Wait

13K 577 2
                                    

Claudia berlari terburu-buru, menuruni anak tangga satu per satu. Dia lupa kalau hari ini dia akan jalan-jalan mengelilingi Inggris bersama Veno. Dengan memakai gaun tidur di lapisi mantel tidur nya, dia berlari menuju dapur. Mengambil dan menggigit roti sambil membuka baju nya untuk mandi.

Kini Claudia tinggal di sebuah apartemen dua tingkat. Apartemem yang sangat mewah dan besar. Sedangkan Veno masih tinggal di rumah nya sendiri, tentu saja. Dengan cepat Claudia mandi, walaupun sambil mengunyah. Kalau saja Veno tahu dengan kelakuan aneh Claudia ini, pasti dia akan teryawa sampai perut nya sakit atau pun muntah. Bagi Claudia, tawa Veno itu tak ada artinya. Sama sekali tidak penting. Sesuatu yang tidak lucu juga pasti di tertawakannya. Mungkin Veno sudah gila, pikirnya.

Selesai mandi, Claudia berencana memakai sepotong dress santai se paha. Tapi itu terlalu biasa. Dia terus mencari baju-baju, membokar lemari besar nya. Sampai akhirnya dia kualahan. Duduk di lantai masih dengan memakai handuk. Di sampingnya, ada baju kemeja yang lengannya di gulung sampai siku berwarna pink hijau putih kotak-kotak. Baju nya bagus dan menarik. Terlihat keren. Claudia memutuskan untuk mengenakan itu dengan pasangan jeans hitam panjang dan flat boats putih nya.

Dia memakai pakaian itu dengan gesit. Sebentar lagi jam 7 yang artinya Veno akan mengetuk pintu apartemennya dengan santai. Cepat-cepat Claudia menyisir rambut panjang nya, mengusap wajahnya dengan bedak tepung tipis. Kemudian memoleskan libgloss merah di bibirnya. Dia kelihatan sangat sempurna. Kalau saja semua pria melihatnya, sudah pasti jatuh cinta. Apalagi kalau di antara mereka ada Veno! Di pastikan Veno akan nekat melamarnya di tempat umum.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu! Itu pasti Veno, batinnya. Claudia segera mengambil tas kecil nya lalu berlari ke bawah menuju pintu utama. Saat dia membuka nya, bukan Veno yang ada di hadapannya. Melainkan... River... ?

"Claudia..." ucap River lirih.

Claudia sukses terkejut. Kenapa pria itu bisa menemukannya? Kenapa pria itu ada di sini? Apa tujuan pria itu?

"Claudia, ikut aku!" Perintah River seraya menarik pergelangan tangan Claudia dengan kasar.

"Lepaskan aku, River!" Brontak Claudia.

"Jangan membantah atau aku akan menamparmu!"

River menyeret Claudia keluar dari apartemen. Claudia terus memberontak tidak ingin di paksa. Ia hampir menangis. Tapi pikirnya kalau dia menangis, kencan nya bersama Veno akan di batalkan.

"Lepaskan aku River! Kenapa kamu ada di sini!?"

"Kamu tidak perlu tahu itu!" Balas River dingin.

Claudia berteriak memanggil nama Veno. River yang mendengarnya menjadi bingung. Siapa itu Veno, pikirnya.

"Siapa Veno? Pacar mu huh!?" Desis River tajam.

Dia mendorong tubuh Claudia hingga Claudia tersungkur di tanah. Orang-orang yang melihatnya hanya menonton dengan penasaran.

"Berani sekali kamu selingkuh! Kamu hanya ku usir dari rumah saja sudah selingkuh! Apa selama ini kamu punya pacar!? Dan kamu tidak mengatakannya padaku? Kamu ingin membalas dendam?" Teriak River penuh amarah.

Plak

Claudia yang hendak berdiri, terjatuh lagi karena tamparan keras River. Dia memegang pipi nya. Ini kedua kalinya dia di tampar oleh River. Hati nya terasa perih seperti di sayat-sayat. Air mata nya tumpah. Pandangannya buram. Masih ada River yang berdiri di hadapannya. Namun setelah itu datang seorang pria yang langsung menghantam perut dan wajah River. Claudia yang menangis kesakitan tidak bisa melihat dengan jelas dua pria yang sedang berkelahi di depannya.

"Sialan! Sudah cukup kamu menyakiti Claudia! Pria brengsek!" Teriak Veno murka.

Dia menendang River yang berbaring di tanah penuh dengan darah karena pukulan Veno. Sedangkan pria itu baik-baik saja. Dia segera mengangkat tubuh Claudia. Meninggalkan River yang masih berbaring menatap langit biru di atas nya. River merasa memang benar dirinya brengsek. Dia sudah melukai istrinya sendiri. Dendam itu seakan enggan di hilangkan dari hati nya. Tapi sekarang cinta itu datang lagi. Membuatnya pusing. Antara dendam dan cinta. Apa yang harus dia lakukan? Sedangkan Claudia... gadis itu sudah bersama yang lain. Melupakan suami nya sendiri.

Send your dreams

Where nobody hides

Give your tears

To the tide

No time

No time

There's no end

There is no goodbye

Disappear

With the night

No time

No time

No time

No time

No time

----

"Kamu benaran mau pulang ke Indonesia?" Tanya Veno kecewa.

"Iya. Aku pikir ada baiknya aku kembali pada River." Jawab Claudia pelan.

"Nggak, Audi. Dia sudah menamparmu berkali-kali! Membuat kamu menangis. Apa kamu masih ingin bersama si bajingan itu?" Veno menatapnya marah.

"Tapi dia suami ku, Veno."

"Baiklah, kita pulang ke Indonesia. Tapi kepulangan kita hanya untuk mengurus perceraian mu. Aku akan menjelaskan semuanya pada orang tua mu. Setelah bercerai, kita akan menikah dan tinggal di rumah ku. Di sini!" Ucapnya tegas.

Claudia hanya diam menunduk. Dia menangis lagi. Apapun yang di lakukan Veno, dia sudah tidak bisa membantah ataupun menolak. Itu juga demi dirinya sendiri. Dia akan bercerai. Berpisah dari River. Menghilang dari kehidupan pria itu. Dan berbahagia bersama Veno. Apa dia bisa menjalani semua itu?

Claudia LewisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang