3 | Pesan

43 7 0
                                    

"Kertasmu jatuh," kata Awan sambil menyodorkan kertas itu kepada Elsa.

"Ah,iya. Makasih,wan," jawab Elsa sambil menerima kertas itu.

Elsa pun segera memasukkan kertas itu lagi ke bukunya.

"Jangan taruh di buku,nanti jatuh lagi. Masukin ke tas aja dah," kata Awan membuka suara lagi.

Elsa melirik Awan. Ia pun memasukkan buku nya ke dalam tas. "Dah,kan?"

Awan hanya mengangguk-angguk. Elsa menatap Awan sebentar. Ia lumayan bingung,tidak biasanya pria ini mau bicara dengannya langsung. Selama ini mereka hanya akrab lewat medsos saja.

"Udah sempat kulihat tadi.. Lanjutkan kak," kata Awan tersenyum meninggalkan Elsa.

Elsa menatap Awan sampai menghilang dari pandangannya. Ia pun membalikkan badannya lagi,lalu lanjut berjalan.

"Elsa!" terdengar suara memanggilnya lagi dari belakang. Namun kali ini suara seorang perempuan yang tidak asing bagi Elsa. Elsa pun menoleh ke belakang.

"Tungguin..." tampak Dea setengah berlari menuju ke arah Elsa bersama dengan teman-temannya yang lain.

"Masih disini,sa?" tanya Tiara.

"Iya masih disini,kan. Kamu liat sendiri," jawab Elsa menaikkan alisnya.

"Hadeehh.." Lia menghela nafas berat.

Elsa hanya nyengir tanpa dosa. Yang lainnya tertawa melihat hal itu. Kelima sahabat itu pun berjalan keluar dengan langkah seirama. Seperti biasa,tempat favorit mereka setelah pulang sekolah adalah trotoar dekat pohon besar. Rasanya sejuk dan nyaman untuk duduk.

"Kok lo tadi masih di lorong,sa? Kirain udah di sini," kata Lia,salah satu dari keempat sahabat Elsa.

"Iya,tadi kertasku jatuh"

"Hah?" semua menoleh ke arah Elsa.

"Kertas jatuh kok ngambilnya setahun?" tanya Tiara.

"Ihh nggak gitu. Jadi gini..."

Semua teman Elsa mendekatkan wajahnya ke arah Elsa. Mereka tampak memperhatikan baik-baik.

"Jadi kan tadi kertas gambaran hasil kegabutanku di kelas aku selipin di buku. Buku nya aku bawa..."

"Ah,kebiasaan gambar mulu di kelas," kata Dea menyahut.

"Mending lah,gabutnya menghasilkan. Daripada lo gabut malah mutilasi penghapus," balas Agni.

"Yeee si Agni mah mainan bolpen dijadiin roket," sahut Lia.

"Ehh udah udah! Kok malah bales-balesan,sih? Gimana tadi sa? Lanjutin," kata Tiara mengembalikan konsentrasi teman-temannya.

Elsa menggigit bibir bawahnya. Sedikit mengingat sampai mana ia bercerita.

"Kan kertasnya aku selipin di buku. Nah,kertasnya jatoh.. Diambilin sama si Awan," jelas Elsa.

"Owalah pantes..." kata keempat temannya bersamaan membuat Elsa sedikit terkejut.

"Ngobrol-ngobrol dulu ya?" goda Agni.

"Nggak juga,tuh. Bentar pake banget"

"Halaaahh.. Udah lah,sa. Sama Awan aja,gue restuin," kata Dea menyenggol tangan Elsa. Alisnya naik turun tidak jelas.

"Woy woy kok jadi dipacokin sama Awan gini,sih?!" tanya Elsa tampak tak terima.

Keempat temannya hanya ketawa-ketiwi. Elsa geleng-geleng kepala. Sudahlah teman-temannya memang sudah julid sejak lahir. Terkadang juga receh. Tapi hanya dengan mereka Elsa bisa menikmati hari-harinya di sekolah dengan keceriaan. Eeaaa

Troposfer : Awan & Langit  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang