Confession

13.8K 455 0
                                    

Sinar matahari mengintip dari celah-celah jendela. Membuat gadis itu terbangun dan mengerjap matanya. Pria di sampingnya masih tertidur pulas dengan dengkuran halusnya. Gadis itu tersenyum dan mengusap pipi si pria. Tangannya masih erat memeluk pinggang istrinya. Mereka sama-sama bertubuh polos, hanya di tutupi bedcover.

Claudia tersenyum dan memegang pipi River. Rahang kuat pria itu di tumbuhi bulu-bulu halus. Claudia merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia melupakan pria tampan ini? Ya, memang ingatan Claudia sangat minim. Lagipula itu sudah 10 tahun yang lalu kan? Dan sekarang dia akan memulai yang baru bersama River. Saat itu dia ingat. River menyatakan cintanya. Tapi Claudia menolak karena dia tidak berniat pacaran. Dan River juga bodoh. Dia salah paham. Melihat kedekatan Claudia dengan Veno membuatnya berpikir bahwa Claudia menghianatinya.

Masih dengan mata terpejam, River mengambil tangan Claudia dari pipi nya. Matanya terbuka, tersenyum menatap Claudia. Dia mencium bibir Claudia dengan lembut. Melumatnya lapar. Claudia hampir mati kehabisan nafas kalau saja River tidak melepas ciumannya.

"Kamu membuatku bergairah, sayang." Ucap River dengan seringaian nakal.

"Oh, River. Jangan mulai."

"Kenapa sayang? Bukankah kamu menikmatinya? Permainan kita malam tadi sangat panas."

Claudia merona mengingat kejadian malam tadi. Itu terasa seperti mimpi. Dia melakukannya bersama River! Pria yang sangat dia cintai.

"Claudia."

"Ah, ya?" Claudia gelagapan karena lamunannya terbuyar.

"Aku ingin kita memulai dari awal lagi." Ujar River pelan.

"Tentu saja, River."

"Tapi bagaimana dengan pria itu?"

Claudia menyernyit dahi nya bingung. Pria apa? Siapa?

"Siapa? Veno?" Tanya Claudia memastikan.

"Ya, dia bukan pacarmu kan? 10 tahun yang lalu aku melihat kedekatan kalian."

"Oh, ya ampun River. Kami tidak pernah pacaran. Dia sahabat ku. Dia memang mencintai ku. Tapi aku menolaknya. Dia sudah sering mengajakku menikah, tapi aku selalu membalas tidak." Jelas Claudia penuh penekanan agar River tidak meragukannya lagi.

River tersenyum lebar. Mencium kening istrinya lama. Hati Claudia mengahangat. Dia sangat mencintai pria ini.

"Aku percaya padamu."

"Itu harus, sayang."

River terdiam, menatap Claudia lekat.

"Apa?" Tanya Claudia bingung.

"Tadi kamu memanggilku apa? Sayang?"

"Ha? Nggak kok. Kamu salah dengar mungkin." Elak Claudia dengan pipi merah.

"Kamu tidak bisa berbohonh, istri ku. Pipi mu merona." Ucap River dengan tawa nya.

Claudia hanya menatapnya cemberut. River berhenti tertawa, kemudian memeluk gadis itu.

"I love you."

"I love you too, my husband."

----

River memberhentikan mobilnya di depan rumah besar orang tua Claudia. Dia merasa ragu dan berdebar. Claudia mengusap lengannya menenangkan.

"Aku takut aku di tolak." Katanya sedih.

"Yakinlah." Claudia mencoba membuat suaminya itu yakin.

"Baik. Ayo keluar."

Mereka keluar dari mobil dan masuk ke halaman rumah itu. Claudia mengetuk pintu. Tak lama kemudian seorang asisten rumah membukanya. Claudia dan River masuk menunggu si asisten memanggil mommy dan daddy Claudia. Karena ini hari minggu, orang tua Claudia hanya menghabiskan waktu di rumah.

Tangan River berkeringat saat orang tua Claudia menuruni anak tangga satu persatu. Dia juga heran kenapa dirinya begitu gugup. Baru kali ini dia mengalaminya. Sungguh, sekarang hidup nya berubah 180 derajat. Dan sifatnya juga. Ini menganehkan bagi River.

Orang tua Claudia duduk di hadapan mereka. Daddy nya menatap River dengan tatapan membunuh. River hanya tersenyum canggung. Claudia meliriknya, ingin sekali dia tertawa melihat ekspresi River.

"Jadi, setelah membatalkan perceraian itu, kamu mau apa lagi River?" Tanya daddy nya dengan dingin dan tajam.

River berangkat dari duduknya. Berlutut di hadapan mommy dan daddy Claudia. Orang tua nya maupun Claudia sama terkejutnya dengan apa yang di lakukan River.

"Dad, mom, sebelumnya aku ingin minta maaf. Karena sudah menyakiti Claudia. Sungguh penyesalan itu membuatku marah pada diriku sendiri. Aku salah besar. Aku membuatnya menangis. Awalnya aku menerima perjodohan ini karena memikirkan tawaran pekerjaan dari papa ku. Tapi setelah mengetahui bahwa gadis cinta pertama ku yang akan di jodohkan denganku, aku bertekad untuk membalas dendam ku 10 tahun yang lalu. Di mana dendam itu hadir karena kesalah pahaman. Aku sangat bodoh. Ego ku terlalu tinggi. Dan sekarang, aku ingin memulai yang baru lagi bersama Claudia. Aku mencintainya. Dari dulu aku tetap mencintainya. Aku tidak bisa menghilangkan rasa cint aku. Jadi, sekarang izinkan aku untuk membahagiakan Claudia lagi. Aku ingin menjadi menantu yang bertanggung jawab. Maafkan aku."

Air mata Claudia berjatuhan. Dia terharu mendengar kalimat panjang River. Mommy nya pun mengusap kepala River. River mencium tangan daddy dan mommy nya.

"Berdirilah." Ucap daddy Claudia seraya menepuk pundak pria itu.

River berdiri dan duduk kembali di samping Claudia. Dia menarik Claudia ke dalam pelukannya. Dia mencium kepala Claudia dengan sayang. Daddy dan mommy nya yang melihat mereka berdua tersenyum lega. Ternyata benar, River sudah mengakui kesalahannya dan dia berubah.

"Ya, kami memaafkanmu River." Kata daddy nya tenang.

River tersenyum senang, begitupun Claudia. Kemudian mereka berdua memeluk orang tua Claudia dan permisi untuk pulang. River memeluk pinggang gadis itu saat akan berjalan menuju mobil mereka. Mommy nya tersenyum haru. Senang melihat kebahagiaan di mata anak gadis nya. Tidak menyangka kalau perjodohan yang salah itu membuahkan hasil yang melegakan. Dia tak akan menyesal telah menjodohkan anaknya.

Claudia LewisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang