16. Berbeda

55 8 4
                                    

Setelah keluar dari mobil Fano, aku langsung berlari memasuki rumah.
Aku mampir terlebih dahulu ke dapur, mengambil minum di dalam kulkas

"Abis dari mana non ?" Tanya bi Asih yang sedang membereskan piring bersih.

"Rumah Fano bi, bunda belum pulang ya ?" Tanyaku setelah selesai minum.

"Belum non. Mungkin sebentar lagi" ujar bi Asih "non nara udah makan ? Bibi udah masakin makanan buat non nara"

"Nanti Nara makan bareng bunda aja bi, sekarang masih kenyang"

"Yaudah non. Oh iya, bibi udah buatin salad yang kemarin non minta. Bibi simpen di kulkas ya, non."

"Iya. Nanti Nara makan, Nara mau mandi dulu ya bi"

"Iya non"

Aku berlari menaiki tangga.
Membuka pintu kamar, kemudian merebahkan tubuhku di atas kasur.
Wangi bunga sakura yang disemprotkan dari pengharum ruangan membuatku menjadi rileks.

Saat memejamkan mata, entah mengapa wajah Fano yang muncul disana. Aku akui, entah mengapa akhir-akhir ini perasaanku jadi tak karuan terhadap laki-laki itu. Apakah aku menyukai Fano ? Tidak boleh, Itu tidak boleh terjadi. Bagaimana pun juga Fano adalah mantan kekasih Sela, Fano mengharapkan hubungannya dengan Sela membaik.

Aku langsung bangkit, kemudian bergegas menuju kamar mandi, menyalakan keran ke dalam bathtub.
Sore ini, aku ingin berendam untuk menjernihkan pikiran.

Setelah selesai mandi, aku bergegas memakai baju, kemudian turun ke bawah untuk melihat bunda, apakah bunda sudah pulang dari kerjanya atau belum.
Aku melangkahkan kaki menuju ruang Tv. Dari sini aku melihat bunda yang berada di dapur dapur sedang minum. Aku menghampiri bunda
"Bunda" Panggilku sambil mencium pipi kanan kirinya.

Bunda tersenyum menatapku
"Anak kesayangan bunda" bunda juga ikut mencium pipiku.

"Cape ya bun ?" Tanyaku sambil memijit pundak bunda.

Aku kasihan melihat bunda yang setiap hari pulang pukul 5 sore. Kalo saja aku bisa bekerja, aku ingin menggantikan bunda.
Menjadi tulang punggung keluarga, kemudian menyuruh bunda untuk berdiam diri dirumah saja.

"Engga kok sayang" ujarnya sambil mengelus tanganku.

"Bunda, jangan cape-cape."

"Iya"

"Nara gak mau liat bunda sakit"

"Iya sayang. Yaudah, bunda mau mandi dulu ya. Nanti kita makan bareng"

"Iya bunda"

Bunda meninggalkan aku sendirian di dapur, bi Asih tak tau ada dimana.
Aku mengambil salad buah yang di buat bi Asih, kemudian memakannya dengan lahap.

Bi Asih datang sambil membawa 2 kantong plastik, sepertinya habis membeli sesuatu dari mini market.

"Den Fano ada disini non ?" Tanya bi Asih sambil menyimpan barang belanjaannya di atas meja.

Aku yang sedang memakan salad buah langsung menatap bi Asih
"Gak ada bi"

"Loh, di depan ada mobilnya den Fano non. Bibi kira den Fanonya ada di dalem"

Aku mengernyit heran. Pasalnya, sedari tadi laki-laki itu tidak ada di sini. Kalo pun berniat kesini biasanya menghubungiku terlebih dahulu.

Aku yang merasa aneh dengan Fano langsung melangkah keluar.
Dari teras rumah, aku bisa melihat mobil Fano yang terparkir dipinggir rumahku. Aku menghampiri mobil laki-laki itu, kemudian mengetuk kaca mobilnya.

DIANTARA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang