—Di suatu malam kau terlihat lemah dan payah, apakah tidak lelah diperbudak cinta?—
Jika Dimas disuruh mendeskripsikan Vio dengan narasi atau rangkaian kata, maka Vio adalah; anak Hawa dengan segala bentuk keindahan yang pernah terpahat di muka Bumi. Mungkin kala Tuhan meminta seluruh umatnya untuk berbaris mengambil kelebihan, maka Vio adalah orang yang akan berbaris paling depan dan memborong segala bentuk kesempurnaan.Vio itu gadis manis yang mengantongi hampir seluruh percikan indah milik semesta, parasnya cantik, hatinya lembut, tatapan netra cokelat madunya membuat hanyut, lalu kelakuannya yang begitu sopan dan kalem. Ada begitu banyak kesempurnaan Vio yang bahkan tak bisa Dimas jabarkan satu persatu. Apalagi dibuat dalam sebuah narasi, orang akan bosan karna Dimas terlalu sering memuji gadis itu.
Vio juga adalah makhluk yang mampu membuat Dimas memutar garis pandang hanya pada galaksi mata gadis itu. Vio adalah manusia yang dengan kurang ajar mempermainkan debaran jantungnya. Vio adalah seumpama langit yang bahkan tak pernah memiliki setitik kesalahan.
Dan, Dimas tidak tahu harus bersyukur atau malah meragukan diri karna merasa tak cukup pantas menggenggam jemari gadis itu. Vio malah terlampau sempurna untuk Dimas yang serba rata-rata.
"Dimas, es kelapamu nanti diserbu lalat." Tegur Vio sambil menatap bergantian antara wajah Dimas dan segelas es kelapanya.
Dimas gelagapan lalu menyeruput pelan es kelapa itu. Kencan kedua mereka sekarang adalah tepat di pinggir jalan sebrang alun-alun kota. Tempat paling lumrah yang akan dijamah oleh para kaum muda.
"Kau suka?" Tanya Dimas.
Vio yang awalnya memandangi lampu kerlip warna-warni di atas pohon pun menengok ke arah Dimas dan mengangguk antusias, "suka sekali!" Jawabnya kemudian.
Hari belum begitu malam, tapi langit sepertinya sudah akan memuntahkan tangis sebentar lagi. Dimas berinisiatif untuk pulang, toh mereka sudah berjalan-jalan sejak sore tadi.
"Vio, lebih baik kita pulang. Hujan sepertinya akan turun," ucap Dimas sebelum menyeruput habis sisa es kelapanya.
Vio mendongak memandangi langit yang sekarang dihiasi kilat kecil. Lalu ia yakin bahwa hujan akan benar-benar turun dalam waktu dekat.
"Baiklah."
Mereka pun berpisah di pintu angkutan umum yang dinaiki Vio. Gadis itu memaksa tak perlu di antar oleh Dimas, sebelumnya telah bergumam terimakasih atas traktir segelas es kelapa muda dan seperempat waktu pemuda itu.
Dimas menghela napas lalu tersenyum. Memandang lamat-lamat angkutan umum yang dinaiki Vio perlahan menjauh ditelan jarak. Dimas berbalik arah, merangkai langkah untuk pulang ke rumahnya.
Kencan mereka sederhana, namun sudah cukup mampu untuk membuat senyum selalu terukir di bibirnya. Mengingat betapa Vio begitu senang bersamanya membuat Dimas kian jatuh pada pesona gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMAS -selesai
Roman pour AdolescentsAda banyak cara mencintai dan mendapat cinta. Dimas memilih mengemis sesuatu bodoh itu pada seorang gadis yang bahkan mungkin bukan takdirnya. Pengorbanan selalu ia lakukan demi apa-apa yang akan menyangkut kisah romasanya. Walau acap kali luka dan...