Pernikahan River dan Claudia sekarang sudah masuk bulan ke tujuh. Hubungan mereka semakin baik. Seperti pagi tadi. Saat tiba-tiba Claudia merasa mual dan pusing. River memasakkannya bubur dan memaksakan agar Claudia tidak bekerja dulu setelah lama dia cuti. Akhirnya Claudia menuruti permintaan suaminya itu. Tapi Claudia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Akhir-akhir ini dia selalu pusing dan mual tapi tidak muntah sama sekali. Dia juga benci dengan bau amis telur. Padahal dia sangat suka telur. Claudia berpikir, apa dia hamil? Oh, ini sangat mengejutkan baginya.
Dia memutuskan untuk ke dokter kandungan. Mumpun masih jam 4, River belum pulang. Claudia menyetop taksi di depan apartemen dan menuju rumah sakit. Dia beruntung saat itu hanya ada seorang ibu hamil yang datang. Jadi dia tak perlu menunggu antrean lama. Claudia masuk ke ruangan saat wanita hamil itu keluar dan dia benar-benar terkejut melihat wanita itu.
"Fa... Faren?"
"Ah? Claudia?"
Mereka sama-sama terkejutnya. Claudia tak menyangka kalau Faren hamil, tapi hamil anak siapa? Memang River hanya mengatakan kalau hubungan mereka berakhir tanpa mengatakan alasannya. Apa jangan-jangan itu anak River?
"Honey, sudah selesai?"
Seorang pria tinggi muncul dari belakang Faren, mengejutkan Claudia. Faren tersenyum ramah.
"Ini suami ku, Ares." Ucapnya memperkenalkan suaminya pada Claudia.
Ares dan Claudia bersalaman sesaat. Claudia semakin bingung. Jadi, benar anak itu anak Ares bukan anak River kan?
"Oh, apa yang kamu pikirkan Claudia? Dari raut wajahmu sepertinya kamu menganggap anak ini anak dari River." Tebak Faren. Membuat Claudia tersenyum malu.
"Ini buah cinta ku dan suami ku. Mana mungkin aku akam hamil dengan suami mu. Aku masih tahu diri kok." Ucap Faren tersenyum.
"Ah, maafkan aku sudah salah paham." Jawab Claudia malu-malu.
"Tak apa. Kalau begitu kami permisi dulu, ya." Lalu Faren pergi bersama suami nya.
Claudia masuk ke ruang dokter kandungan itu yang ternyata perempuan.
"Selamat sore, dokter." Sapa nya ramah.
"Selamat sore, nyonya..."
"Claudia, panggil saja Claudia."
"Oke, Claudia. Jadi ada keluhan apa?"
"Begini, akhir-akhir ini saya selalu pusing dan mual tapi tidak muntah sama sekali. Hanya keluar cairan bening. Saya juga merasa ada yang aneh di perut saya. Seperti sesuatu yang berdetak. Ya, seperti itulah." Jelas Claudia ragu.
Dokter yang bernama Lova itu tersenyum dan mengajak Claudia untuk pemeriksaan selanjutnya. Saat pemeriksaan, dalam monitor, Claudia melihat sebuah gumpalan yang bergerak. Itu adalah calon bayi nya. Hati Claudia terasa senang dan bahagia. Dia hamil, dia akan menjadi seorang ibu nantinya. Dan mereka akan hidup bahagia.
----
Claudia menutup mata River dari belakang. Dengan senyum mengembang. Di kantong baju nya terdapat kertas hasil dari dokter Lova.
"Sayang, kamu ingin aku menebak? Itu pasti selalu kamu, Claudia."
Claudia tertawa kecil dan melepas tangannya. Dia duduk di samping River, memegang amplop berwarna coklat itu.
"Aku punya kejutan, lho." Ucapnya dengan nada seperti anak kecil, membuat River penasaran.
"Apa itu, honey?" Tanya River tidak sabar.
Claudia mengeluarkan amplop itu dan menyodorkannya di depan wajah River. Dahi River berkerut bingung. Dia mengambil amplop itu dari tangan Claudia dan membuka isinya. Dalam pikirannya bertanya, apa itu surat rumah? Surat kerja baru? Atau... surat perceraian? Ah itu tidak mungkin, batinnya.
Claudia tersenyum lebar saat mata pria di depannya itu membelak terkejut. Senyumnya mengembang. Dia menoleh menatap Claudia lekat.
