Bagian Keduapuluh

31 1 1
                                    

Rasya menghentikan motornya di pelataran rumah Yaswa, dia melirik Yaswa yang tertidur di pundaknya.

Cewe dengan segala tingkahnya yang bisa membuat dia tertawa, Rasya beruntung bisa mengenal Yaswa. Sosok wanita yang dijaganya setelah mamanya.

Yaswa mengerjapkan matanya, dia menatap sekelilingnya yang seperti depan rumahnya.

Rasya terkekeh, melihat Yaswa yang seperti orang bingung.

"Kita udah sampai."

Yaswa menguap lebar, kemudian turun dari motor Rasya.

"Anjir, iler lo nempel di jaket gue." Rasya mengibaskan jaketnya menggunakan tangannya.

Yaswa melotot, "Gue nggak ngiler ya," protes Yaswa.

Rasya terkekeh, "Tapi, bau iler lo wangi juga." Yaswa menatap Rasya aneh, perasaan setiap bangun tidur dia tidak pernah ngiler.

"Gendeng lo."

Yaswa dan Rasya mengalihkan perhatiannya melihat mobil memasuki rumah Yaswa.

Rasya menatap mobil itu, apa itu mobil papanya Yaswa? Dia menoleh menatap Yaswa yang tampak terdiam di tempatnya.

Raut wajahnya tidak dapat di definisikan, kenapa wajah Yaswa berubah jadi murung?

"Yas," Panggil Rasya pelan.

Yaswa tersadar, dia tersenyum menatap Rasya, "Balik gih, gue mau lanjutin bobo cantiknya."

"Ya udah, gue masuk dulu yah, babay Rasyaa ... Makasih tlaktirannya." Yaswa langsung berlari memasuki rumahnya, meninggalkan Rasya yang menatapnya aneh.

Rasya mengangkat bahu kemudian melajukan motornya meninggalkan rumah Yaswa.

Yaswa menghentikab langkahnya, wajahnya datar menatap pemandangan di depannya.

"Yaswa ... Papa pulang."

Yaswa masih terdiam, bahkan saat sosok itu mulai berjalan mendekatinya.

"Yaswa kangen papa kan? Sini peluk papa." Pria paruh baya itu mencoba merengkuh Yaswa. Yaswa melangkah mundur melihat tangan itu akan menggapainya.

Pria itu terdiam, dia menatap wajah putri kesayangannya yang sudah semakin cantik.

"Yaswa, papa kangen kamu."

Yaswa tersenyum sinis, "Tapi Yaswa nggak kangen papa."

Mata Yaswa menjelajah ruang tamu, dan menemukan mamanys berada di pojok ruangan menatap dia dan papanya.

"Yaswa bahkan lupa kapan terakhir kali Yaswa panggil anda dengan sebutan papa."

"Yaswa bahkan lupa kapan terakhir kali, kita bicara seperti ayah dan anak."

Pria itu menunduk, kalimat yang dilontarkan anaknya sungguh membuat hatinya hancur.

Dia tidak sanggup, menatap wajah terluka dari peri kecilnya.

Tes

Yaswa meneteskan air matanya, dia maju mendekati pria paruh baya itu. "Sakit pah, sakit. Saat Yaswa tau orang yang selalu Yaswa banggakan itu nyakitin Yaswa."

Yaswa melirik mamanya, "Sakit, ketika kalian berdua bohong sama Yaswa."

Yaswa meremas dadanya, dia tidak ingin air matanya digunakan untuk menangisi laki-laki seperti ini.

Pria itu mendongak dan menemukan wajah terluka putrinya. "Apa yang harus papa lakuin supaya mendapat maaf dari kamu sayang?"

Yaswa menggeleng, air matanya menetes semakin deras. "Cukup tinggalin Yaswa, dan Yaswa akan baik-baik aja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Captain (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang