09| Lukisan Oranye

113 44 31
                                    

—Lalu untuk apa kau terikat pada seseorang yang akan pergi dari hidupmu?—

—Lalu untuk apa kau terikat pada seseorang yang akan pergi dari hidupmu?—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Senja memang indah, lambang kecantikan tiada tara. Namun tidak adakah yang pernah berpikir, Si Cantik Senja ini sebenarnya adalah antagonis, tapi dikarenakan paras rupawannya, tak ada lagi yang peduli tentang seberapa jahat lukisan petang itu.

Coba saja pikir, siapa yang dengan teganya membuat langit berdarah? Tentu saja senja. Siapa yang tega memisahkan mentari dari bumi? Tentu saja senja. Siapa yang dengan kurang ajar memaksa bulan agar segera terlihat? Tentu saja senja.

Tapi, warna oranye indah itu terkadang adalah sebuah saksi atas perasaan-perasaan yang terungkap, janji-janji yang terlupakan, serta perpisahan-perpisahan yang tak pernah di harapkan.

"Diva, aku memohon padamu berhenti mengusik hubunganku dan Vio!" Gertak Dimas, sengaja mendatangi rumah gadis itu untuk berkata demikian tepat di ambang pagar yang menjulang.

Diva tertegun, napasnya memberat serta matanya mulai berembun. "Kenapa Dimas? Apakah salah jika aku masih bersikeras mencintaimu?" Tanya Diva, nadanya lemah sarat akan luka.

"Tidak ada yang salah perihal mencintai, tapi kau harus sadar diri siapa yang kau cintai." Balas Dimas dengan nada sengit, mencoba membuat Diva jengah.

Tangis gadis itu malah semakin menjadi, mengguncang lengan Dimas dengan memprihatinkan. "Kenapa Dimas? Kenapa kau begitu tega?"

Dimas menghela napas, "berhenti bertingkah layaknya kau paling menderita di Bumi. Aku pergi, jangan ganggu lagi."

Ucapan terakhir Dimas adalah pelengkap rasa sakit Diva petang itu. Lukisan oranye di langit pasti sedang menertawakan kehancurannya. Sekaligus menjadi saksi bisu jika ia tak bisa lagi menerima balasan cinta dari Dimas.

Tubuhnya luruh ke bawah, tangannya memegangi dadanya yang kian sesak. Senja kali ini menjadi lambang perpisahan bagi Vio.

"Sudah selesai?" Tanya Teo saat Das terlihat menghampiri motornya.

Dimas hanya mengangguk dan naik ke boncengan Teo. Menuju rumah pemuda itu karna katanya Neneknya masak besar. Dimas hanya mengangguk setuju karna ia sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.

Dimas mendongak, menyaksikan senja yang kini terlihat sempurna nan indah. Ah, banyak sekali cerita yang terjadi di bawah lukisan oranye itu.

----

Esok paginya, Dimas mendapat panggilan dari Kepala Sekolah— ada hal penting katanya. Dimas yang sedang sibuk merayu Vio terpaksa pergi ke ruangan wanita yang memiliki jabatan tertinggi di sekolah itu.

DIMAS -selesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang