3. Berakhir.

117 23 2
                                    

Setelah bel istirahat berbunyi nyaring aku bergegas menghampiri kelas IPS 3, kelasnya Farhan.

aku mencoba menghubungi Farhan, memberikan banyak pesan agar laki-laki itu mau menemuiku didepan kelasnya.

"Loh Nara, nyari Farhan ya?" tanya Dika, teman satu kelas Farhan.

Aku tersenyum pada Dika "Farhannya ada ?"

"Noh" laki-laki itu menunjuk Farhan dengan dagunya.
Farhan berada tak jauh dibelakang Dika, sedang duduk bersama teman perempuannya yang tempo lalu aku lihat.

"Han, cewe lo nyariin nih" teriak Dika membuat seluruh penghuni kelas IPS 3 menatapku, aku hanya tersenyum kikuk.

Farhan menghampiri ku, menarik tanganku menuju teras kelasnya.

"Mau apa lagi ?"

"Kamu duduk sama siapa ?" Bukannya menjawab, aku malah memberikan pertanyaan lagi.

"Bukan urusan lo" sarkasnya.

"Jangan marah Han. Aku tau aku salah, maafin aku" ujarku menatap sendu matanya.

"udahlah, gak usah dibahas. Gak penting"

"Han, jangan gini" aku meraih tangannya, laki-laki itu langsung menepisnya.

"Udah kan? Gue mau ke kantin" ujar Farhan sambil mengarahkan pandangannya ke arah lain, kentara sekali malas melihatku yang ada dihadapannya ini.

"kenapa sih kamu jadi kaya gini ? Kamu egois tau ga. Kamu sering larang aku ini-itu, giliran aku yang larang kamu. Kamu ga pernah mau dengerin aku"

aku menangis, sudah lelah menghadapi laki-laki seperti Farhan. Masa bodo orang-orang mau berfikir apa, aku benar-benar tidak tahan lagi.

Farhan tersenyum kecut "Gausah ngebalikin fakta lo!"

"Terserah kamu han. Aku cape, aku terus yang harus ngertiin kamu"

"Lo pikir gue juga engga ?" Bentaknya
"gue mau putus" tambahnya lagi.

"Segampang itu ?" Tanyaku tak percaya.
Entah mengapa air mataku mengalir semakin deras.
Bodoh, kenapa aku harus menangisi laki-laki seperti ini.

"Kenapa ? Gak terima ?" Ujar Farhan menyeringai.

Tanganku siap menampar pipinya, tapi pergerakanku kalah cepat saat Farhan sudah tersungkur ke lantai.

"Bangsat." itu suara Fano, laki-laki itu ternyata sejak tadi sudah berada di depan kelasnya yang bersebelahan dengan kelas Farhan, memperhatikan aku dengan Farhan yang sedang bertengkar.

"Gua gak terima lo nyakitin Nara" ujar Fano, lagi-lagi memukul wajah Farhan.

Farhan tak terima dan membalas pukulan Fano, hingga terjadilah baku hantam antara Farhan dan Fano.

Bukannya memisahkan, Siswa-siswi yang berada disitu malah menyemangati keduanya.

"Farhan, Fano, udah." teriakku yang masih beruraian air mata. Keduanya masih melakukan aktivitas yang tadi, sama sekali tidak ada yang mau mengalah.

"Berhenti! Berhenti!" teriak pak Satria berhasil menghentikan keduanya.
"Farhan, Fano, ikut saya ke ruang BK" lanjutnya

Farhan dan Fano mengikuti pak Satria dari belakang. Aku juga mengikutinya, bagaimana pun juga keributan ini terjadi gara-gara aku. Aku, sumber masalahnya.

Sesampainya diruang BK, aku sama sekali tidak diperbolehkan masuk. Dengan berat hati, aku menunggu keduanya di luar.
Berjalan mondar-mandir layaknya setrikaan. Sungguh, aku sangat khawatir dengan keduanya.

DIANTARA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang