Bagian Satu

207 14 1
                                    

Siska, Ayu, dan Mika cuma bisa mengangguk-ngangguk mendengar kehaluan Yaswa.

"Kalian bantu doa dong."

Yaswa tak menghiraukan ketiga sahabatnya yang mungkin sudah mengelus dada. Tingkat kehaluan dirinya yang sudah over melupakan segalanya.

"Mimpi lo ngga ketinggian Yas?" tanya Siska

"Jatuh sakit loh," sahut Mika.

Yaswa menatap kedua temannya dengan tatapan kesal, "Kalian meragukan impian gue?" Siska meringis pelan. Dia ingin membenarkan ucapan Yaswa. Tapi dia tahu, Yaswa ini orangnya tidak mau di ganggu gugat. Entah kenapa sejak dulu itu terus yang dia bicarakan.

Ayu menatap kedua sahabatnya prihatin. Yaswa ini memang benar-benar. Sudah disuruh mendengarkan ceritanya, mendoakan juga. Dan sekarang? Dia seolah ingin menikam mereka.

"Gini Yas." Yaswa mengalihkan matanya pada Ayu.

Ayu berdehem, "Emangnya kenapa lo ngotot pengen nikah sama TNI?" Ayu mencoba menatap Yaswa yang kini sedang senyum-senyum seperti orang gila. Ayu memandang kedua sahabatnya seolah mencari pembenaran. Siska dan Mika hanya mengangkat bahu pertanda tidak tahu.

Ingatan Yaswa kembali menerawang ke kejadian beberapa bulan yang lalu. Dia juga tidak menyangka perasaanya akan seperti ini. Setelah tau bahwa cowok yang dia idamkan bercita-cita menjadi TNI, dia pun ingin mempunyai suami TNI. Terdengar mustahil memang. Tapi tidak ada salahnya bermimpi kan?

"Hehh! Di tanya malah senyum-senyum kaya orang gila." Yaswa memberenggut kesal menatap Mika yang menghancurkan acara melamunnya.

"Gue tuh lagi ngebayangin pernikahan gue nanti," ucapnya menerawang.

Yaswa menatap ketiga sahabatnya yang sudah terbahak keras. Menyebalkan. Apanya yang lucu coba?

"kok ketawa sihh."

Mika mencoba meredakan tawanya, "Heh kunti. Lo lulus aja belum udah mikirin nikah. Lagian, emang lo lulus SMA mau langsung nikah?"

"Pikirin dulu tuh ujian," tambah Ayu.

Yaswa menyangga dagunya dengan kedua tangan. "Gue juga mikirin itu kali. Lagian, setelah lulus gue ngga langsung nikah kok,"jawabnya tenang.

Mika memakan kripik singkong sambil menatap heran Yaswa. "Berdasarkan setiap kata yang keluar dari mulut lo. Lo kayaknya udah ada calon deh. Jadi, siapa calonnya?" tanya Mika mengintimidasi.

Yaswa menegakkan tubuhnya menatap ketiga sahabatnya yang menuntut jawaban.

"Apa?"

"Lo udah punya pacar tapi nggak bilang ke kita?" tanya Siska ikut mengintimidasi

Ayu mengangguk, "Ohh jadi gitu sekarang, mainnya rahasia."

Yaswa menatap ketiga sahabatnya jengah.
"Gue ngga punya pacar dan belum punya calon." Setelah itu Yaswa berdiri meninggalkan ketiga sahabatnya dengan ekspresi ingin tahu.

"Mencurigakan."

"Perlu diwaspadai."

Ayu tertawa pelan melihat Siska dan Mika yang sudah seperti detektif.

                                🍭🍭🍭

Yaswa menghembuskan napas lega. Akhirnya dia bisa terbebas dari pertanyaan sahabatnya. Sebenarnya, bukan sekali dua kali mereka menanyakan itu. Tapi, setiap pertanyaan itu terlontar, Yaswa akan selalu menghindar. Ya, seperti tadi

Yaswa melangkahkan kakinya meninggalkan toilet. Tapi baru beberapa langkah, Tubuhnya kaku. Matanya membulat. Dia ingin teriak. Bagaimana ini?

Disana, dilapangan outdor Sma Jaya Saka, dia melihat TENTARA HATINYA-MASA DEPAN YASWA. Yaswa ingin berteriak kencang. Tapi, tentu saja dia tidak akan berani. Bisa dikira gila dia. Yaswa menyembunyikan badannya dibalik tembok. Begini saja sudah cukup. Dia memang hanyalah secret admirer cowok itu. Ya, bisa dibilang cintanya bertepuk sebelah tangan. Engga deh, maksudnya cintanya belum terbalaskan. Ehm itu lebih baik.

My Captain (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang