4. ABOUT DONAT

996 149 11
                                    

Hai, aku back lagi🦋

Jangan lupa vote, dan spam komen di setiap paragraf yaah💜

Semoga selalu suka dengan cerita ALVARO, aamiin<3

Dan, happy reading 💜💜💜💜

*****

Hal yang paling penting adalah menikmati hidupmu, menjadi bahagia, apapun yang terjadi.

-Audrey Hepburn
__________________

Sepulang sekolah tadi, Alvaro beserta tiga orang temennya langsung pergi menuju kediaman keluarga Wiranegera. Mereka akan nongkrong disana, sekalian Rizal yang katanya sudah kangen mendarah daging kepada Kinar. Benar-benar abangable. Valid no debat. Tetapi, mereka tidak menemukan Kinar sama sekali. Di kamarnya juga tidak ada. Hal itu membuat Rizal khawatir sendiri. Pasalnya, Kinar tidak akan bisa sendiri, Kinar memang terlahir manja dan tidak terbiasa sendiri.

"Eh abang-abang!" teriak Kinar, yang baru nongol dari arah pintu utama. Mereka semua berhasil melongo lebar, melihat ootd Kinar hari ini. Semuanya serba donat. Baju tidur yang bermotif donat, ada sendal jepit yang bermotif donat juga, serta bendo di kepalanya yang bermotif donat.

Benar-benar ratu donat, sejagat raya.

"Ga ada baju lain, gitu, dek?" tanya Rizal, mengusap dadanya pelan. Sudah tahu akibatnya ia bertanya seperti itu, sudah jelas Kinar akan mengamuk.

"Diem, jangan banyak tanya," ujar Kinar lalu menduduki bokongnya di sebelah Rizal. "Mana donat buat Kinar?" ujarnya menagih.

Rizal dengan cepat memberikan kantong plastik berisikan donat itu kepada Kinar, jika terlambat sedikit saja sudah dipastikan rumah ini, menjadi ajang konser suara toa Kinar. Memang, katakan saja Kinar lebay, masalah donat saja bisa menangis.

Kinar itu tidak bisa menjadi orang lain, ia selalu menjadi dirinya sendiri. Kinar juga ekspresif, tidak bisa berbohong. Suasana wajahnya, sangat bisa menggambarkan bagaimana kondisi hatinya. Selain itu, Kinar juga terkesan sangat manja, tidak bisa melakukan apapun sendirian, ia sudah belajar buat mandiri namun tidak bisa, setiap ia sendiri, pasti selalu ada musibah yang menimpanya.

Dulu, sewaktu SD, Kinar pernah di-bully oleh kakak kelas di sekolah dasar itu. Kinar disoraki gadis yang manja, Kinar diejek habis-habisan sampai akhirnya ia benar-benar lelah. Kinar down, tapi tidak berani untuk bercerita kepada Alvaro, karena tahu bagaimana sikap Alvaro. Jadinya, Kinar mengadu kepada Rizal saja. Namun sama, Alvaro dan Rizal tetap sama.

Jika menyangkut Kinar, Rizal tidak akan bisa diam, sampai akhirnya orang yang mem-bully Kinar, langsung keluar dari sekolah.

"Abang-abang!" panggil Kinar, ia baru menghabiskan satu donatnya. Dan masih tersisa sembilan donat lagi.

"Apa?" jawab Alvaro, ia memang sedang berbicara, namun matanya masih menuju pada layar ponselnya.

Alvaro sedang bermain game, sedikit terganggu karena banyak notifikasi yang masuk. 

"Abang-abang udah punya pacar, kah?" tanya Kinar. Spontan mereka melihat kearah Kinar, yang sedang tersenyum masam, tahu apa maksud dari pertanyaan Kinar barusan.

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang