Bab 23 | Calm Down Bayu

17.2K 771 9
                                    

Hari demi hari telah berlalu, Relline dengan mudah melewati trimester awal kehamilannya. Kini mual, muntah dan lemas tak lagi dirasakannya, yang dulunya makan tidak terlalu berselera akibat tubuhnya yang terlalu lemas namun kini menjadi bersemangat mengisi nutrisi untuk calon buah hatinya dan Bayu. Dibalik kesenangan Relline terdapat penderitaan untuk Bayu karena setelah awal trimester telah berakhir kini Bayu harus merasakan kehilangan Relline.

Bukan kehilangan yang sebenarnya melainkan kehilangan akan pelukan dan sentuhan manja nan agresif dari istrinya, jangankan mereka bermesraan berdekatan saja Relline enggan padanya. Relline selalu mengatakan malas jika berdekatan dengannya, bau tubuhnya yang bau padahal dia sudah mandi. Dia yang selalu membuat wanita itu risih, parfumnya yang begitu menjijikan lah padahal dia pakai merk parfum yang biasanya. Bahkan mereka harus tidur terpisah selama beberapa hari ini, rasa-rasanya Bayu bisa frustasi kalau Relline terus seperti ini.

Tapi ia bersyukur Relline tak lagi merasakan lemas dan makannya kini begitu lahap, meskipun ia harus merasakan penderitaan dengan berjauhan dengan sang istri sepanjang hari. Ia masih bisa merasa tenang, asalkan Relline tidak mengusirnya saja.

Bayu tidak melarang Relline untuk tidak ke kantor, toh itu terserah Relline yang terpenting jangan sampai istrinya itu kelelahan dan banyak berpikiran berat. Untuk masalah ia yang akan menggantikan posisi Handoko, mungkin akan ia pikirkan. Papa mertuanya itu begitu gencarnya menyuruhnya segera mempelajari perusahaan dan menggantikan posisinya, dengan iming-iming mereka yang akan memiliki bayi sehingga sang Papa mertua ingin banyak menghabiskan waktu dengan cucu pertamanya.

"Tidur di sofa lagi Bayu?" Bayu yang baru saja bangun menoleh kearah Handoko yang tengah menyapanya.

Papa mertuanya duduk disalah satu sofa sambil menikmati secangkir kopi hitamnya, sepertinya Handoko terbiasa bangun pagi mengingat ia sering sekali bertemu dengan beliau disaat ia tertidur di sofa.

"Iya Pa.." Bayu tersenyum kikuk membuat Handoko tertawa pelan dan  menaruh cangkir kopinya setelah menyesapnya sedikit.

"Kamu harus bersabar ya menghadapi Relline yang sedang hamil, dulu almarhumah Mama Relline waktu tengah mengandung Relline juga begitu. Tidak mau dekat-dekat dengan Papa selama satu bulan, sepertinya ngidamnya Relline hampir sama dengan Mamanya ya. Semoga saja tidak sampai satu bulan ya Bayu." Kekeh Handoko, dalam hati Bayu mengaminkan ucapan Papa mertuanya.

Ya semoga saja tidak sampai satu bulan, jika sampai atau lebih lama-lama ia bisa kacau dengan waktu yang menurutnya selama itu. Ia sudah terbiasa dengan kehadiran dan tingkah agresif Relline, jadi begitu si istri berubah pasif dan tidak mau berdekatan dengannya ia merasa ada yang kurang

"Semoga saja Pa."

"Ya sudah sana kamu bersiap-siap, bukankah kamu harus ke kantor Papa?" Bayu mengangguk, setelah berpamitan dengan Handoko Bayu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya dan Relline.

Ia masih ingat jika hari ini ia akan pergi melihat sekaligus belajar di perusahaan yang tengah Handoko pegang, ia harus belajar sedikit demi sedikit untuk memahaminya. Ia sudah mengambil keputusan bahwa akan menggantikan Handoko memimpin perusahaan disana.

Bayu membuka pintu kamar dengan perlahan, ia melihat Relline masih bergelung dengan nyamannya dibalik selimut dengan bantal guling yang dipeluknya. Dalam hati Bayu merasa iri dengan benda mati itu, bisa dipeluk dengan Relline semalaman. Sedangkan ia yang bisa membalas pelukan sang istri malah tidak digunakan, miris sekali dirinya yang akan menjadi seorang Papa harus berjuang menahan semua ini.

Langkahnya mendekati Relline, dengan perlahan ia duduk ditepi ranjang. Tangannya terulur mengusap surai lembut yang sedikit berantakan menutupi kening mulus sang istri, Bayu dengan kesempatan dalam kesempitan mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya diatas bibir seksi Relline. Perlahan ia bergerak pelan dan sedikit melumatnya kemudian menjauhkan kembali wajahnya, untunglah ternyata istrinya itu masih tertidur. Kalau tidak bisa kalian bayangkan apa reaksinya, pastinya ia akan dipukul habis-habisan.

Setelah kembali mengusap lembut kepala Relline, Bayu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Ia akan bersiap-siap menuju ke kantor sebelum Relline bangun dan mengamuk karena ia yang lancang mandi di kamar mandi mereka.

Bayu menepuk keningngnya ketika ia lupa membawa bajunya, dengan handuk putih sebatas pinggangnya ia keluar dari kamar. Pria itu berharap semoga Relline belum bangun dari tidurnya nyenyaknya, rupa-rupanya doanya tidak terkabul karena begitu ia keluar dari kamar mandi ia melihat Relline yang terduduk ditengah-tengah ranjang sambil mengusap kedua matanya. Begitu matanya menatap Bayu yang berada didalam kamarnya, bisa dipastikan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Bayu!!!" Teriak Relline dengan kencangnya membuat Bayu ingin sekali menutup kedua telinganya namun tangannya ia biarkan dibawah tak menggapai ke kedua telinganya karena takut istrinya itu akan tambah marah padanya.

"I-iya sayang.." Bayu berdiam diri ditempatnya berdiri, tak berani melangkah maju menghampiri Relline atau mundur kembali masuk kedalam kamar mandi.

"Kok kamu ada di kamar?!! Aku kan udah bilang kalau aku gak mau lihat muka kamu atau cium bau tubuh kamu!! Kenapa aku masih ngeliat kamu ada disini Bayu?!!" Ucap Relline dengan nada begitu tinggi, ia begitu kesal sekaligus marah pada suami berondongnya itu.

Padahal sebenarnya ia ingin sekali memeluk tubuh Bayu, namun begitu mencium aroma tubuh dan wajah Bayu perutnya terasa tidak enak sekali. Apa mungkin bayi mereka tidak mau melihat Papanya? Kasihan sekali kamu Bayu.

"I-iya i-ini aku keluar kok." Bayu gelagapan dan segera membuka pintu lemari.

"Pintu kamar ada disana Bayu, bukan didekat lemari!!'

"Mau ambil baju dulu, ya udah aku keluar dulu ya. Kamu cepat mandi dan ganti baju ya, kita sarapan bersama." Belum sempat Relline kembali memaki-makinya, Bayu langsung mengambil langkah seribu meninggalkan kamarnya dengan masih menggunakan handuk sebatas pinggangnya.

"Kamu kenapa Bayu?" Handoko bertanya dengan menahan tawa, ia sudah bisa menebak apa yang terjadi dengan Bayu.

"Bayu tadi habis mandi belum ganti baju, eh Relline nya keburu bangun. Ya sudah Bayu diusir Pa." Handoko tertawa kecil mendengarnya.

"Kamu sabar saja ya Bayu, sebentar lagi pasti Relline akan kembali seperti semula."

"Iya Pa, kalau gitu Bayu ke kamar tamu dulu ganti baju." Mendapat anggukan dari Papa mertuanya, Bayu pergi menuju kamar tamu yang letaknya tak jauh dari tempat Handoko duduk.

Sebenarnya bisa saja Bayu tidur semalaman di kamar tamu, namun ia merasa tidak nyaman tidur di kamar selain di kamarnya dan Relline. Ia sudah pernah mencoba tidur di kamar tamu namun hasilnya ia tidak dapat tidur, ia mencoba tidur di sofa sambil menonton televisi dan akhirnya ia lebih nyaman tidur di sofa dari kamar tamu.

Setelah berganti pakaian dan membuka-buka laptopnya sebentar  untuk mempelajari beberapa hal, Bayu menuju ruang makan dimana Relline tengah duduk di salah satu bangku dengan Handoko yang berada dihadapan sang istri. Bayu mengambil jarak beberapa bangku untuk menghindari Relline, bukan ia yang mau loh ya tapi si Nyonya dan calon buah hati mereka yang tidak ingin ia berdekatan dengan keduanya.

Ia melihat Relline tengah menyantap nasi gorengnya dengan semangat, seulas senyum tipis tersungging di bibirnya. Melihat Relline yang makan dengan lahap membuatnya sedikit lega dan tahan akan penderitaan yang calon bayi mereka inginkan.

Sabarlah Bayu, mungkin sebentar lagi semua akan kembali normal. Oh sungguh ia merindukan Relline-nya yang agresif dan begitu suka menempel padanya.















Possessive WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang