Bagian Keempatbelas

28 2 0
                                    

Pak Darko selaku guru matematika mengurut pelipisnya. Dia frustasi menghadapi muridnya yang kelewat kurang ajar ini.

"Jadi Yaswa, bisa kasih saya alasan yang tepat kenapa kamu bisa terlambat?" tanyanya mencoba sabar.

"Saya kan sudah bilang pak. Tadi saya mampir kepasar dulu beli makanan." jawabnya dengan mengangkat kantong plastik yang dibawanya.

"Kalo boleh tau, kamu berangkat dari rumah jam berapa?"

Yaswa mengetuk dagunya, "Jam setengah tujuh lebih lima belas menit pak," jawabnya polos

"Kalo gitu kenapa kamu mampir ke pasar dulu?!" marah Pak Darko

Yaswa memainkan kukunya, "Logikanya begini, ketika perut kosong apakah kita bisa menerima pelajaran yang guru sampaikan?"

"Kan ngga pak. Jadi, saya dengan pikiran yang terbuka mampir ke pasar dulu beli makanan. Tapi tenang pak, saya juga beli buat satu kelas kok"

"Asik asik"

"Yaswa emang baik"

"Kalo gini mah, mending lo telat aja tiap hari"

"Tenang-tenang saudaraku semuanya. Saya tau, saya ini baik hati lagi budiman. Jangan menyanjung seperti itu, saya nggak enak sama pak Darko yang ngga kebagian makanan," sahut Yaswa dengan pidato absurdnya.

"Geblek sia," sahut murid kelas.

"Temen lo tuh," bisik Siska.

"Sahabat lo pea," sahut Ayu.

Ayu menutup mukanya dengan buku. Teman siapa sih itu, kenapa memalukan sekali.

"Jadi kamu belum sarapan?" tanya Pak Darko dengan nada yang sedikit, ehhm pertanda tidak enak ini.

"Kamu mau sarapan?"

"Ya mau lah pak," sahut Yaswa semangat.

Pak Darko mengangguk-ngangguk, "Baik, berdiri di lapangan sampai pelajaran saya selesai!Sekarang juga!"

Penghuni kelas tertawa. Yaswa menatap mereka sinis. Awas ya, tidak jadi dia kasih makanan baru tau rasa.

"Tapi saya makan dulu ya pak"

"Boleh. Kalo begitu ditambah-"

"Otw pak otw"

Yaswa meletakkan makanannya di meja guru kemudian berlari keluar kelas menuju lapangan diiringi sorak tawa penghuni kelas.

Pak Darko menggeleng. Kenapa dia bisa punya murid seperti itu? Pak Darko melirik makanan yang ada di mejanya. Hmm, lumayan ngirit pengeluaran.

"Ingat. Jangan contoh murid seperti itu" peringat Pak Darko

"Iya pak" jawab penghuni kelas dengan ogah-ogahan.

🍭🍭🍭

Yaswa mengusap peluhnya yang bercucuran. Besok-besok dia tidak mau lagi berbuat baik. Kalo sedang susah saja, teman kelasnya tidak mau membantunya.

"Ngapain Yas? Nungguin tiang bendera roboh?" ejek Popi

"Makanya tobat Yas. Jangan jadi pidana terus," sahut Iva

Yaswa melirik tajam. Teman biadab emang, "Ngga usah berisik. Kaya kalian  malaikat aja."

Popi dan Iva tertawa. Mereka tidak habis pikir dengan tetangga kelasnya itu, tidak cape apa berbuat onar.

"Kayaknya jus mangga seger nihh."

Yaswa melepas sepatunya berniat melempar kedua orang itu. Popi dan Iva berlari meninggalkan Yaswa dengan tawa keras.

My Captain (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang