Bagian Lima

40 6 3
                                    

Freya sudah berdiri manis di depan kelas Aji. Dia bahkan tidak memperdulikan tatapan kelas ini yang menatapnya bingung

Aji terkejut mendapati Freya disini "Ngapain?" Tanyanya heran

Freya berdecak pelan "Lo punya janji sama gue buat pulang bareng. Jadi ayo" Freya menarik tangan Aji menuju parkiran. Aji tidak memberontak. Toh, percuma saja jika dia melawan

Aji menahan lengan Freya "Dan lo juga harus inget. Kalo ini cuma sekali" ujarnya tajam. Dia melangkah lagi meninggalkan Freya yang terdiam

Freya terdiam sesaat kemudian melangkah lagi . Tapi matanya tidak sengaja menemukan sosok itu

"Aduhh"

Aji menoleh menatap Freya yang sudah terduduk dilantai. Dia berbalik mendekati Freya "Kenapa?" ucapnya seraya berjongkok

Freya meringis pelan, tangannya memegang kakinya yang terkilir-pura pura terkilir. "Bisa jalan?" Freya memangguk. Aji membantu Freya berdiri. Tapi belum sepenuhnya berdiri sempurna, Freya kembali jatuh, kali ini dalam dekapan Aji. Freya tersenyum sinis menatap Yaswa yang menatapnya kosong tanpa sepengetahuan Aji

"Kayaknya gue ngga bisa jalan" rintihnya pelan

Aji bimbang. Jika dia menggendong Freya, itu akan semakin menguatkan rumor tentang hubungan mereka. Tapi, dia juga tidak mungkin meninggalkan Freya

Aji berjongkok di depan Freya "Naik" Freya tersenyum kemenangan kemudian menoleh sekilas ke arah Yaswa dan menaiki punggung Aji. Aji terpaksa melakukan itu. Biarlah rumor itu beredar, toh kenyataannya dia tidak pacaran dengan Freya

Aji mendudukan Freya di atas motornya. Dia memakai helm kemudian meninggalkan sekolah dengan tangan Freya yang melingkar di perutnya

Yaswa menatap kosong adegan tadi. Hatinya tercubit keras. Dia tertawa lirih. Dia melupakan satu hal, ketika Aji membawanya terbang ketika itu juga dia akan menjatuhkannya kedasar jurang

                                   🍭🍭🍭

Yaswa merebahkan tubuhnya dikasur empuknya. Matanya terpejam menikmati rasa sakit yang menderanya. Kejadian tadi semakin menguatkan argumennya jika Aji sudah menjadi milik Freya. Apa ini pertanda agar dia menyerah?

Tok tok tok

Pintu terbuka dan menampilkan mamanya yang masih memakai seragam kantor. Wajah mamanya terlihat lelah. Veni mendekati anaknya yang sedang terbaring. Dia mendudukan dirinya di pinggiran kasur

"Kenapa ma?" tanyanya. Dia menatap mamanya dengan raut datar

Veni tersenyum dan mengelus rambut Yaswa "Kamu udah makan?" tanya Veni lembut

Yaswa mengangguk "Mama ngga usah khawatir aku baik-baik aja. Selama ini juga begitu kan?" Yaswa tersenyum getir. Veni menatap Yaswa dengan pandangan terluka

"Yaswa mama-"

"Mama keluar ya, Yaswa mau tidur" pintanya tanpa menatap Veni

Veni mengangguk kemudian berdiri meninggalkan kamar Yaswa. Air mata Yaswa kembali mengalir, bahkan lebih deras dari sebelumnya. Kenapa dia tidak pernah mendapatkan apa yang dia mau? Bahkan, mamanya sendiri terasa seperti orang asing dalam hidupnya. Papanya yang dia anggap pahlawan justru menorehkan luka yang begitu dalam. Apakah dia memang tidak punya jatah bahagia?

Yaswa merebahkan kepalanya di meja. Seharian ini dia tidak keluar dari kelas. Bahkan, dia menolak ajakan dari sahabatnya itu. Dia sedang tidak ingin diganggu. Dan sepertinya mereka paham. Yaswa memejamkan matanya. Tapi justru itu membuat ingatannya terlempar ke masa itu. Masa dimana dia merasakan kebahagiaan yang begitu dalam dan juga juga rasa sakit yang begitu mendera

My Captain (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang