Bab 24 | Don't Bother

14.8K 736 3
                                    

Semakin hari kandungan Relline semakin terlihat dengan perutnya yang semula rata menjadi sedikit membuncit, bahkan ia harus merelakan pakaian lamanya tidak terpakai dan menggantinya dengan yang baru. Mencoba menyesuaikan agar tak menghimpit bayi didalam kandungannya, ia tidak lagi mengenakan rok span melainkan menggantinya dengan rok plisket ataupun wolfis yang nyaman dipakai karena longgar.

Relline kini menjadi jarang bertemu Bayu karena pria itu benar-benar resign dari kantornya untuk datang ke kantor Papanya yang lain, suaminya itu sudah bertekad belajar memimpin perusahaan yang kini Papanya pimpin. Siapa lagi yang akan mendesak Bayu kalau bukan Papanya, semakin gencar Papanya membujuk dan sekedar menyindir Bayu membuat pria itu akhirnya menyerah dan menuruti kemauan sang Papa mertua.

Berbicara tentang Bayu, kenapa saat ini ia begitu merindukan suaminya ya? Padahal giliran suaminya sekantor dengannya ia tak merasakan hal ini. Aish padahal beberapa minggu yang lalu ia tidak mau berdekatan dengan Bayu, tapi sekarang kenapa rasanya ia selalu merindukan suami manisnya itu? Menyebalkan sekali kamu nak, membuat Mamamu kesusahan dengan keinginan si jabang bayi didalam perutnya.

"Loh? Bu Relline mau kemana?" Tanya Nita begitu melihat Relline keluar dari ruangannya.

"Saya keluar sebentar ya Nita." Pamit Relline.

"T-tapi Bu sebentar lagi kita akan mengadakan rapat Bu."

"Batalkan saja dulu, kalau tidak kamu saja yang menggantikan saya." Sebelum Nita kembali berbicara Relline lebih dulu meninggalkan sekretarisnya itu dengan memasuki lift.

Nita menghela nafas menatap kepergian Ibu bosnya, lagi-lagi ia yang harus menggantikan atau membatalkan rapat yang sudah mereka agendakan tiga hari yang lalu.

Sedangkan Relline yang kini tiba di lobi kantor, segera memasuki mobil kantor dengan supir pribadi. Masa bodoh dengan urusan kantor, ini lebih penting dari urusan kantor. Keinginan si jabang bayi didalam perutnya harus dituruti jika tidak ingin anaknya nanti ileran, sebenarnya mungkin itu mitos namun Relline memilih mempercayainya saja. Toh ia juga merasa sangat aneh jika keinginannya tidak terturuti.

"Pak jalan ya Pak."

"Kemana Bu?" Tanya sopir itu begitu Relline duduk di kursi penumpang.

"Ke kantor Papa." Mobil pun langsung melesat menembus jalanan yang cukup lengang karena saat ini masih jam kantor.

"Bapak pulang ke kantor duluan saja, saya nanti bisa memesan taksi atau minta antarkan sopir disini."

"Baik Bu."

Relline memasuki kantor Papanya dengan wajah angkuh dan datarnya, beberapa pegawai kantor yang mengenalnya pun menyapa yang dibalas anggukan singkat oleh Relline. Langkahnya menuju meja resepsionis dimana seorang wanita dengan dandanan super menor tengah mengangkat sebuah telefon.

"Ya Pak tunggu sebentar ya, mencari siapa Bu Relline?" Resepsionis itu menjeda telefon masuk karena ada anak dari bos mereka yang sepertinya akan bertanya kepadanya, urusan lain bisa ia kesampingkan tapi untuk urusan Relline bosnya sudah mewanti-wanti untuk memprioritaskan Relline dalam segala hal.

"Saya mencari suami saya, Bayu Setiadji." Ucap Relline tanpa perlu berbasa-basi dengan langsung mengatakan maksud dan tujuannya.

"Oh Pak Bayu, sepertinya beliau tadi sedang meeting diluar. Saya tidak sengaja melihatnya berlalu keluar dari kantor, mungkin Ibu bisa menunggu Bapak di ruangannya. Di lantai enam Bu."

"Baiklah terimakasih."

Setelah tiba di ruangan Bayu, Relline memilih duduk disebuah sofa panjang berwarna merah hati. Bosan begitu lama menunggu akhirnya ia berjalan-jalan menjelajahi ruangan Papanya yang kini menjadi ruangan Bayu, ia baru pertama kali menapakkan kakinya menuju kantor ini jadi ia tidak tau dengan keadaan dan ruangan suaminya sendiri.

Relline tersenyum lebar ketika melihat sebuah bingkai foto pernikahan mereka yang dipajang diatas meja kerja Bayu, merasa bahagia atas Bayu yang sepertinya ingin selalu memperhatikannya baik itu difoto ataupun dunia nyata. Relline langsung menoleh kearah pintu yang terbuka begitu mendengar sebuah suara Bayu yang sepertinya tengah berbincang dengan seorang wanita.

"Relline?" Bayu sedikit kaget dengan keberadaan Relline, namun itu tak berlangsung lama karena ia langsung menghampiri istrinya.

"Kamu kesini?" Bayu tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya ketika mendapati Relline yang berada di ruangannya.

Namun Relline tak memperdulikan Bayu, matanya malah menatap tajam seorang wanita yang kini tersenyum sinis padanya.

"Kenapa dia ada disini?" Tanya Relline dengan nada tak suka.

"Kamu kenal dia? Dia sekretaris baru yang di interview oleh aku secara langsung, dan mulai sekarang Beti ini jadi sekretaris aku." Bukannya Beti itu sekretaris Pak Eko yang merupakan rekan kerjanya? Tapi bagaimana bisa Beti malah melamar pekerjaan di kantor ini, dan apa kata Bayu tadi? Beti jadi sekretaris suaminya? Ini tidak bisa dibiarkan terjadi.

"Aku gak kenal dia kok." Relline memandang datar Beti.

"Beti kamu bisa keluar sekarang, selesaikan pekerjaan kamu ya. Dan atur semua agenda saya untuk seminggu yang akan datang."

"Baik Pak." Beti akhirnya undur diri meninggalkan Bayu dan Relline yang tengah bersedekap dada sambil memandang suaminya tajam.

"Jadi kenapa sekretaris kamu itu cewek? Kan aku udah pernah bilang kalau aku maunya kamu dapet sekretaris cowok."

"Mencari sekretaris cowok itu gak mudah sayang, lagian aku gak akan macem-macem kok. Aku kan di kantor ini mau kerja bukan melakukan hal lainnya." Relline berdecak kesal, ia menghentakkan kakinya dilantai kemudian duduk di sofa yang diikuti Bayu.

"Tau ah." Kesalnya, niatnya kesini ingin melepas rindu dengan memeluk Bayu sepuasnya namun yang didapatinya malah membuatnya kesal.

Ia tidak mau Bayu berdekatan dengan Beti orang yang pernah menjadi sahabatnya sekaligus perusak hubungannya dengan Dani dulu, ia tidak mau wanita itu berniat buruk untuk kembali merebut apa yang ia miliki.

"Jangan marah, kalau kamu benar-benar maunya aku pakai sekretaris cowok ya sudah aku coba mencari lagi. Biar Beti nanti akan aku pindahkan menjadi sekretaris dibagian HRD." Mata Relline berbinar mendengarnya.

"Beneran?" Bayu mengangguk seraya menggenggam tangan Relline.

"Aku kangen tau sama kamu." Relline menghambur memeluk Bayu membuat pria itu sedikit terkejut namun bisa menguasai dirinya dengan balas memeluk tubuh sang istri.

"Dulu aja ngelarang-ngelarang aku untuk dekat-dekat kamu, jadi sekarang udah enggak lagi ya?"

"Gak tau juga aku, mungkin ini bawaan anak kita." Bayu terkekeh mendengar ucapan Relline, tangannya mengusap perut istrinya dengan lembut.

Ia mengarahkan wajahnya diperut Relline kemudian berbisik lirih yang masih dapat didengar oleh Relline.

"Jangan nakal-nakal ya Nak, yang baik didalam sana. Jagain Bunda kamu ya sayang, Papa dan Mama sayang kamu." Setelahnya Bayu mencium lembut perut Relline.

"Sini peluk lagi." Bayu kembali meraih tubuh Relline untuk berada dalam dekapannya.

"Kamu gak apa-apa kesini di jam kerja?" Tanya Bayu sambil mengusap rambut Relline.

"Terserah sama urusan kantor, salah anak kita yang mau dekat-dekat sama Papanya." Bayu terkekeh dan ingin mengecup bibir Relline namun baru beberapa sentimeter jarak yang ia ciptakan suara ketukan pintu terdengar.

"Permisi Pak, maaf mengganggu. Ini ada beberapa berkas yang harus Bapak periksa hari ini juga." Beti memasuki ruangan Bayu.

"Taruh saja di atas meja saya dan kamu boleh kembali keluar."

"Baik Pak."

Dalam hati Relline mendengus kesal, wanita itu benar-benar mengganggu kemesraannya dan Bayu yang baru saja akan tercipta. Ingin sekali ia berteriak kepada wanita itu atau bila perlu sekalian memakai toa ditelinganya dengan perkataan 'JANGAN GANGGU!!' menyebalkan sekali.
















Possessive WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang