17. Heaven ; Jeno

3K 300 4
                                    


Warning : Maybe, this is will be sensitive content.
Dont read, if you don't like it!
Its just fanfiction!










'Without losing a piece of me

How do I get to heaven?
Without changing a part of me
How do I get to heaven?

All my time is wasted

Feeling like my heart's mistaken'











______





"Appa, ada yang ingin Jeno katakan .."

Sang ayah tersenyum, menatap putra semata wayangnya yang kini berusia 15 tahun. Kedua tangannya mengusap rambut putra tercintanya.

"Katakan putraku .."

Jeno menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya yang berekeringat saling bertautan satu sama lain. Wajahnya yang tampan tak luput dari keringat.

"Jeno, apa yang ingin kau katakan hmm? Appa menunggu .."


Jeno menarik nafasnya.
"Appa, Jeno adalah gay-"

"Maafkan Jeno .."


Sang appa menatapnya tajam, menarik kerah seragamnya dengan sekuat tenaga. Melemparkan tubuh Jeno ke lantai begitu saja.

"Apa tumbuh tanpa ibu mengajarkanmu menjadi bajingan hah?!!"

"Appa .. Jeno sungguh meminta maaf, tapi Jeno tidak bisa menyukai seorang gadis"

Plak

Sebuah tamparan mendarat di pipinya, amatlah kencang. Membuat sudut bibirnya berdarah. Jeno bisa melihat jelas kilatan amarah dari sang ayah.

Jeno mencium kaki sang ayah, memohon ampun untuk segala kesalahannya. Entah bisa di katakan sebagai salahnya atau bukan, yang jelas memang dirinya harus meminta maaf pada ayahnya.


Orang yang membesarkannya seorang diri selama ini.

Jeno tumbuh tanpa sosok seorang ibu, ibunya pergi begitu saja setelah melahirkannya ke dunia ini. Jeno tentu marah, namun tidak ada yang bisa ia lakukan.

Ada perasaan benci ketika seorang gadis berupaya mendekatinya. Dan perasaan itu berlanjut hingga detik ini.








"Keluar dari rumahku! Aku tidak ingin memiliki putra menjijikan sepertimu!"
















Jeno bersimpuh di tanah, hujan turun begitu lebat. Membasahi seluruh inci bagian tubuhnya. Memohon ampun atas dosa yang ia lakukan sekarang.

Mungkin Tuhan tidak akan mengampuninya.









_________








Jeno membuka matanya, keringat membasahi seluruh tubuhnya. Jeno menatap kamarnya yang hanya di terangi sebuah lampu minim cahaya.

Jeno menghembuskan nafasnya, tidak beraturan sama sekali.

Mimpi buruknya datang lagi, ingatan tentang ayahnya kembali menyapa. Air matanya jatuh begitu saja, bercampur dengan keringat yang membasahi seluruh wajahnya.









Jeno sedikit terkejut ketika pintu kamarnya terbuka. Menampilkan seorang pemuda mungil yang tengah berjalan ke arahnya dengan tatapan khawatir.


"Jeno, ada apa .."

Bukannya tidak ingin menjawab, namun bibirnya kelu. Kedua matanya hanya mampu menatap kekasih hatinya Huang Renjun yang terlihat begitu khawatir padanya.


Jeno memeluk tubuh kekasihnya, mendekap begitu erat dengan air mata yang membasahi piyama kekasihnya. Isakannya terdengar di telinga Renjun.

Tanpa bertanyapun, Renjun tahu apa yang tengah di alami kekasihnya. Mimpi tentang ayah dari kekasihnya.




Renjun mengusap punggung prianya, punggung tegap itu bergetar. Renjun menatap lekat wajah tampan milik Jeno, merapikan helaian rambut yang kini sudah basah oleh keringat.

Tangannya menghapus lembut air mata yang masih membasahi wajah milik Jeno. Bibirnya tersenyum, berusaha menenangkan sang kekasih. Meskipun hatinya merasakan kesakitan yang teramat melihat kekasihnya seperti ini.










"Tenanglah .. aku selalu bersamamu .."

"Tarik nafasmu perlahan sayang, buanglah. Kau kekasihku yang hebat, kau bisa melakukannya .."


Jeno mengikuti arahan dari Renjun, berusaha sekuat tenaga menenangkan dirinya sendiri. Dan Jeno berhasil melakukannya, dengan bantuan Renjun tentunya.


"Terimakasih Renjun, aku selalu berhutang padamu .."


Renjun memeluk kekasihnyq, menggelengkan kepalanya di atas dada si tampan.
"Jangan berkata seperti itu Jeno. Aku melakukan ini karena mencintaimu, sangat sangat sangat mencintaimu"

Jeno tersenyum.
"Dan aku lebih lebih lebih lebih mencintaimu Lee Renjun .."


"Nikahi aku dulu, barulah mengganti margaku! Dasar menyebalkan .."


Cup

"Tentu sayang. Tunggu sampai hari itu tiba hmmmm .."

Renjun menganggukan kepalanya, memeluk kembali tubuh kekasih hatinya. Di dalam hatinya, Renjun berdoa agar Tuhan tidak memisahkan mereka.



Renjun dan Jeno saling mencintai satu sama lain, bergandengan tangan melewati semua perjalanan hidup yang berat ini bersama sama. Ketika Renjun terjatuh, tangan Jeno selalu akan terulur. Begitupun sebaliknya.















End.




















Cerita ini di buat karena aku lagi dengerin lagu Heaven - Troye Sivan.
Tanpa edit, sekali nulis langsung publish.

Ngga ada niatan apapun, cuma mau nulis ini aja.
Ini sekedar cerita fiksi buatan aku ya.
Mohon maaf, mungkin ada yang kurang nyaman hehe.

Tapi lagunya Troy beneran candu banget :((

Algodón de azúcar - [NOREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang