Bab 14 | Long Time No See

16.4K 738 5
                                    

Suasana kota Bandung yang biasanya sejuk kini terasa panas dan apek, walaupun AC mobil sudah dihidupkan tapi tetap saja panas itu masih mendera kedua orang yang kini tengah didalam mobil berdua. Wajar saja karena mereka tadi sempat pergi melihat langsung proyek pembangunan mall yang cuacanya memang cukup terik siang hari ini, setelah melihat langsung dan bertepatan dengan waktu jam makan siang mereka memutuskan pergi ke restoran terdekat dengan Relline yang meminta atau lebih tepatnya memaksa Ardi agar mereka segera pulang dari sini.

"Eh berhenti..." Ardi menepikan mobilnya ketika mendengar interupsi dari Relline yang menyuruhnya menghentikan mobilnya.

"Ada apa?" Relline tak menjawab, wanita itu malah membuka pintu mobil dan keluar.

"Gue ke minimarket sebentar beli minum sama cemilan, lo tunggu di sini aja." Belum sempat Ardi menjawab, wanita itu bergegas pergi menuju minimarket.

Relline menyusuri rak-rak yang berjejer berbagai cemilan sambil mendorong trolli belanjaannya, perempuan itu meraih tiga botol minuman dingin dan beberapa cemilan. Ia akan membalikan tubuhnya, namun belum sempat itu terjadi trollinya tak sengaja menyenggol tubuh tinggi seorang pria hingga botol minuman yang tengah dipegang pria itu terjatuh. Refleks ia dan pria itu mengambil minuman yang terjatuh itu secara bersamaan, hingga tepat saat pandangan mereka bertemu wajah Relline memucat ketika melihat sesorang yang sangat tidak ingin lagi ia temui.

Pria itu menegapkan tubuhnya, menatap Relline dari atas hingga bawah membuat Relline ingin sekali melayangkan kakinya untuk memberi pelajaran pada pria itu yang dengan kurang ajarnya memandang dirinya seperti itu. Relline hanya diam dengan wajah datarnya, berusaha menyembunyikan wajahnya yang sebelumnya terlihat sangat terkejut.

"Long time no see Relline, kamu ternyata gak banyak berubah dari sepuluh tahun yang lalu. Masih Relline yang sama, cantik dan seksi. Cuma sekarang wajahmu terlihat lebih cantik dari waktu terakhir kita bertemu, apa kabar Relline?" Relline berdecih mendengar ucapan pria itu, setelah apa yang telah dia lakukan padanya dengan enteng dan tanpa beban pria itu menanyakan kabarnya? Apakah pria itu sudah hilang kewarasannya hingga tak punya urat malu lagi?

"Seperti yang kamu lihat Dani." Jawab Relline dengan nada angkuh dan dinginnya pada pria yang bernama Dani.

"Ya pasti kamu baik-baik saja." Dani mengangguk-anggukan kepalanya.

Relline yang tak tahan dengan pria itu pun ingin beranjak pergi dengan mendorong trollinya sebelum Dani membuka suaranya yang membuat pergerakannya terhenti.

"Kudengar kamu sudah menikah ya? Dengan usia suamimu yang jauh lebih muda dari dirimu? Sudah kuduga, seleramu tak pernah berubah. Apakah kamu merindukanku sayang?" Relline membalikkan tubuhnya dan menatap sinis Dani.

"Rindu? Cih, bahkan untuk mengingat lo saja gue gak punya waktu." Sinisnya yang malah membuat Dani tertawa.

"Benarkah?" Ucapnya dengan suara mengejek.

"Buktinya kamu menikah dengan pria yang usianya lebih muda darimu, aku yakin kamu menjadikannya pelarian karena tidak bisa melupakanmu. Aku bisa saja kembali padamu kalau kamu mau, kami sudah lama berpisah selama lima tahun ini. Apakah kamu tidak mau mengambil kesempatan ini agar bisa kembali padaku?" Relline ingin sekali meludahi pria yang memasang wajah sok tampannya itu.

Dengan pedenya dia menawarkan Relline akan kembali padanya, sampai ia matipun ia tidak akan pernah kembali jatuh ke lubang yang sama. Apalagi untuk pria pengkhianat seperti Dani yang tak lebih dari seeonggok daging busuk, ia sangat menyesal pernah tertipu dengan wajah polos pria itu.

