11 | Rumah Awan

34 4 0
                                    

Hari ini hari Minggu. Tentu saja sekolah libur. Tak apa, Awan tetap senang. Bukan hanya karena ia mendapat nilai baik di ulangan matematika kemarin, tetapi ia juga memakai gelang yang sama dengan Elsa. Beberapa kali pria itu mengangkat tangannya, memandang gelang hitam yang melingkar di tangannya.

Selesai membersihkan rumah, Awan merebahkan dirinya di kasur. Ia membuka ponselnya, melihat apakah ada notifikasi yang masuk. Sontak ia beranjak dari kasur ketika melihat nama Elsa tertera jelas di layar.

Elsa
Sibuk kah?

Awan Devananta
Nggak kok
Baru aja selesai bersih2

Elsa
Sama atuh..
Sekarang bingung
mau ngapain

Awan Devananta
Wkwk..
Ngapain ya

Elsa
Yeee malah
balik nanya

Awan Devananta
Hehe

Elsa
Main yuk

Awan membuka matanya sempurna. Seriusan? Elsa mengajaknya main? Tapi kemana? Bahkan ia bingung mau mengajaknya kemana. Lagipula rumah Elsa sangat jauh dari rumahnya.

Awan Devananta
Aku sih mau mau aja
Tapi kan rumah kita
jauh sa

Elsa
Iya juga sih..
Atau mau ketemu
di sekolah aja?

Awan Devananta
Boleh juga..
Aku pake sepeda ya
Biar bisa keliling bebas

Elsa
Yooshh..
Aku siap-siap

Awan tersenyum. Ia pun menutup ponselnya. Ia segera bersiap-siap juga.

"Buk, aku keluar ya.." kata Awan berpamitan sambil memakai sepatunya.

"Loh? Mau kemana?" tanya Ibunya menyelidik.

"Main buk, sama temen"

Ibunya manggut-manggut. "Makan dulu wan"

Awan pun menurut. Ia melepas sepatunya lagi dan kembali masuk ke rumah. Awan segera duduk di meja makan, mengambil nasi dan lauk. Ia bergegas makan, tidak ingin Elsa menunggunya.

"Siapa temenmu? Randy?" tanya Ibunya lagi.

Awan menelan makanannya. Ia segera menjawabnya tanpa menyebut namanya. "Bukan buk"

Ibunya tersenyum. "Cewek kah?"

Awan diam, ia menunduk. Ah, masa ia ingin berbohong? Sepertinya tidak bisa. Ia tidak bisa melakukannya. Beberapa saat kemudian Awan pun mengangguk pelan.

Ibunya terkekeh. "Ga usah takut gitu lah.. Lagian gapapa kok kalo punya temen cewek. Ibuk ga akan marah," kata Ibunya, membuat Awan sedikit terkejut. Sungguh, ia tidak menduga reaksi Ibunya akan seperti itu.

"Ibuk juga ga melarang kalau kamu mau pacaran.." lanjut Ibunya.

"UHUK!" lagi-lagi Awan selalu tersedak kalau terkejut. Ia segera mengambil air putih di meja dan meminumnya sampai habis. Ibunya hanya geleng-geleng sambil terkekeh.

"Aku nggak pacaran buk.." kata Awan jujur.

"Iya, Ibuk tau. Ibuk kan cuma bilang, kalau mau pacaran ya silahkan.. Asal gunakan aja buat penyemangat belajar, ambil sisi positifnya. Ibuk juga tau kok, nilai kamu semakin lama juga makin baik. Kalau memang itu bisa bikin Awan jadi rajin belajar, selalu tersenyum, ya gapapa, Ibuk malah seneng.." Ibunya memberi wejangan. Awan terpaku mendengarkan Ibunya. Ia hanya tersenyum. Sepertinya Ibunya memahami isi hatinya.

Troposfer : Awan & Langit  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang