“Rissa!” teriak Rachel dari kejauhan.
Clarissa yang mendengarnya pun menoleh kesumber suara, ternyata memang benar itu adalah suara sahabatnya yang sudah ia duga.
“Sendiri?” tanya Rachel.
“Iya, memangnya mau sama siapa lagi?” jawab Clarissa sedikit sewot.
“Itu kakak kamu kan? Kenapa gak ikut bareng dia aja?” tanya Clarissa ketika melihat ke arah Devano yang sedang menyalakan motor.
“Gak, aku mau bareng kamu, hehehe,” balas Rachel dengan cengiran khasnya.
Clarissa hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu.
“Tumben naik bis?” tanya Rachel penasaran.
“Kak James ada urusan mendadak tadi pagi.” Rachel hanya membalas dengan ber-o ria.
Tak lama bus yang ditunggu pun datang. Mereka masuk kedalam bus dan menuju Kampus Petra.
Sesampainya di kampus, Rachel pun membuka suara kembali.
“Gimana hubungan kamu sama Kak James ?” tanya Rachel ketika mereka sedang berjalan di koridor kampus.
“Baik-baik aja,” jawab Clarissa santai. Membuat Rachel tersenyum tipis.
Rachel adalah sahabat Clarissa di Kampus Petra ini, pertemanan mereka sudah cukup lama, dan Rachel lah yang mengetahui segala tentang Clarissa. Bahkan soal James pun ia sangat tahu, dan juga tentang perasaan kakaknya pada sahabatnya itu.
Rachel ingin sekali membantu Devano dekat dengan Clarissa, tapi ia bisa apa? Ia sangat tahu sebesar apa cinta Clarissa untuk James. Karena sering kali Rachel mendengar kata-kata pujian untuk James dari mulut Clarissa.
Kini mereka pun masuk ke dalam kelas, untuk memulai mata kuliah pagi.
**
Siang ini, di kantin kampus.
Clarissa sedang duduk bersama Rachel sambil menyantap makanan mereka. Karena setelah ini mereka tidak ada jam mata kuliah lagi.
Clarissa pun sudah memberitahukan James bahwa ia sudah pulang melalui pesan singkat. Dan tak lama datanglah Devano menghampiri.
“Kakak baru balik?” tanya Rachel.
“Iya, sebentar ada kelas. Eh, ada Clarissa. Hai Clarissa…,” sapa Devano dengan begitu ramahnya pada Clarissa.
Clarissa hanya membalas dengan senyuman yang membuat Devano semakin terhipnotis.
Ya, mereka pun bercengkrama bersama, Clarissa dan Devano tak begitu akrab meski ia bersahabat dengan Rachel. Namun, Clarissa sangat nyaman dengan pembawaan Devano yang ceria.
Disela-sela mereka mengobrol, sesekali Devano melirik ke arah Clarissa mencuri pandang. Tentu saja hanya dia dan Tuhan yang tahu.
“Yasudah, Kakak mau masuk kelas, nih,” ucap Devano menghentikan obrolan mereka.
Akhirnya Devano pun pergi meninggalkan kedua gadis itu. Setelahnya, dering ponsel Clarissa pun berbunyi dan itu panggilan dari James.
“Iya, Halo,” sapa Ckarissa ketika mengangkat telepon.
“Sayang, maaf aku baru lihat pesan kamu, emh … aku gak bisa jemput sekarang. Maaf, ya,” ucap James di telepon dengan nada menyesalnya.
“Iya gak apa,” sahut Clarissa sedikit kecewa dan raut wajahnya pun mulai berubah.
“Yakin, gak apa-apa? Gak marah kan?” tanya James memastikan.
“Enggak kok, yasudah kalau begitu.”
Clarissa pun langsung mematikan sambungan teleponnya. Dengan wajah yang terlihat begitu kecewa.
“Kenapa? Gak bisa jemput, ya?” tebakan Rachel tepat sasaran.
“Ya, begitulah…,” jawab Clarissa pasrah.
Mereka pun keluar dari kantin lalu keluar kampus mencari taksi untuk pulang kerumah.
**
Sesampainya Clarissa di rumah, keadaan cukup sepi, karena mamah masih bekerja dan akan pulang sore hari. Clarissa langsung masuk ke dalam kamar lalu melepas tasnya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah kegiatan itu selesai, Clarissa membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, dering ponsel kembali berbunyi kali ini adalah sebuah pesan dari nomor yang tidak di kenal.
Ketika Clarissa menggeser layar ponsel dan membuka isi pesannya, begitu terkejutnya ia dengan pesan tersebut. Sebuah foto seorang lelaki yang sangat ia kenali, sedang duduk merangkul bahu seorang gadis yang tidak Clarissa kenal di sebuah cafe. Ditambah wajah gadis itu tidak nampak, hanya punggungnya saja dengan rambut panjang bergelombang.
Ya, foto itu adalah foto James kekasihnya. Meski wajahnya terlihat dari samping, tetapi Clarissa sangat mengenal sosok laki-laki tersebut.
“Gak! Ini gak mungkin! Ini pasti editan.”
Clarissa menyangkalnya, meski sempat merasakan sakit, tapi ia yakin bahwa James tidak akan seperti itu.
“Sekarang kan jaman udah canggih! Pasti ada orang iseng yang ingin merusak hubunganku dengan Kak James!”
Clarissa pun mencoba menghubungi nomor asing tersebut melalui sambungan telepon dan ternyata nomor itu tidak aktif. Clarissa sedikit bernapas lega, setidaknya ia berpikir bahwa ini adalah kerjaan orang iseng saja.
Clarissa tak mau ambil pusing, ia pun melanjutkan aktivitas yang sebelumnya ingin membaca sebuah novel. Namun, entah kenapa perasaan Clarissa tidak nyaman setelah mendapat pesan foto tersebut. Akhirnya ia putuskan untuk menghubungi James lagi. Telepon pun terhubung.
“Lagi di mana ?” tanya Clarissa begitu James mengangkat teleponnya.
“Masih di kampus, lagi ada rapat forum, ada apa?”
“Gak! Gak ada apa-apa, yasudah kalau begitu aku matikan ya teleponnya, bye!”
Clarissa mengehela nafas lega, memang tadi terdengar begitu ramai di sekitar James, sehingga Clarissa mengira James benar-benar masih di kampusnya. Clarissa yakin bahwa James tidak akan mengkhianatinya.
‘Aku memberikanmu sebuah kepercayaan, maka hanya satu yang aku pinta, tolong jagalah kepercayaan itu.’
-Clarissa Ariesta-
🍀🍀🍀
Terimakasih sudah mau membaca !
Jangan lupa dukung dengan memberikan komentar dan votenya yaa !
Salam manis,
Mey :*
ODOC DAY 2
Balikpapan, 16 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Clarissa ✔️
Romance[COMPLETED] [TAHAP REVISI] Saat kepercayaan diruntuhkan, saat itu juga semua telah berubah. Puing-puing kepercayaan yang berserakan, dapatkah bersatu kembali? Clarissa, gadis yang begitu ceria dan ramah. Berubah menjadi sosok gadis yang dingin tak t...