu keluarganya dirawat.
Mereka menaiki lift untuk menuju ruang inap Ani yang berada di lantai 3. Di dalam lift hanya keheningan yang tercipta. Tidak ada yang bicara satupun dari mereka. Mereka berdua hanya diam dengan pemikiran masing-masing.