BAGIAN SEPULUH | Naya pingsan

45 9 14
                                    

Tak ada cara lain lagi untuk isthar selain membopong naya melewati banyak rintangan seram lainnya untuk sampai keluar wahan rumah hantu itu

"Gila ya nih anak untung kecik , kalo gendut udah gue tinggal nih disini biarin jadi makanan hantu"
Kata isthar kesal , iya sih untung saja postur tubuh naya kecil dan kurus jadi isthar tidak terlalu berat membawanya , bayangkan jika badan naya agak blablas kasihan istharnya yang harus berjalan jauh membawanya

Isthar sebenarnya bukan tipe manusia penakut hanya saja dia sering terkejut jika ada yang tiba tiba membuatnya kaget , seperti tadi ada 3 tuyul yang langsung keluar dari goa buatan ketika isthar lewat , dia terkejut dan hampir saja hilang kendali , untung masih bisa di kontrol kalo tidak bisa nyium lantai dia sama naya

Setibanya di luar isthar langsung mendudukkan naya di kursi panjang bawah pohon rindu, dia bingung sangat bingung gimana cara membuat naya bangun karena jarang sekali naya pingsan kalaupun pingsan pasti ada teman temannya yang membantu membangunkan

Setelah berpiking panjang dan menimang nimang pikiran isthar pun akhirnya memilih untuk menunggu naya bangun namun setelah 30 menit naya pun belum juga bangun, stelah itu isthar melihat botol air mineral dan sekilas ide muncul untuk membuat naya bangun tanpa minyak angin dan nafas buatan

Dia langsung mengambil botol tersebut dan menyiramkan tangannya setelah itu langsung memercikkan air ke wajah naya sekilas naya langsung saja membuka mata dan terkejut akan ulah isthar yang memercikkan air diwajahnya dan membuat bajunya lembab dan basah

"Istharrrrr... apaan sihh kok kamu siram akuuuuu kan jadi basahhh!!!"
Ucap naya yang langsung menunjukkan wajah marah
"Eh..ehh maafff soanya kamu pingsan tau nggak udah aku bilangin keluar aja tadi kamu sih keras kepala masih mau lanjut ke dalem rumah hantu itu jadinya ketemu mumi kan jadi pingsan kan!"
Kata isthar dengan wajah tak kalah kesal dengan naya yang baru saja ia percikkan air
"Siapa coba yang susah aku kan , aku bawa kamu dari dalem sana tau nggak jauh banget aku jalan! Sampe kram tangan aku"
Lanjut isthar masih dengan wajah kesanya dan langsung meninggalkan naya berjalan menuju tempat jualan cemilan

"Lah kok ditinggal iss... abis di omelin di tinggal ihh dasarrr istharrrr gilaaaa"
Peikik naya tanpa memperdulikan tatapan orang lain yang menganggap dirinya stres sedangkan isthar hanya berbalik badan melihat naya kesal sambil menggeleng gelengkan kepala

"Ayo lama bangett aku tinggal ya"
Ucap isthar sambil pura pura meninggalkan naya
"Istharrr tungguu!!"
Pekik naya sambil berlari lalu langsung menggandeng tangan tangan isthar

"Tarr.. naikk tornado yuk"
Kata naya yang membujuj isthar lagi
"Nggak usah aneh aneh ya kita naik bianglala aja"
Tawar isthar

Isthar memang terkenal sangat takut ketinggian , dia tidak bisa jika ada di ketinggian setelah itu bisa muntah muntah karena mabok katinggian , aneh bukan? Cowo kok penakut wkwk

"Nggak mau aku pokoknya mau naik tornado , nggak ada penolakan"
Kata naya
"Nayy kalo naik bianglala aku masih berani nay plis"
Bujuk isthar sambil memohon

Tanpa mempedulikan ucapan isthar naya langsung saja berjalan ke arah tiket , tapi melihat orang mulai memekik ketakutan naya langsung merinding tapi dia tidak mengurungkan niatnya

"Nay gimana kalo aku muntah"Tanya isthar sambil memegang dua tiket wahana tornado yang sudah ia bayar"Nggak apa apa kan kamu yang muntah bukan aku"Jawab naya sambil senyum mengejek isthar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nay gimana kalo aku muntah"
Tanya isthar sambil memegang dua tiket wahana tornado yang sudah ia bayar
"Nggak apa apa kan kamu yang muntah bukan aku"
Jawab naya sambil senyum mengejek isthar

Dengan semangat juang isthar berusaha berani menaiki wahana itu walau jantungnya dagdigdug dengan kecepatan 350km/jam semua ini demi naya wkwk cieee demi nayaaa

_______________

Happy readingg
Jangan lupa vote and comen yaa
Selamat malam all ily

Tanaya SumaWhere stories live. Discover now