—Jangan mencariku,
Aku yang akan menemukanmu.Jangan mengejarku,
Aku yang akan berlari untukmu.Sekali lagi,
Jangan mencintaiku jika tak mau,
Aku saja yang akan mencintaimu.—"Bagaiamana hari pertamamu?" Tanya Diva—kekasih Dimas.
"Hm, menyenangkan?" Jawab Dimas.
Oh Diva, maafkanlah kekasih bejatmu itu.
"Apakah banyak gadis cantik?" Tanya Gadis itu lagi, tentu dengan nada yang menyebalkan.
Dimas mendengus pelan sekali, lalu memutar bola mata malas. Sabar, sebentar lagi.
"Tidak. Aku kan sudah punya kamu." Balas Dimas, lalu menggenggam keseluruhan jemari sang kekasih.
Diva terdiam walau pun tetap saja merona pipinya.
Dimas sama sekali tak pernah bermaksud untuk untuk menghianati kekasihnya. Tak pernah sekali pun, salah kan saja waktu yang malah mempertemukannya dengan Vio. Membuatnya terkesan begitu brengsek.
Kau memang brengsek.
Apakah begitu berdosa jika menghianati kekasih sendiri? Apalagi membuang-buang kasih tulus seorang gadis yang tak tahu apa-apa.
"Lalu, siapa Vio?"
Pertanyaan Diva barusan cukup membuat Dimas terkejut bukan main. Otaknya memutar alasan yang hebat untuk ia lontarkan pada kekasihnya.
Berbohong, heh?
"Tentu saja teman baruku." Jawab Dimas mencoba setenang air. Walau pun sebenarnya ia sudah panik dan takut akan hal-hal yang mungkin akan terjadi nanti.
"Teman baru yang cantik." Komentar Diva dengan sarkas, lalu melangkah pergi setelah melepaskan tautan jari mereka.
Taman pinggir lapangan olahraga itu sudah tak lagi menarik bagi Diva. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Perasaan takut kehilangan dan kesal.
Tapi begitu perih hatinya. Begitu ngilu ulu jiwanya.
Ia percaya, hanya saja air mata ingin sekali mendesak keluar dari pelupuknya. Tanpa sepengetahuan Dimas, Diva telah begitu hancur hanya karna sederet nama baru yang mungkin akan menggantikan namanya suatu saat nanti?
Mungkin?
Entahlah, memikirkannya saja membuat Diva merasa sesak.
----
Jika menjadi seorang brengsek itu di gaji, maka Dimas sudah akan menjadi millioner di Dunia. Bukan apa-apa, perilaku Pemuda itu sudah seperti pemuda paling tampan di Semesta.
Lihatlah sekarang, ia sedang mendekati Vio layaknya ia tidak memiliki kekasih.
"Rumahmu dimana?" Tanya Dimas pada Vio.
"Dari sini sedikit jauh, aku harus menggunakan angkutan umum sebentar." Jawab Vio.
Dimas tersenyum kecil, "bolehkah aku kapan-kapan berkunjung?" Tanya Dimas main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMAS -selesai
Teen FictionAda banyak cara mencintai dan mendapat cinta. Dimas memilih mengemis sesuatu bodoh itu pada seorang gadis yang bahkan mungkin bukan takdirnya. Pengorbanan selalu ia lakukan demi apa-apa yang akan menyangkut kisah romasanya. Walau acap kali luka dan...