"Benarkah ini sayang?" Tanyanya tak percaya.
"Ya." Jawab Claudia tak tahan dengan air mata haru nya.
River memeluknya erat, mencium kepala wanita itu berkali-kali. Dia sangat bahagia. Sudah lama ia menunggu kehadiran malaikat kecil di antara mereka.
Dia segera menggendong Claudia menuju kamar mereka. Mencium istrinya tiada henti. Menyalurkan kebahagiaannya. Dia mulai menjelajahi tubuh Claudia dan melepas satu persatu kancing daster Claudia. Mencium leher wanita itu dan meninggalkan kissmark di sana. Claudia tersenyum senang. Dia bahagia sekali malam ini.
River juga membuka baju nya dengan cepat, kembali mencium bibir manis Claudia. Claudia mendesah, dan River memasukkan lidahnya. Lidah mereka bertautan. Rasanya sangat berbeda. Cinta di campuri kebahagiaan. Claudia pun mengalungkan tangannya di leher River. Pria itu melepas bra pink Claudia dan meremas payudara wanita itu. River melepas ciumannya dan melumat puting Claudia. Tangan kanannya sibuk meremas payudara kiri Claudia. Kemudian secara perlahan River menurunkan celana dalam yang berwarna pink juga yang masih melekat di tubuh Claudia, menutupi kewanitaannya yang sedari tadi sudah basah.
River melepas payudara Claudia, meninggalkan bekas saliva nya di sana. Ciuman River pun menurun, dari perut sampai pusat gairah istrinya itu. Dia menciumnya perlahan, membuat Claudia mendesah tak tahan. Dia meremas rambut tebal River. River memasukkan dua jarinya sekaligus ke dalam milik Claudia.
"Ohh, River! Ahh... ahhh!" Desahnya tidak karuan lagi.
Pria itu memaju mundurkan jarinya. Dia kembali mencium bibir Claudia. Gairah mereka memuncak. Apalagi saat tangan nakal Claudia memegang kejantanan River dengan lembut. River mengerang dan mempercepat gerakan jari nya.
Tak lama kemudian Claudia mengalami orgasmenya dan membuat jari River basah karena cairannya. River mengeluarkan jarinya. Dengan tidak sabar dia memasukkan kejantanannya ke dalam liang sempit Claudia.
"Ahh, pelan-pelan!" Teriak Claudia kesal karena River yang kasar.
"Aku tidak tahan lagi, sayang." River menggoyang pinggangnya, membuat Claudia mendesah keras.
Kamar tamaram itu penuh dengan suara desahan mereka. Bahkan angin AC tidak membuat mereka kedinginan. Permainan panas itu berlanjut. River meremas kedua payudara besar istrinya itu. Sungguh, dia tidak tahan dengan tubuh indah Claudia yang membuatnya selalu bergairah.
River mempercepat gerakannya saat Claudia mulai menggerakkan sendiri.
"Ohhh, Claudia, sayang! Kamu sangat menggairahkan." Ceracau River yang merasakan kenikmatan besar.
"River, engghh, aku tidak tahan lagi. I wanna cum, babe!" Balas Claudia yang sama menggilanya dengan River.
River menggenjot dengan cepat, membuat Claudia terhentak dan teriak sekeras mungkin. Mereka keluar bersama-sama. Nafas mereka memburu. Tubuh mereka bergetar. River langsung ambruk tanpa melepas kejantanannya. Dia sangat lelah. Apalagi Claudia. Wanita itu merasakan tubuhnya seakan remuk.
"Terima kasih, sayang. Ini adalah hadiah untuk kehamilanmu." River mencium kening Claudia lembut.
Lalu mereka terlelap. Dengan kebahagiaan yang tidak akan terganti lagi. Selamanya mereka akan bahagia, saling berbagi dan saling mengerti. Hati River hanya untuk Claudia dan hati Claudia hanya untuk River.
-
voting crta ku yang lain dong readers. masa Claudia aja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Claudia Lewis
RomanceBenci dan cinta, berpadu menjadi dendam. Dendam yang selalu membuat Claudia sakit. Tidak ada kata kasihan dari River, suaminya. Lalu bagaimana dengan Veno? Pria yang selalu ada untuk Claudia? Apa Claudia akan memilih Veno? Atau jangan-jangan River?