"Jangan bermimpi, sampai matipun gue gak akan pernah kembali bersama pria pengkhianat seperti lo. Dan asal lo tau ya, urusan lo pisah sama dia bukan urusan gue. Urus hidup lo sendiri!!" Tukas Relline sebelum meninggalkan Dani pergi menuju kasir, wanita itu dengan cepat membayar dan berlari membawa tentengan plastik tanpa memperdulikan penjaga minimarket yang berkali-kali memanggilnya karena uang kembaliannya tertinggal.

'BRUKK'

Ardi sampai tersentak kaget ketika Relline menutup pintu mobilnya dengan kencang, ia sempat melihat wajah suntuk dan penuh amarah Relline sebelum wanita itu menyuruhnya untuk segera menjalankan mobilnya.

"Lo kenapa?" Tak tahan dengan keadaan seperti ini, Ardi bertanya.

Ia juga merasa seram dengan aura yang dipancarkan wanita disebelahnya, seakan mereka tengah menonton film horor dengan aura menakutkan dan mencekam. Relline melirik sekilas Ardi kemudian mengeluarkan sebotol minuman dingin dan menyesapnya hingga tandas, setelah merasa sedikit lega dan dingin Relline menatap Ardi.

"Gue tadi ketemu Dani." Mendengar hal itu refleks Ardi menghentikan mobilnya membuat tubuh Relline terhuyung kedepan.

"Aduh sakit, lo kalau mau berhenti bilang-bilang dong." Ucap Relline sambil mengusap dahinya yang terbentur.

"Maaf, habisnya gue kaget. Lo kok bisa ketemu sama si cowok sok polos tapi brengsek itu sih?" Tanya Ardi sambil kembali menjalankan mobilnya.

"Gak sengaja tadi pas gue beli minuman sama cemilan di minimarket, dan lo pasti kaget dengan ucapannya yang kelewat pede itu." Ardi melirik sekilas Relline karena pandangannya masih fokus kejalanan.

"Apa?" Relline pun mengulang apa yang diucapkan pria itu membuat Ardi tertawa mendengarnya.

"Pede banget tuh bocah, untung banget lo gak jadi sama dia kalau jadi... Hem gue gak bisa ngebayangin sih sesengsara apa lo hidup sama dia." Relline bergidik mendengar ucapan Ardi.

"Iiuwh jangankan cuma khayal, dalam mimpi aja pasti gue paksa minta bangun kalau sampai berurusan sama dia."

"Terus gimana? Lo terima gitu tawaran dia ngajak balikan?"

"Enak aja!! Ya enggaklah!! Emang dipikir gue mau jatuh ke lubang yang sama? Mending gue jatuh ke jurang sekalian deh. Untung aja gue cuma ketemu si Dani kalau sampai gue ketemu sama si cewek pengkhianat itu bisa abis mereka."

"Lo dendaman banget ya?" Ucap Ardi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Enggak dendam sih, cuma apa ya? Lo taukan kalau mereka gak pantas dimaafin setelah apa yang udah mereka lakuin ke gue. Eh tapi tadi kalau gak salah denger dia udah putus deh sama ceweknya, rasain tuh."

"Kenapa lo berubah pikiran? Mau balikan sama dia?"

"Idih ogah!! Mending Bayu kemana-mana, udah cakep, baik, penurut lagi. Dimana coba letak kekurangan suami berondong gue itu? Udah pasti the best lah gak ada duanya."

"Ciee yang udah cinta sama berondong unyu lo." Relline mematung mendengar ucapan Ardi yang bisa disebut godaan.

Ia jadi teringat pernyataan cinta Bayu tadi pagi, ah mengingatnya membuat wajahnya memanas. Sontak saja ia menggeleng, menghapus segala apa yang tengah ia pikirkan.

"Kenapa lo?"

"Ah enggak apa-apa, sana lo fokus nyetir. Awas aja lo kalau sampai nabrak, gue gak mau ya jadiin Bayu duda atas kematian gue." Ardi berdecak mendengar ucapan Relline.

"Iya... Iya tenang aja sih, serahin semuanya sama detektif Ardi." Ucap Ardi yang dibalas cubitan keras Relline dilengannya.

"Kayak upin ipin aja lo, gak jelas banget." Gerutu Relline yang tak ditanggapi Ardi.










Possessive WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang