Sick

409 11 2
                                    

Chapter.3

Bip bip bip

Mata ku terbuka lebar karena bunyi alarm di nakas. Aku meraih alarm dan mematikannya, membalikkan tubuh ku dan tepat berhadapan dengan zayn yg ternyata tubuhnya sangat dekat dengan ku. Bahkan kurasa tubuhnya menempel ke tubuh ku, aku bergerak dan merasakan ada sesuatu melingkar di perut ku yg ternyata adalah tangan zayn. Oh aku tidak merasakannya saat tidur, kenapa pria ini berani sekali?
Padahal sudah beberapa minggu aku tidak menyapanya, dan bahkan setelah kejadian yg terakhir zayn sudah menjaga jarak dengan ku. Meskipun tetap saja dia tak mau berhenti bersikap baik pada ku, bahkan aku heran bagaimana dia bisa tetap baik dalam membalas sikap kasar ku? Apa tidak ada amarah yang ingin dia keluarkan untuk ku yang keras kepala ini? Aku tidak keberatan kalau dia memarahi ku, akan ku jadikan itu alasan untuk bercerai dengan nya.

"Hmmmm... jam berapa?" zayn mengerang pelan tapi matanya tidak terbuka.

"Bangun... udah jam 6, kamu harus ngantor!" kata ku agak kasar sambil menepis tangannya dari perut ku. Lalu aku beringsut duduk.

"Emmm... bolehkah aku cuti hari ini?"

Aku menoleh ke zayn dan dia mendongakkan kepala melihat ku. Tumben dia minta cuti? Eh tapi.. kayak ada yg beda sama mukanya. Kok pucet sih? Biasanya gak gitu. Jadi penasaran dengan deh akunya.

"Zayn... kamu baik-baik saja? Wajah mu pucat, apa kamu lagi gak enak badan?"

Tanya ku agak lembut, melihat muka pucatnya aku merasa tidak bersemangat untuk kasar padanya seperti biasa. Justru aku merasa agak khawatir kalo dia bener kenapa-kenapa, aku gak tegaan kalo liat orang lain sakit. Bahkan aku pernah menangis seharian waktu harry mengalami kecelakaan ringan pas berkendara. Hati ku tuh rapuh banget aslinya.

"Shsshh... aku merasa agak pusing, aku mau cuti kerja ya? Boleh kan?" tanyanya lagi pada ku yg terdengar seperti permohonan. Aku menempelkan telapak tangan ku di keningnya, mata ku membelalak saat merasakan keningnya yg sangat panas. Zayn demam? Aduh aku harus gimana? Dia beneran sakit.

"Astaga zayn... kamu demam. Baiklah hari ini jangan kerja ya? Akan ku hubungi sekretaris mu, mana HP mu?" aku berniat turun dari ranjang saat sadar hp zayn ada disofa kamar. Tapi saat aku turun kasur-

"Anaa... jangan pergi, aku pusing. Tolong temani aku."

Tiba-tiba zayn menahan tangan ku dan memohon untuk tidak meninggalkannya, aku bingung harus gimana. Aku harus ngambil hp nya dan mengabari orang kantor. Tapi zayn terlihat tak berdaya. Dan aku tak bisa menolak keinginannya.

"Zayn... aku ambil hp sebentar, dan sekalian ku ambil es buat ngompres kamu ya? Bentar saja." entah kenapa kali ini aku gak ada rasa benci sama zayn, aku malah merasa sebaliknya. Aku harus ngerawat dia, lupain semua masalah kita dan bersikap baik. Aku gak mau zayn kenapa-kenapa, nanti aku juga yang repot.

"Janji cuma sebentar?" tanyanya dengan suara rendah. Aku hanya mengangguk.

"Iyaaahhh... aku janji. Aku cuma mau ambil hp dan es. Lalu kembali lagi." jawab ku untuknya yang mulai melepas tangan ku dan mengangguk lemas. Oh bener-benar terlihat lemas, aku bergerak cepat mengambil hp zayn lalu lanjut ke dapur mengambil es dan handuk di lemari untuk mengompres zayn. Lalu kembali ke zayn setelah siap dengan barang yang ku butuhkan.

HIM & I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang