Between

12.2K 439 3
                                    

River terkejut saat melihat Veno berdiri di depan pintu apartemennya. Dia menyernyit bingung dengan kehadiran Veno malam-malam begini.

"Dimana Claudia?" Tanya Veno dingin.

"Hei, apa maksudmu? Kamu ingin bertemu istriku?" Tantang River.

"Istrimu? Sekarang kamu mengakuinya huh? Kenapa kamu tidak jadi menceraikannya? Apa karena kamu ingin menyiksa nya lebih lama lagi?" Veno mendorong dada River.

"Wow, kamu ingin mencari masalah? Biar ku bilang, jangan dekati istri ku lagi."

"Terserah. Claudia!" Teriak Veno memanggil Claudia.

River menjadi emosi saat Veno sudah masuk ke apartemennya. Dia menarik Veno dan membanting pria itu ke dinding.

"Dengar Veno. Ini apartemenku. Kamu jangan masuk sembarangan. Dan jangan mengganggu hidup Claudia lagi!" Desis River tajam.

Kini giliran Veno yang melawan. Dia mendorong pria itu sampai jatuh. River tak bisa menahan emosi nya lagi. Apalagi Veno terus memanggil Claudia. Sedangkan yang di panggil sedang mandi.

Tiba-tiba River menghantam wajah pria itu dengan kepalannya. Veno tersadar, langsung membalas wajah River.

"Brengsek! Jangan-jangan Claudia sudah kamu bunuh!"

Veno menindih River, duduk di atas pria itu dan mulai menghantam wajah River. River berusaha melawan tapi tetap tidak bisa. Claudia yang mendengar ribut di luar langsung memakai baju nya dengan cepat. Dia melihat River yang babak belur di ulah Veno. Claudia langsung panik dan mendorong tubuh Veno menjauh dari River.

"Astagfirullah, River." Claudia membantu River untuk bangun.

Sudut bibir pria itu berdarah. Claudia pun menangis sambil memeluk River dari samping. Dia tidak tahan melihat suami nya yang kesakitan.

"Hei, kenapa menangis?" Tanya River lembut.

Veno terdiam melihat apa yang ada di hadapannya. Claudia memeluk pria itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Claudia menoleh ke arah Veno dan menatapnya marah. Dia membantu River untuk berdiri.

"Kenapa kamu jahat sekali, Veno!" Teriak Claudia tidak terima.

River masih meringis kesakitan. Mencoba mengelap darah nya dengan punggung tangannya. Claudia beralih melihat River. Dia mengambil tisu di meja dan mengelap bibir pria itu.

"Claudia? Kalian?" Veno benar-benar tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Claudia dan River, bertingkah seperti pasangan normal lainnya.

"Maaf, Veno. Semuanya sudah jelas. River sekarang bukan River yang dulu lagi. Dia sudah berubah." Ucap Claudia pelan.

"Apa? Berubah? Kamu mempercayainya begitu saja?" Tanya Veno terkejut dengan kalimat Claudia.

"Kamu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara kami."

"Aku tidak mengerti."

"Kamu tak perlu mengerti. Tapi sudah jelaskan? Claudia hanya milikku." Balas River sengit.

Claudia menekan bibir River dengan jarinya, membuat River teriak kesakitan.

"Makanya jangan bicara dulu."

"Galak banget sih." River menyengir mendapat pelototan dari Claudia.

"Claudia tolong jelaskan!" Paksa Veno yang sedari tadi cemburu melihat kedekatan dua orang di depannya itu.

"Maafkan aku tidak bisa membalas perasaanmu Veno. Yang aku cintai hanya River. Kami saling mencintai. Semua permasalahan di antara kami hanyalah sebuah kesalah pahaman. Dan siang tadi River sudah meminta maaf pada orang tua ku. Kami sekarang adalah pasangan normal, seperti yang kamu lihat." Claudia tersenyum menatap Veno.

Veno menunduk, mencoba mencerna penjelasan Claudia. Hatinya sedikit nyeri. Dia pikir dia bisa mendapatkan Claudia namun dia salah.

"Mungkin kita memang tidak berjodoh. Mungkin Tuhan ingin kita bersabat saja karena seumur hidup aku tidak memiliki perasaan kepada mu Veno. Mengertilah. Kamu tak boleh egois."

Veno mendongak dan tersenyum. Kemudian dia mendekati Claudia dan River.

"Aku juga ingin minta maaf. Ku pikir aku bisa mendapatkan hati mu. Ya, kita memang tidak berjodoh." Ucap Veno dengan menatap Claudia miris.

"Aku memaafkanmu." Kata River tiba-tiba.

Veno tersenyum, menyodorkan tangan kanannya. River memandangnya bingung.

"Sebagai tanda pertemanan." Ujar Veno dengan tawa kecil.

River tersenyum dan membalas tangan Veno.

"Maafkan aku membuatmu babak belur."

"Ya."

"Dan maaf juga aku telah merebut Claudia darimu."

"Aku mengerti. Sudahlah, awal permasalahan ini juga karena aku kan. Lupakan saja yang lalu. Kita mulai lagi dari awal. Anggap masalah itu tak pernah ada." Ucap River dengan tegas.

"Oke, makasih." Veno tersenyum singkat lalu permisi pulang.

Dengan cepat River mengangkat tubuh Claudia. Tidak dia hiraukan teriakan Claudia. Dia menggendong gadis itu dengan bridal style. Claudia tak memberontak. Dia sudah tahu apa yang akan di lakukan oleh suami nya itu. Dia hanya pasrah dan menerima permainan hot dari River.

Claudia LewisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang