Bagian Ketujuh

37 5 0
                                    

Freya menghadang langkah Yaswa. Tapi bukannya takut, gadis itu malah tersenyum lebar. Freya tercenung, bukankah dia harusnya masih patah hati? Lalu apa tersenyum lebar adalah simbol patah hati?

"Kenapa lo senyum-senyum" tanya Freya angkuh

Yaswa kembali tersenyum bahkan lebih lebar dari sebelumnya "Karena dapat kabar bahagia" ucapnya jujur

Freya menatap Yaswa sinis. Apakah berita yang kemarin itu bagi Yaswa adalah kabar bahagia?

Yaswa menatap Freya santai "Lo ngga percaya?"

"Jadi, cara lo mengekspresikkan patah hati dengan senyum? Nunjukin ke orang-orang kalo lo biasa aja, padahal hati lo patah? Cihh" ujar Freya meremehkan

Yaswa melunturkan senyumnya. Dia menatap Freya datar. Nantangin nih anak.

"Bener kan?" Freya melangkah meninggalkan Yaswa. Tapi kalimat Yaswa selanjutnya membuat dia syok

Yaswa maju kemudian berdiri tepat di depan Freya "Gue rasa lo yang harusnya ngaca. Dan, kebanyakan halu itu ngga enak. Jatuhnya sakit" ucapan Yaswa membuat Freya menatapnya tajam

"Maksud lo?!"

Yaswa tersenyum sinis "Aji udah bilang semuanya. Kalo masih ngga percaya lo bisa lihat chattingan gue sama dia" bisiknya di telinga Freya

Freya menatap Yaswa cepat. Mana mungkin Aji mengatakan hal itu pada Yaswa. Tapi mata Yaswa tidak menunjukkan kebohongan sama sekali

"Ekspresi lo yang kaya gini ngebuat gue tambah yakin. Kalo kemarin itu lo cuma mau bikin gue panas. Tapi sayangnya lo berhasil. Tapi sayangnya lagi, itu semua cuma tabu" ucapnya sebelum meninggalkan Freya

Freya mengepalkan tangannya menatap Yaswa yang sudah berjalan menjauh. Dia akan membalas perbuatan Yaswa. Itu janjinya.

Mata Yaswa melebar melihat punggung masa depannya "Ajiiii!" Yaswa berteriak memanggil Aji. Tidak memperdulikan tatapan membunuh dari sebagian siswi

Aji menoleh ke belakang dan menemukan keberadaan Yaswa. Dia menatap datar Yaswa yang berlari mendekatinya.

"Makasih ya buat kemarin udah nganterin gue pulang" ucapnya dengan senyum lebar

Aji mengangguk "Sama-sama" Dia meneliti Yaswa dari ujung kepala sampai kaki dan itu sungguh membuat Yaswa gugup

"Ngga masuk rumah sakit?"

"Hah?!"

Aji memasukkan tangannya di saku celana "Sakit parah?" tanya Aji yang lebih mirip sindiran

Yaswa tersenyum kikuk mendengar penuturan Aji "Ngga jadi sakit parah. Mungkin di pending dulu sakitnya" ucapnya. Dia jadi merutuki kebodohannya semalam. Kan, dia jadi tambah terlihat bodoh di depan Aji.

Aji menatap Yaswa tajam "Jangan ngomong gitu"

Yaswa mengerutkan kening "Apa?" salahkan Aji yang ngomongnya setengah-setengah, dia jadi sulit mencerna.

Aji berdecak pelan "Ucapan lo yang bilang sakitnya di pending" jawab Aji

"Ngga baik" tambahnya

Aji meninggalkan Yaswa yang masih sibuk dengan pikirannya. Yaswa menatap punggung Aji yang menjauh. Dia menepuk pelan pipinya kemudian meringis. Kok sakit? Jelas ini bukan mimpi.

Jantungnya berdetak lima kali lebih cepat. Ohh good, jangan-jangan sebenarnya Aji menyukai dirinya? Yaswa tersenyum manis mendapati argumen itu.

Dia melangkahkan kakinya dengan setengah melompat menuju kelasnya.

My Captain (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang