Bab 21 | Not Confidence

16.8K 780 2
                                    

Kehamilan Relline membawa kebahagian bagi semua anggota keluarga, Handoko merasa sangat senang atas kehamilan putrinya karena sebentar lagi ia akan menjadi seorang Kakek. Rasa-rasanya tak sabar menunggu kelahiran cucu pertamanya begitupula dengan kedua orangtua Bayu yang sangat antusiasnya. Bahkan Rika yang biasanya sinis dan tak suka akan kehadiran Relline dihidup Bayu sedikit demi sedikit menerima kehadirannya. Atau mungkin dibalik Relline yang hamil namun juga ada rasa kecewa terhadap Vira yang ia pikir sebagai menantu idaman.

Begitu mendengar kabar Relline hamil Handoko tak tanggung-tanggung berbagi kebahagian bersama para kerabatnya dengan acara makan malam bersama keluarga besar untuk merayakan kehamilan Relline yang awalnya ditolak tegas oleh sang putri namun Handoko berhasil membujuk dengan dalih ini cucu pertamanya. Demi menyenangkan hati sang Papa akhirnya Relline menyetujui saja, ia juga kasihan melihat raut wajah kecewa dari Handoko yang begitu sedih.

"Waah selamat ya Relline, Tante gak nyangka kamu bisa hamil secepat ini." Leni-adik dari Papanya memeluknya dan memberikan kecupan dikedua pipinya.

"Iya Tante, makasih banyak udah dateng." Dari Tante-tantenya yang lain Relline lebih akrab dengan Leni karena menurutnya Tante Leni-lah yang tidak berpura-pura baik dihadapannya, Tantenya yang satu ini terlihat tulus berbeda dengan kedua Tantenya yang lain yaitu Tante Angel dan Tante Friska.

Saudara Ayahnya berjenis kelamin perempuan semua, mereka juga hanya memiliki anak perempuan sama seperti Ayahnya. Dari sebelah Tante Leni ia mempunyai dua sepupu perempuan yaitu Ellena dan Venna, dari Tante Friska ia memiliki satu sepupu yaitu Eve dan dari Tante Angel ia juga hanya memiliki satu sepupu yaitu Kathrin.

"Ya pasti Tante dateng dong, inikan makan malam merayakan kehamilan kamu. Masa ponakan Tante hamil Tante gak datang untuk merayakan?" Relline tersenyum mendengar antusiasme dari Tante Leni.

"Tante udah nyuruh Venna buat cepat-cepat nikah sama pacarnya, tapi selalu aja ada alasannya. Yang sibuklah, gak punya waktulah, belum mau nikahlah. Tante itu sebenarnya tau banget kalau pacarnya Venna itu gak serius sama dia, emang dasarnya aja Venna itu orangnya keras kepala dan kayaknya cinta banget sama si pacarnya. Tante bisa apa, emang ya anak muda jaman sekarang emang gitu ya?" Curhat Tantenya menceritakan Venna yang usianya lebih tua dua tahun darinya karena Tante Leni menikah dengan sang suami lebih dulu dari Papa Relline yang merupakan anak tertua.

"Coba aja dia mau Tante jodohin pasti sekarang Tante lagi senang-senangnya dengar Venna hamil ya kayak kamu gini." Relline menepuk punggung tangan Tantenya dengan lembut memberikan semangat.

"Relline yakin kok Tante sebentar lagi Venna pasti nyusul Relline nikah."

"Amiin, Tante harap sih gitu soalnya kan usia Venna itu loh udah hampir kepala tiga kalau bagi wanita kan itu sudah hampir kadaluwarsa. Tante gak mau anak Tante yang cantik itu jadi perawan tua karena kelamaan nunggu pacarnya yang gak serius itu lamar Venna ke Tante dan Om." Relline hanya menggeleng seraya tersenyum melihat Tante Leni yang sangat menggebu-gebu menyuruh Venna menikah, ah ia jadi teringat almarhum Mamanya. Apakah Mamanya juga akan seperti Tante Leni jika masih hidup dan melihatnya belum menikah?

"Eh iya Tante ke keluarga yang lain dulu ya? Tuh dua Tante kamu kayaknya mau ngucapin selamat juga." Relline melihat Tante Angel dan Tante Friska datang menghampirinya ketika Tante Leni meninggalkannya untuk menemui kerabat yang lainnya.

"Halo Relline, selamat ya sayang. Tante gak nyangka kamu akan cepat hamil begini, Tante bahkan berpikir kalau kamu gak akan nikah dalam waktu lama soalnya kan semenjak SMA dan kamu putus sama Dani Tante gak pernah lagi melihat kamu dekat sama pria. Tante pikir kamu trauma loh, eh ternyata Tante salah ya ini buktinya kamu bisa hamil begini." Tante Friska berkata dengan nada sedikit menyindir namun hanya ditanggapi santai oleh Relline karena baginya itu sudah hal yang biasa ia dengar dari mulut Tante Friska.

"Relline selamat ya sayang, Tante ikut senang kamu sekarang hamil. Boleh dong Tante tau apa resepnya kamu bisa hamil cepat begini? Soalnya anak Tante si Kathrin padahal nikah sudah hampir tiga tahun tapi masih belum kasih Tante cucu." Kali ini Tante Angel yang berkata sambil mengusap perut rata Relline.

"Gak ada resep apa-apa Tante, cukup alat kontrasepsi ya dilepas aja." Relline memang tau kalau Kathrin memakai alat kontrasepsi, maka dari itu sampai sekarang Kathrin sama sekali belum mengandung.

"Tapi padahal kata si Kathrin dia udah lepas alat kontrasepsinya satu tahun yang lalu loh, tapi kok masih belum isi juga ya? Duh Tante kok jadi khawatir gini ya." Tante Angel terlihat khawatir terlihat dari mimik wajahnya.

"Kalau pakai alat kontrasepsi memang kalau mau hamil agak lama prosesnya Tante, mungkin sebentar lagi Kathrin akan segera hamil. Tapi harus bersabar ya karena itu juga tergantung ketentuan Tuhan Tante."

Untunglah Relline hanya meminum pil pencegah kehamilan sehingga tidak menghambat jika ingin hamil, ia juga tidak merasa menyesal karena lupa meminum pil itu. Ia kini sudah bisa menerima bayi yang berada dalam kandungannya, calon anaknya dan Bayu suaminya.

"Kalau gitu Tante Angel dan Tante Friska bisa gabung sama keluarga yang lain dulu ya? Relline mau panggil Bayu dulu." Ucap Relline berpamitan sebelum berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya dan Bayu.

"Sayang.." Panggil Relline ketika membuka pintu kamarnya.

"Loh kok malah duduk? Kenapa gak langsung kebawah?" Relline melihat Bayu yang telah siap tapi malah duduk ditepi ranjang dengan wajahnya yang terlihat begitu gusar.

Relline menghampiri Bayu dan duduk disamping pria itu, tangannya mengelus lengan Bayu lembut membuat Bayu menatap wajah sang istri. Rasa gusarnya kini berubah menjadi tenang ketika melihat paras ayu dihadapannya yang tengah tersenyum lembut, ia juga merasa sangat damai dengan elusan tangan Relline dilengannya.

"Kenapa hhmm?"

"Aku merasa kurang pede ketemu sama keluarga kamu, mereka semua orang-orang luar biasa sedangkan aku-..." Relline menempelkan jarinya dibibir Bayu membuat pria itu tak melanjutkan perkataannya.

"Kamu ngomong apa sih? Bagiku kamu adalah orang luar biasa yang hadir didalam kehidupanku. Jangan pernah merasa minder hanya karena masalah yang seharusnya gak kamu pikirkan, semua keluarga aku sangat menyukai kamu bersamaku. Bahkan ada beberapa kerabat yang menanyakan keberadaan kamu, Ayah dan Bunda juga sudah berada di bawah dan dengan mudah saling berbaur bersama." Ucap Relline sambil mengusap kepala Bayu lembut.

"Jangan pernah merasa minder ya, kalau kamu memang merasa minder karena jabatan kita. Aku bisa kok nyuruh Papa buat kamu yang gantiin aku sedangkan aku mengurus perusahaan anak cabang milik Papa yang lainnya." Bayu menggeleng pelan.

"Aku masih belum siap untuk jadi pemimpin, apalagi perusahaan sebesar itu. Aku betah dengan pekerjaanku yang sekarang ini."

"Tapi bisakah pelan-pelan belajar? Papa sudah sangat berharap kalau kamu bisa gantikan beliau menjadi pemimpin."

"Aku usahakan untuk belajar, maaf ya bukannya aku yang berusaha tapi malah Papa kamu ngasih cuma-cuma perusahaan untuk aku."

"Sst maaf apa sih? Toh nantinya juga yang menikmati hasil kerja kamu itu aku dan anak kita, anak Papa dan cucunya. Papa kerja keras selama ini juga untuk keluarganya." Relline dengan setia mengusap kepala Bayu, kebiasaan yang mulai ia lakukan untuk menenangkan pikiran sang suami yang akan dengan senang hati menikmati usapan lembut tangannya.

"Sekarang kita turun ya? Kalau ada yang bicara macam-macam kamu anggap saja tidak ada yang berbicara ya?" Bayu mengangguk dan akhirnya mereka berdua keluar kamar untuk menemui kerabat mereka yang mulai berdatangan.

Makan malam hari ini pasti menjadi makan malam yang besar karena baik saudara dari Papa maupun almarhumah Mamanya akan datang karena pasti Papanya yang akan mengundang, melihat betapa antusias sekali Papanya akan cucu pertamanya.















Possessive WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang