10. Pembalasan

61 10 5
                                    

Semenjak kejadian kemarin, aku sedikit menghindari Fano.

Aku benar-benar kesal melihat wajah menyebalkan yang ia tunjukkan kemarin. Kalo saja membunuh tidak dosa, aku ingin mencekik Fano saat itu juga.

Entah raknya yang terlalu tinggi atau tubuhku yang terlalu pendek, aku kesulitan untuk mengambil novel yang disimpan dirak paling atas. Aku mencobanya berkali-kali tapi tetap tidak bisa, hingga tiba-tiba dari arah belakang tubuhku ada seseorang yang mengambilkan buku itu.
Aku membalikkan badan mendapati Fano yang berada dibelakangku.
Aku menahan napas, posisi yang kami ciptakan begitu dekat membuat jantungku berdetak tak karuan. Hingga tidak sadar mata kami bertemu di satu titik, entah mengapa aku merasa waktu berhenti saat itu juga.

"Gue baru sadar, ternyata lo cantik banget Ra" Fano menatap lekat mataku.
Karna posisi kami yang terlalu dekat, hembusan nafas Fano sampai menerpa wajahku.

Aku masih terdiam, ikut terhanyut menatap matanya.

"gue suka sama lo Ra" ujar Fano sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telingaku.

Aku membulatkan mata saking terkejutnya. bagaimana bisa Fano menyukaiku, sedangkan ia saja masih memiliki Sela.

"Fan-" ujarku terbata-bata
belum sempat melanjutkan kalimatku, tiba tiba Fano memotongnya

"Suka pengen nabok" tambahnya lagi sambil tertawa keras.

Aku menghentak-hentakkan kakiku ke lantai. Membayangkan wajahku yang memerah saat Fano mengatakan itu. Apa Fano menyadarinya ? Ahhh sial.

Saat aku melanjutkan langkahku menuju kelas, aku melihat Farhan yang sedang duduk di pinggir lapangan. Laki-laki itu sedang mengobrol dengan teman futsalnya.

Aku memandang laki-laki itu dari jauh. Sadar sedang diperhatikan, Farhan mengarahkan pandangannya ke arahku. Aku tersenyum padanya.
Bukannya membalas, Farhan malah membuang muka ke arah lain. Aku terkejut, bukan kah kemarin Farhan begitu perhatian kepadaku, kenapa tiba-tiba menjadi seperti orang yang tidak saling mengenal lagi.

"Liatin siapa tuh" ujar Fano muncul dari arah belakang.

Aku mendengus.
Karna masih sebal dengan Fano, aku meninggalkan laki-laki itu.

"Kenapa sih Ra ?" Tanyanya bingung melihat tingkahku.

Aku masih terdiam, tetap melanjutkan jalan.

Karna tak mendapat jawaban, Fano mencekal tanganku "Ra, kenapa ?"

Aku menepisnya "Apaan sih"

"Lo marah gara-gara kemarin ?"

Aku mengangkat bahu acuh.

"Yaampun Ra, kemarin bercanda. Apa jangan-jangan, lo beneran suka sama gue ya ? Mangkannya baper." ujarnya sambil tertawa.
Tuh kan, Fano itu benar-benar menyebalkan. Laki-laki itu sama sekali tidak merasa bersalah dengan ucapannya yang kemarin.

"Gila kali ya" aku melanjutkan jalanku lagi.

"Jadi, lo beneran suka sama gue Ra ?"

DIANTARA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang