Bagian Tiga

56 5 0
                                    

Bukan sekali dua kali Yaswa merasakan patah. Merasakan remuk yang diakibatkan oleh orang yang sama. Dia ingin berhenti. Tapi, setiap kali dia kembali diterbangkan, Dia akan lupa yang namanya melupakan

"Kenapa mencintai sesulit dan sesakit ini" ucapnya pilu

"Kenapa disaat yang sama lo bawa gue terbang dan jatuhin gue ke jurang?"

"Gue pengen berhenti. Tapi kenapa setiap kali gue mau berhenti lo seolah menghalangi?"

"Gue capek kaya gini terus" isaknya

Yaswa lelah. Dia ingin menghentikan perasaannya pada Aji. Tapi kenapa setiap kali dia mencoba berhenti, Aji malah datang membawa harapan. Dia harus bagaimana?

"Gue harus apa Jii?" tanyanya lebih kepada dirinya sendiri

Yaswa bangun dengan mata bengkak. Semalaman dia menangis tanpa henti. Bahkan saat dia tertidur, sesekali dia terisak. Hatinya pilu. Baru kemarin siang dia mempunyai sedikit harapan bisa bersama Aji. Tapi malamnya? Harapan itu seolah padam ditelan kenyataan

"Mata lo kenapa?" tanya Ayu curiga. Dia pasti semalam suntuk menangis. Tapi kenapa?

Yaswa tersenyum menatap Ayu "Ini karena gue nonton drakor. Lo kan tau gue orangnya baperan. Jadi ya gini deh" Yaswa memilih menyibukkan diri dengan ponselnya. Dia tahu, Ayu tidak gampang dibodohi

Ayu tersenyum kecil "Lo punya kita. Lo bisa kapan aja datang dan cerita. Kita pasti akan buka tangan lebar-lebar untuk ngasih lo kenyamanan" Ayu menepuk bahu Yaswa. Dia tahu Yaswa sedang menutupi rasa sakitnya

Mata Yaswa kembali berkaca-kaca mendengar ucapan Ayu. Dia sudah tidak mampu memendamnya sendiri

Setelah bel istirahat berbunyi, mereka memilih taman untuk membicarakan masalah yang menimpa Yaswa

"Jadi lo kenapa?" Tanya Siska lembut. Dia mungkin orang yang sering sekali menjahili Yaswa. Tapi dalam kondisi seperti ini, justru dia mampu menjadi sosok dewasa diantara mereka

Yaswa menatap ketiga sahabatnya "Gue suka sama Aji" Yaswa menggigit bibirnya menunggu jawaban dari mereka. Kenapa mereka diam saja?

"Terus masalahnya?" jawab Mika mewakili

"Kalian-"

Ayu mengangguk "Kita udah bisa nebak kalo lo suka sama Aji. Dari cara lo natap dia, itu udah nunjukin semuanya" jawab Ayu

Yaswa menunduk. Dia merasa bersalah tidak memberi tahu perihal hatinya pada mereka

Mika menggenggam tangan Yaswa "Kita bisa paham kok. Waktu itu, mungkin lo belum siap ngasih tau kita. Tapi biar gimana pun kita sahabat lo. Jadi, kita juga tahu apa yang lo rasain" Mika menghapus genangan sungai yang mengalir di pipi Yaswa

"Kita kan satu hati" tambah Siska seraya terkekeh. Yaswa tersenyum kecil. Dia beruntung bisa mempunyai sahabat seperti mereka

"Jadi kenapa mata lo bengkak?" Tanya Ayu

Yaswa kembali murung. Ingatannya kembali ke kejadian waktu di cafe. Yaswa menghembuskan napas panjang "Kemaren gua ke cafe sahabat. Niat gue pengen ngerayain atas kejadian waktu dikantin, ehh malah gue nemuin sesuatu yang buat gue remuk" dia tersenyum kecil menatap ketiga sahabatnya

Ayu menarik Yaswa kedalam pelukannya "Gue lihat-" tenggorokan Yaswa seperti tercekat

Siska mengusap lembut rambut Yaswa "Ngga usah diterusin kalo itu bikin lo makin sakit" ucapnya

Yaswa mengumpulkan suaranya yang seolah tersangkut di tenggorokan "Dia-pelukan sama Kinan" air matanya mengalir deras. Yaswa terisak. Dia mencengkeram seragam Ayu

My Captain (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang