13. Baikan

64 10 2
                                    

Suasana kantin begitu ramai, aku sedang makan bersama Nisa, Inggrid, Banu, dan Wahyu. Saat sedang asyik mengobrol tiba-tiba Fano datang

"Fan lo beneran putus sama Sela ?" Tanya Nisa saat melihat Fano dihadapannya. Aku yang menceritakan pada Nisa bahwa Sela dan Fano kemarin putus

"Hmmm" jawabnya singkat, laki-laki itu duduk di sebelah Wahyu.

Aku melirik Fano dari ujung mataku. Malas sebenarnya harus satu meja dengan laki-laki itu, aku masih sebal dengan kelakuannya yang kemarin
"Gue mau balik ke kelas" ujarku kemudian berdiri.

Banu melirik jam yang berada di tangan kirinya "Bel masuk masih lama kali"

Tak memperdulikan perkataan Banu, aku beranjak pergi dari kantin. Menjauhi Fano, memberikan waktu untuk laki-laki itu berfikir kalo kelakuannya yang kemarin sungguh keterlaluan.

Fano bangun dari duduknya dan berjalan mengikutiku.

"Lagi perang dingin ternyata" ujar Banu sambil tertawa memperhatikan kelakuan aku dan juga Fano.

"Nara" teriak Fano memanggil namaku.

Aku tetap berjalan, berusaha menulikan pendengaranku.

"Bentar Ra, gue mau jelasin yang kemarin" ujarnya sambil mencekal tanganku, aku menepis tangan Fano.

"5 menit" ujarku menatapnya malas.

Fano mengedarkan pandangannya menatap sekitar. Banyak siswa-siswi yang berlalu-lalang "Gak disini"

"Disini atau engga sama sekali"

"Oke. Kalo mau jadi tontonan anak-anak"

Aku ikut mengedarkan pandanganku, benar juga sih. Disini banyak orang yang berlalu-lalang. Mau tak mau aku mengikuti Fano menuju taman

Aku menyilangkan kedua tangan didepan dada "Cepet, mau ngomong apa ?"

"Maaf soal kemarin" ujarnya sambil menatapku

Aku memutar bola mataku malas "Lo bener-bener keterlaluan"

"Iya" ujarnya singkat
Mungkin Fano menyadari kesalahannya

"Gue tau, niat lo baik mau lindungin gue. Tapi untuk ikut campur urusan gue, lo gak ada hak apapun Fan. Lo gak berhak ikut campur urusan gue sejauh itu" ujarku.
aku meluapkan semua yang ada diotak ku masa bodo jikap nanti Fano akan sakit hati. Aku hanya ingin Fano sadar dan tau batasan.

"Iya, gue emang gak ada hak buat ikut campur urusan lo." Ujarnya
"Gue gak masalah Ra, kalo lo mau deket sama siapapun, gue juga gak pernah ikut campur kan ? Baru kali ini, sama Farhan doang. Karena gue tau dia gak tulus sama lo. Gue sering liat dia berduaan sama temen sekelasnya" jelasnya lagi

Aku ingin mempercayai perkataan Fano tentang Farhan dan Resti. Tapi hatiku selalu menolak, dan beranggapan bahwa Farhan dan Resti tidak ada apa-apa. Aku enggan menerima kenyataan bahwa keduanya memang dekat
"Temen Fan, kaya lo sama gue. Kita juga temenkan ?"

"Dia gak konsisten Ra. Farhan mau lo, tapi Farhan mau cewe itu juga"

"Jeleknya lo tuh gini Fan, selalu nyimpulin semuanya sendiri. Lo ga bisa nuduh-nuduh orang tanpa bukti" ujarku pada akhirnya

"Terserah lo mau nilai gue apa Ra. Yang penting gue udah kasih tau lo kalo Farhan gak bener-bener tulus, gue cuma gamau lo terluka. Cukup sekali aja, gue gak mau lo disakitin sama orang yang sama." Ujarnya.

Aku terdiam tak mendengarkan Fano.
Percuma, laki-laki itu hanya ingin menjelekkan-jelekkan Farhan di depanku. Jadi, untuk apa aku menanggapinya.

DIANTARA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang