8 | Awan, Langit, dan Bintang ?

47 6 0
                                    

Hari ini sekolah cukup heboh dengan adanya kehadiran siswa baru. Hm, cukup membuat para wanita meliriknya. Siswa tinggi dan tampan itu bernama Alterio. Ya, artinya bintang. Ia biasa dipanggil Al.

Awan yang baru saja datang ke sekolah pun kebingungan melihat banyak siswi merubung murid baru itu. Ia hanya geleng-geleng kepala. Dirinya bersikap bodoamat. Toh dia lihat Elsa juga cuma duduk diam di depan kelas, tidak melirik ke arah anak baru itu sekalipun. Jadi Awan merasa rada tenang.

KRRIINGG

Di lorong Elsa tampak sibuk membawa buku-buku untuk diserahkan ke kantor guru. Tumpukannya lumayan banyak, buku milik siswa seisi kelasnya. Awan yang bersiap ke kantin kini sedang berdiri di ambang pintu. Tentu saja ia melihat gadis itu. Rasanya Awan ingin membantunya membawa buku-buku itu. Namun langkahnya tethenti.

Tampak Al sedang berlari sambil bercanda dengan temannya. Tanpa sengaja ia menabrak Elsa, hingga buku-bukunya tercecer di lantai. Sambil mengucap maaf ia memungut buku-buku itu satu-persatu. Ia menatap Elsa, wajahnya jadi sedikit tersenyum.

"Gue bantu ya," katanya.

"Eh ga usah.. Udah gapapa," kata Elsa menolak.

"Kan tadi gue udah jatuhin.. Sekarang gue bantu lah," kata Al bersemangat sambil mengambil setengah dari tumpukan yang dibawa Elsa. Mereka pun berjalan bersama menyusuri lorong menuju ke kantor guru. Ya, Awan hanya bisa terdiam melihat mereka.

"Apa-apaan senyum itu tadi?" batinnya tidak terima. Entah kenapa nafsu makannya jadi hilang begitu saja. Ia pun masuk kembali ke kelas, tidak ingin melangkahkan kakinya ke kantin.

Awan mengacak-acak rambutnya. Seharusnya reaksinya tidak seperti ini hanya karena melihat kejadian tadi. Padahal sebelumnya ia juga bisa menahan selama Elsa masih bersama Dika. Cukup menyakitkan, tapi Awan bisa bersabar. Ia pun menghela nafas berat. Akankah ada kisah baru antara Elsa dan Al? Sudahlah, ia tidak ingin memikirkannya.

Baiklah, kali ini ia menarik kata-katanya 'tidak ingin melangkahkan kakinya ke kantin'. Awan tidak bisa membohongi rasa laparnya. Ia akhirnya berjalan ke kantin dengan langkah yang malas. Tiba-tiba saja seorang di belakangnya memanggilnya cukup keras. Tidak asing lagi banginya.

"Awan! Tungguin lah.." kata Elsa dengan nafas tersengal-sengal. Sepertinya gadis ini berlari menyusulnya.

"Mau ku traktir?" tanya Awan tanpa basa-basi.

"Nggak.. Nggak usah.. Aku aja. Kan kemarin kamu udah"

Awan mengingat-ingat kembali. Ya, kemarin sepulang sekolah ia menraktir gadis ini di Indoapril.

Awan mengangkat bibir kanannya. "Kan aku mintanya ditraktir di Hanamasa," katanya santai.

"Gilak wan.." Elsa gemas menyubit lengannya. Sedangkan Awan hanya ketawa-ketiwi tak berdosa.

Ya, lumayan lah buat Awan. Ia bisa pergi ke kantin berdua dengan 'sahabat' nya itu. Tapi sedikit canggung juga. Apalagi banyak siswa memperhatikan mereka sepanjang jalan ke kantin.

"Mau apa? Bakso?" Elsa menawarkan.

"Eh.. Jangan"

"Hm? Kenapa?"

"Pokoknya jangan." Awan menolak tegas.

Elsa hanya menaikkan alisnya. Matanya menyapu seisi kantin.

"Siomay?" tanya nya lagi pada Awan.

"Nggak ah"

"Batagor?"

"Hmm no"

"Soto?"

"Nggak mau"

"Apaan? Masa mie?"

Troposfer : Awan & Langit  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang