Epilog

23.4K 794 18
                                    

"Arya, jangan lari-larian sayang.." Relline mengejar Arya yang berlari menghindari dirinya yang berusaha menyuapkan makanan kepada bocah dua tahun itu.

"Aya ndak mau akan ama." Arya terus berlari membuat Relline kewalahan mengejar langkah kecil Arya.

Jangan salah kira meskipun Arya bertubuh mungil dan lebih kecil dari dirinya namun cara berlari anak itu sangat lincah sekali, larinya juga sangat cepat. Berkali-kali Relline berusaha menangkap tubuh Arya namun anak kecil itu dengan lincahnya langsung menghindar.

"Bayu, kamu tangkap anak kamu itu. Aku gak kuat." Ucap Relline dengan nafas ngos-ngosan berkata kepada Bayu yang sedari tadi duduk diam memperhatikan anak dan istrinya.

"Arya sini.."

Ajaib sekali, hanya dengan memanggil Arya seperti itu anak itu langsung menghampiri Bayu dan berhamburan dalam gendongan Papanya. Relline bahkan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya, bisa begitu ya anak mereka. Relline menghampiri Papa dan anak itu, Arya terlihat menyembunyikan wajahnya dileher Bayu hingga Relline tidak dapat melihat ekspresi Arya saat ini.

"Gitu ya Arya, sama Mama gak mau nurut. Kalau sama Papa langsung mau berhenti lari." Relline pura-pura cemberut.

"Kamu kasih nih makan anak kamu, aku capek mau istirahat." Relline menyerahkan mangkuk berisi makanan Arya kearah Bayu lalu meninggalkan dua pria berbeda usia itu yang hanya diam memandang kepergian Relline yang memasuki rumah.

Bayu menurunkan Arya dalam gendongannya dan menaruh anak itu untuk duduk disalah satu bangku, mereka kini tengah berada di taman rumah mereka dengan dua ekor kelinci yang berlari-larian saling mengejar satu sama lain dihamparan rumput hijau sebagai pemandangannya.

"Arya sih, Mama jadi marah tuh sama kita." Mata Arya mengerjap lucu.

"Ama malah Pa?" Bayu mengangguk.

"Iya Mama marah, Arya terus lari-larian kayak tadi. Mama jadi capek, nanti kalau Mama sakit gimana hayo?" Bayu melihat ekspresi khawatir diwajah Arya yang malah terlihat sangat menggemaskan.

"Aya ndak au Ama akit Pa.." Arya terlihat akan menangis membuat Bayu langsung menggendong tubuh Arya dan menimangnya.

"Cup... Cup... Cup... Arya jangan nangis, kita bujuk Mama ya supaya gak marah lagi sama Arya." Arya mengangguk, Bayu menurunkan Arya hingga membuat anak itu langsung berlari memasuki rumah.

Bayu menggelengkan kepalanya melihat Arya, dia sudah tau kepedulian anaknya jika ia mengatakan hal-hal yang membuat Arya khawatir tentang keadaan Relline. Ia juga tau kalau Relline hanya berpura-pura untuk mencari perhatian Arya karena anak itu kadang lebih suka menempel padanya dari pada Relline, entah apa yang dipikirkan Arya. Mungkin ia tau jika ia dan Papanya sama-sama laki-laki.

"Amaaaa!!!" Arya berlari memasuki kamar.

Terlihat Relline yang tengah berbaring dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya, Arya menaiki ranjang dan menggoyangkan tubuh Relline. Relline tak bergeming ia hanya diam, begitu juga saat Bayu menyusul Arya. Bayu mendudukan dirinya di tepi ranjang, ia mencoba membuka selimut yang menutupi tubuh Relline. Yang ia lihat wajah pura-pura sedih milik Relline yang terlihat berpura-pura enggan melihat Arya.

"Ama, angan akit. Anti Aya ain Ama capa alau Ama akit." Arya berhambur memeluk Relline.

"Hayo bilang apa sama Mama?" Tanya Bayu, mata bulat milir Arya menengadah menatap Relline yang terlihat sedikit lesu.

"Ama Aya inta aaf ya, Aya tadi au ain ali-ali ayak nci ita Ma." Relline hanya diam.

"Ama..." Mata Arya terlihat berkaca-kaca membuat Relline tak tega melihat putra semata wayangnya menangis.

"Cup... Cup... Jangan nangis sayang." Relline memangku Arya, ia mengusap air mata Arya.

"Makanya kalau Mama bilang Arya harus makan nurut ya sayang, Mama marah lagi loh kalau Arya gak mau nurut sama Mama." Arya mengangguk dengan wajah polosnya.

"Iya Ma, Aya anji gak agi ali-ali."

"Ya sudah sekarang Arya makan ya?" Bayu memberikan mangkuk berisi makanan milik Arya kearah Relline.

Relline menyuapkan sesendok makanan kemulut Arya yang langsung diterima dan dikunyah oleh anak itu, Arya terlihat sangat menikmati makanannya. Bayu memperhatikan keduanya dengan senyum yang tiada henti menghiasi bibirnya, rasanya sangat bahagia melihat anak dan istrinya berbaikan seperti ini. Walaupun Arya anaknya terlihat jahil dan selalu mengerjai Relline namun ia tau kalau putranya itu sangat menyayangi Mamanya, terbukti saat ia mengatakan bahwa Relline sakit dan anaknya itu langsung menangis dan menghampiri Relline.

"Ama Aya au ain cama ci utih dan ci okat." Si putih dan si coklat adalah kelinci peliharaan Arya yang berada di taman, bulunya berwarna putih dan coklat sehingga Arya menamai kelincinya seperti itu.

"Iya, Arya main sama Papa dulu ya. Mama mau istirahat sebentar." Wajah Relline terlihat sedikit pucat.

"Kamu beneran sakit?" Tanya Bayu khawatir.

"Aku gak apa-apa, cuma sedikit lesu sama lemas aja. Dibawa tidur juga paling sembuh, kamu bawa gih Bayu ke taman." Bayu mengangguk, ia meraih kepala Relline untuk mencium keningnya.

"Ih Apa ium Ama, Aya uga au ium Ama." Arya mencium pipi kanan dan kiri Relline bergantian.

"Ayo Pa." Arya menggandeng tangan Bayu dan mengajaknya keluar kamar.

Relline kembali membuka matanya ketika merasakan basah didahinya, ternyata ada kain basah yang menempel didahinya. Ia mengernyit ketika melihat Bayu yang tengah mengompres dahinya.

"Loh kok kamu disini? Arya gimana?" Tanya Relline.

"Arya sama Bi Siti, aku khawatir sama kamu. Badan kamu panas banget, kita ke dokter ya?" Relline menggeleng, tak mau menerima usul Bayu untuk mengajaknya ke dokter.

"Aku istirahat aja, palingan nanti juga sembuh."

"Ini pasti karena kamu kecapekan, kamu sih udah aku bilang jangan capek-capek kerja di kantor. Ditambah kalau pulang kamu masih harus ngurus Arya." Relline memang setelah melahirkan Arya kurang lebih tiga bulan ia cuti ia kembali masuk kantor mengambil alih pekerjaan yang semula dikerjakan Nita karena ia yang cuti.

"Aku gak apa-apa kok." Bayu menghela nafas mendengar kekeras kepalaan Relline.

"Apa kamu berhenti aja di kantor dan nyurus Arya di rumah."

"Ih aku gak mau!!"

"Daripada kamu harus terus sakit begini kalau kecapekan, aku gak tega lihat kamu begini sayang." Bayu mencoba mengusap lengan Relline yang langsung ditepis oleh wanita itu.

"Kamu gak usah ngatur aku deh Bayu, aku gak apa-apa. Aku cuma kecapekan aja, nanti juga sembuh. Aku gak mau kalau kamu terus maksa aku untuk keluar dari kantor, asal kamu tau pekerjaan adalah prioritas disamping kamu dan Arya. Kamu harus ngerti dong kalau aku gak mau." Bayu menghela nafas, ia sedikit tau sifat keras kepala Relline selama tiga tahun pernikahan mereka.

Istrinya ini tidak mau yang namanya mengalah dan terkadang suka ngeyel kalau ia menasihati membuat ia harus ekstra sabar mendengar perkataan pedas dari mulut tajam istrinya.

"Iya aku tau, maaf ya. Aku cuma khawatir sama kamu, sekarang kamu istirahat ya supaya cepat sembuh." Bayu ikut berbaring dan memeluk tubuh Relline yang terasa panas menyentuh kulitnya.

"Maafin aku juga ya Bayu, aku cuma gak mau kalau harus meninggalkan pekerjaan aku." Relline balas memeluk Bayu.

"Iya gak apa-apa sayang, sekarang tidur ya.." Bayu mengelus punggung Relline.
















Possessive WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang