Bagian Ketujuhbelas

38 2 2
                                    

Aji membawa Yaswa menuju bangku kantin yang sudah dihuni sahabatnya.

"Anak orang lo apain Ji? Kaya orang bego gitu."

"Si Yaswa kesurupan?"

Aji menggetok kepala Yaswa supaya anak ini tersadar.

Yaswa terlonjak kaget. Dia menatap sekitarnya bingung, kenapa dia bisa ada dikantin.

"Kok gue bisa ada disini?"

"Wahh beneran kesurupan ternyata," celetuk Rano.

Dia kembali teringat Aji yang menyelamatkannya dari Budi.

"Buat yang tadi makasih yaa," ucap Yaswa malu-malu.

"Anjirr. Lo habis ngapain sama nih anak Ji," sahut Bayu.

Aji menendang kaki Bayu. "Ternyata lo emang peduli sama gue." ujar Yaswa dengan pipi memerah.

Aji mengangkat alisnya, "Lo punya hutang sama gue."

"Hah?!"

Sejak kapan Yaswa ada hutang sama Aji. Perasaan dia cuma ada hutang sama tukang cilok, tukang some di rumahnya, Tukang bakwan di seberang sekolah, sama bu Wewe penjual kantin ini.

"Tiga permintaan. Inget?"

"Apa-"

Mata Yaswa membulat, "Gimana kalo bagian yang itu kita skip?" kata Yaswa mencoba negosiasi.

"Nggak masalah."

Yaswa menghembuskan napas lega.

"Yass"

Yaswa menoleh menatap Caksa. "Lo nggak pernah denger kalo orang yang punya hutang, di akhirat bakal di tagih."

"Tenang... Aji kan udah ikhlas. Ya kan Ji?" tanya Yaswa sembari menatap Aji.

"Nggak."

"Lo mau pahala lo di potong buat ngelunasin utang lo ke Aji," celetuk Rano.

Yaswa menggeleng, pahalanya kan sedikit. Kalo di potong, mau jadi apa dia disana.

"Jadi gue harus gimana?" tanya Yaswa.

"Ya, lo bayar utang lo."

Yaswa beralih menatap Aji, "Lo mau gue ngelakuin apa?"

Aji menatap Yaswa datar tapi sedetik kemudian tersenyum misterius.

Yaswa meneguk ludahnya. Alarm bahaya langsung berdering di kepalanya, Aji itu kejamnya kelewatan.

Lebih baik dia sama Budi saja tadi. Setidaknya Budi tidak sekejam dan setega Aji.

***

Sudah Yaswa duga kan, akan jadi seperti ini. Ditambah temen Aji yang bobrok, mendukung tindakan Aji yang kelewat Astaghfirulloh.

"Selamat datang di perpustakaan," ucap Yaswa seraya membungkukan badan.

"Yaswa, kamu tidak perlu melakukan itu. Kamu kayak gitu malah keliatan gilanya," kata bu May penjaga perpus.

Yaswa tersenyum paksa, "Nggak papa bu. Saya juga lagi latian buat ngelamar kerja jadi penjaga indomaret."

"Selamat datang di perpustakaan."

"Segabut-gabutnya gue, nggak gitu juga."

"Dia gila?"

Dasar Human, ngegosip kok di depan orangnya.

"Selamat datang di perpustakaan"

"Hahahhaaha"

"Anak biadab lo. Harusnya lo sekalian nyuruh dia ngomong di speaker," kata Rano.

My Captain (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang