Bagian Kesebelas

31 6 1
                                    

Ayu, Siska dan Mika menatap Yaswa khawatir. Mata bengkak. Bibir pucat. Penampilan jauh dari kata oke. Intinya, Yaswa seperti mayat hidup.

"Lo beneran ngga papa?" tanya Siska

Yaswa menghembuskan napas kasar, "Pliss deh ya, kalian bahkan udah nanya hal itu lebih dari tujuh belas kali. Dan jawaban gue masih sama. Gue ngga papa" jawabnya jengah

Ayu menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi "Jawaban lo ngga memuaskan"

"Ck, udah deh ngga usah dibahas. Ada berita hot ngga pagi ini?" tanyanya mengalihkan pembicaraan

Mika bersorak riang "Lo tau Kevin anak kelas sebelah? Yang selalu ditolak Vinda?"

"Terus?" sahut Yaswa

Mika mengambil ponselnya kemudian menunjukan pada Yaswa "Akhirnya perjuangannya terbayar. Tuh liat postingannya Vinda, dia post foto bareng Kevin. Sweet banget ya mereka" ucap Mika menggebu

Yaswa mengangguk cepat. Matanya menatap foto Kevin yang merangkul Vinda yang ogah-ogahan, "Kenapa Vinda luluh Ya? Bukannya dari dulu dia selalu nolak kevin?"

Mika mengangkat bahu "Yang namanya perjuangan pasti bakal kebayar kan. Ya kaya kevin ini"

Yaswa tersenyum aneh "Ck, ucapan lo gue anggep penyemangat gue untuk dapetin Aji"

Mika menoyor kepala Yaswa "Yehh, malah nyambungnya ke situ"

Yaswa terkekeh kemudian melanjutkan acara ghibah bersama Mika.

Siska dan Ayu sedikit lega melihat Mika yang mampu membuat Yaswa melupakan kesedihannya. Ya sudah lah, setidaknya obrolan mereka mampu membuatnya Yaswa kembali hidup

🍭🍭🍭

"Minggir!"

Freya tidak berpindah walau sejengkal. Ucapan dingin Aji bagaikan angin lalu untuknya.

"Minggir!" ucapnya lagi

Freya menggeleng "Lo masih berhubungan sama Kinan? Bukannya kalian udah putus"

Aji memasukkan tangannya ke saku celana "Bukan urusan lo" jawabnya dingin

Freya terkekeh sinis, "Lo ngga buta kan buat liat gue yang suka sama lo?"

"Dan lo ngga lupa kan kalo gue ngga suka sama lo"

Freya bersidekap "Gue ngga akan berhenti buat lo suka sama gue. Dan ya, kalo gue ngga bisa dapetin lo, siapapun juga ngga boleh dapetin lo"

Aji menghela napas lelah menghadapi tingkah Freya yang kekeh "Lo ngga cape?"

Freya menurunkan tangannya "Kalo gue bilang cape apa lo bakal nglirik gue?"

"Frey, lo itu cantik, yang suka sama lo juga segudang. Jangan buat hati lo sakit hanya karna terus-terusan nunggu gue yang ngga akan ngelirik lo" ucap Aji

"Kenapa lo ngga bisa suka sama gue?" tanyanya melemah

"Hati gue nolak"

Freya mendongak menatap Aji "Kalo gitu buat hati lo mau sama gue"

"Ngga bisa. Lo itu cuma terobsesi sama gue"

Freya menggeleng. Air matanya mulai menetes. Kenapa Aji begitu sulit dia raih.

"Maaf tapi gue beneran ngga bisa" ucap Aji kemudian berlalu meninggalkan Freya yang menatapnya nanar.

Caksa melirik Aji yang nampak gusar "Kenapa lagi?"

Aji menoleh dan menggeleng "Gimana caranya nolak cewek baik-baik?"

Bayu terkekeh mendapati pertanyaan unik itu "Kenapa? Lo udah mulai frustasi sama cewek yang ngejar-ngejar lo?" tanyanya meledek

Aji melempar Bayu pulpen. Caksa hanya menggeleng pelan "Sebaik-baiknya lo nolak cewek, mereka pasti bakalan tetep ngerasain sakit" ujar Caksa

"Terus gue harus gimana?"

Caksa mengangkat bahu "Ya paling lo harus nolak mereka dari awal sih. Meskipun tetep ngerasain sakit, tapi setidaknya itu lebih baik daripada ngerasain sakit makin lama"

Rano datang dengan muka kesal "Kenapa lo?" tanya Bayu heran

Rano duduk disamping Aji "Anjir emang tuh kevin. Niat gue baik mau ngucapin selamat malah di ledek jomblo" sungutnya kesal

Mereka yang disana terkekeh "Makanya ngga usah banyak gaya" sahut Caksa

Rano makin memberenggut kesal "Bangke lo"

Aji mengambil ponselnya yang bergetar di saku celana. Dia menghela napas pelan, kenapa lagi Kinan menelponnya.

"Kenapa?"

"Aji..... "

Aji langsung berdiri. Dia langsung berlari meninggalkan ketiga sahabatnya yang menatapnya bingung.

"Mau kemana lo?!"

Jantungnya berdebar kencang. Hatinya merapal doa berharap tidak ada sesuatu yang buruk terjadi. Aji langsung melajukan motornya menuju tempat yang tadi disebutkan. Sungguh, dia tidak ingin terjadi apa-apa pada Kinan.

"Aji...."

Aji mengatur napasnya yang tidak beraturan "Kinan gimana tante?"

Fella-mama Kinan tidak menjawab. Tapi tangisannya semakin membuat Aji tidak tenang.

Aji mendekati Fella. Dia memegang bahu Fella dan Fella langsung memeluk Aji seraya terisak.

"Aji.... Kinan...."

Aji membalas pelukan Fella menenangkan. Dia ingin bertanya pada Fella, tapi dia tidak tega melihat mama Kinan yang begitu terpukul.

"Tante salah... "

Aji melerai pelukannya "Tante mau cerita sama Aji?" tanyanya

Fella mengangguk lemah. Aji menuntun Fella duduk di kursi tunggu.

Fella menghela napas pelan "Tante sama om Ridwan ngga sengaja nyinggung perceraian ke Kinan. Dan akhirnya..."

Fella kembali terisak "Kinan mencoba bunuh diri..." isaknya pelan

Aji mengepalkan tangannya. Dia tahu, psikis gadis itu pasti terguncang.

"Terus dimana om Ridwan?"

Fella menunduk "Beberapa menit sebelum kejadian, om Ridwan pergi. Jadi dia ngga tau keadaan Kinan yang sekarang"

"Tante harus ngabarin dia"

Fella mengangguk pelan kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi suaminya.

Aji menyugar rambutnya kasar. Kenapa dia harus menerima kabar seperti ini?

Aji menatap pintu ruangan Kinan kosong. Dokter bahkan belum keluar sekedar memberi kabar. Apakah lukanya parah? Aji benar-benar takut sesuatu yang buruk terjadi pada Kinan.

HALLU PARA READERS KU.
JANGAN LUPA POLLOW

IG: @ellsntka_
-
-
-
SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA

My Captain (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang