Bab 17 | Meet Again

14.7K 759 9
                                    

Hari libur dimanfaatkan Relline dan Bayu untuk menghabiskan waktu bersama, mereka kini tengah berada didalam mobil menuju sebuah pusat hiburan terkenal di kota ini. Dufan adalah tempat yang begitu cocok untuk mereka yang akan bermain berbagai wahana di sana, Relline yang mengajak Bayu ke sana sekedar untuk menghilangkan rasa suntuk dan pusingnya akan pekerjaan serta pertemuannya dengan dua orang pengkhianat beberapa hari yang lalu.

"Kamu serius ngajakin aku naik wahana ini?" Tanya Bayu dengan wajah pucatnya ketika Relline menariknya kesebuah wahana dan kini mereka tengah membeli dua tiket.

"Kenapa kamu takut?" Tanya Relline membuat Bayu menggeleng cepat.

"E-enggak kok, cuma aku takut kamu panik nanti diatas sana. Aku gak bisa meluk kamu kalau kamu panik, kan kita pakai pengaman masing-masing."

"Aku gak bakal panik kok, kamu kali yang panik." Ucap Relline dengan senyum evilnya.

"E-nggak kok, siapa yang panik? Aku kan beranian."

"Berarti kita jadi naik ini?" Relline menunjukan dua tiket yang ada ditangannya.

"Ayo, siapa takut." Ucap Bayu penuh percaya diri.

Selama mereka menaiki wahana yang naik turun diatas ketinggian, Bayu tak henti-hentinya berteriak heboh bersama para penumpang lainnya. Sedangkan Relline terlihat tak takut sama sekali, wanita itu malah menertawakan wajah panik dan penuh ketakutan Bayu. Wahana yang membuat jantung naik turun dan bisa saja terlepas dari tubuh, bagi yang mempunyai penyakit jantung disarankan untuk tidak menaiki wahana ini karena dapat menyebabkan langsung mati ditempat.

Akhirnya wahana berhenti karena waktunya sudah habis, Relline tak henti-hentinya menertawakan kekonyolan Bayu sepanjang mereka menaiki wahana itu. Ia jadi teringat Bayu yang sok berani ketika ia ajak menaiki wahana itu, kalau takut kenapa tidak bilang dari awal? Pikirnya.

"Katanya tadi beranian? Gak takut naik wahana tadi, kok yang aku lihat dan dengar malah sebaliknya." Ejek Relline yang berubah menjadi panik ketika Bayu tiba-tiba memuntahkan isi perutnya, wajahnya terlihat begitu pucat membuat ia kelabakan.

"E-eh? Kok malah muntah? K-kamu duduk sini dulu, aku beliin kamu minum." Relline menyuruh Bayu duduk disebuah bangku panjang yang terbuat dari kayu bercat putih sedangkan dia membeli air mineral disebuah kedai.

"Nih minum." Relline menyerahkan air mineral yang langsung diteguk Bayu hingga tandas.

"Maaf ya, gara-gara aku kamu jadi begini. Habisnya kalau takut kenapa gak bilang sih? Aku kan gak akan maksa kamu naik wahana yang pengen aku naiki." Ucap Relline yang dibalas senyum diwajah pucat Bayu.

"Gak apa-apa aku yang mau, maaf ya sempat bikin kamu panik tadi."

"Pokoknya lain kali aku gak mau ngajak kamu naik itu lagi." Ucap Relline bersungut-sungut membuat Bayu tertawa pelan.

"Kamu udah mendingan kan?" Bayu mengangguk.

"Kita naik wahana itu yuk." Mata Bayu membulat melihat wahana yang ditunjuk Relline.

"Sayang!" Rajuk Bayu kesal membuat Relline tertawa.

Bagaimana Bayu tidak kesal jika yang ditunjuk Relline adalah sebuah wahana kereta untuk anak-anak, dipikirnya memangnya dia anak kecil apa?

"Bercanda." Kekeh Relline.

"Kamu tunggu sebentar ya." Bayu beranjak menghampiri penjual gula kapas yang letaknya tak jauh dari keberadaan mereka.

Bayu kembali membawa satu plastik besar gula kapas berwarna biru muda dan menyerahkannya kepada Relline.

"Makasih, tapi aku gak terlalu suka sama makanan yang manis." Ucap Relline membuat Bayu kembali mengambil gula kapas dari tangan Relline dan membuka bungkusannya.

"Kamu harus coba, ini tuh enak banget. Manis-manis lembut gimana gitu, aaa.." Bayu mengarahkan secuil gula kapas kearah Relline yang mau tak mau membuka mulutnya menerima suapan dari Bayu.

"Gimana? Enakkan?" Relline mengangguk membuat Bayu tersenyum dan mengambil secuil lagi tapi kali ini menyuapkannya kedalam mulutnya sendiri.

"Masih manisan rasa bibir kamu." Ucap Relline sambil mengerlingkan matanya membuat pipi Bayu memerah.

"Ih gemes banget sih." Greget Relline sambil mencubiti kedua pipi Bayu yang memerah membuat pria itu memberengut kesal.

"Hai Relline, kita ketemu lagi." Relline dan Bayu sontak menoleh ketika mendengar sebuah suara yang beberapa hari lalu sempat menyapanya.

Pandangan Relline datar ketika melihat pria yang tengah berdiri dengan cool sambil memasukkan kedua tangannya didalam saku celana jeans-nya.

"Oh jadi ini ya suami lo Relline?" Ucap Dani sambil meneliti penampilan Bayu dari atas hingga kebawah dengan tatapan penuh menghina.

"Kenalin gue Dani mantan tak terlupakannya Rellin." Dani dengan penuh percaya diri mengulurkan tangannya pada Bayu yang hanya diam sambil memandang datar Dani.

"Bayu suami Relline." Bayu menjabat tangan itu sambil ia menekankan kata suami kepada pria didepannya.

"Gak usah banyak basi lo, kenapa lo ada disini? Bukannya lo di Bandung?!" Sentak Relline sinis.

"Oh iya gue lupa kalau beberapa hari kemarin kita sempat ketemuan di Bandung." Ucap Dani sambil menatap sekilas Bayu yang masih memandangnya datar.

Relline menggeram mendengar ucapan penuh fitnah dari Dani, sejak kapan coba mereka ketemuan? Yang ada itu adalah pertemuan tak sengaja yang sangat menyebalkan bagi Relline. Jangankan ingin bertemu dengan sengaja, tidak sengaja saja dia sudah merasa mual dan enek. Rasa-rasanya dia ingin memuntahkan isi perutnya tepat diwajah sok tampan dan kepedean si pengkhianat itu.

"Bayu ayo kita pulang." Ajak Relline sambil menarik tangan Bayu mengajak pria itu pergi karena merasa tak tahan dengan pria stres dihadapannya, padahal kota ini luas tapi kenapa sih mereka harus bertemu orang ini?

"Lo jangan bangga cuma jadi mantan dari istri gue, sedangkan lo lihat gue suaminya dan gak akan pernah termakan sama omongan penuh tipu muslihat dari lo!!" Tukas Bayu dingin dan tajam, Relline saja sempat merinding mendengarnya karena baru pertama kali ini ia mendengar suaminya berkata dengan nada seperti ini.

"Ayo sayang kita pulang." Bayu tersenyum manis kearah Relline, merangkul bahu istrinya dan meninggalkan Dani yang tengah mengumpat karena tidak berhasil membuat pertengkaran diantara dua orang itu.

"Jelasin." Pinta Bayu lembut tapi dengan nada menuntut ketika mereka telah berada didalam mobil.

"Oke.." Relline menghela nafas sejenak.

"Jadi dia itu mantanku waktu aku SMA, kami putus karena dia berkhianat dengan main belakang sama sahabat aku sendiri. Aku gak mau jelasin panjang kali lebar masalah masa lalu aku karena menurutku itu gak penting, untuk apa coba mengingat masa lalu? Toh udah ada masa depan aku saat ini yaitu kamu." Relline mengerlingkna matanya membuat Bayu berdecak kesal.

"Jangan coba goda aku, aku gak mempan sama gombalan kamu saat ini. Jelasin apa yang dimaksud mantan kamu tadi kalau kalian pernah ketemuan di Bandung." Relline malah mencubit pipi Bayu membuat pria itu berusaha menghindar.

"Lucu banget sih kamu kalau cemburu."

"Relline!"

"Tadi aja manggilnya sayang-sayang, kok sekarang malah Relline lagi sih?"

"Jelasin."

"Hhmm iya aku jelasin, jadi waktu aku sama Ardi lihat proyek kita yang ada di Bandung aku gak sengaja ketemu dia. Ingat ya gak sengaja bukan sengaja, itu aja langsung aku tinggalin waktu dia ngomong macem-macem."

"Aku senang deh kamu cemburu gitu, biasanya aja aku yang selalu cemburu kalau kamu dekat-dekat Sam Vira." Kini giliran Relline yang kesal ketika mengingat wanita yang masih saja gencar mendekati Bayu padahal pria itu sudah menolaknya dengan terang-terangan.

"Yang terpenting kan yang milikin aku itu kamu, bukan Vira atau wanita lainnya." Ucap Bayu sambil merangkul bahu Relline.













Possessive WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang