Sepanjang perjalanan air mata Clarissa tidak berhenti menetes, hatinya benar-benar terluka saat ini. Apa yang ia harapkan ternyata hanya perasaan yang tak terbalaskan. Clarissa benar-benar tidak menyangka, ternyata James mengkhianatinya dengan cara seperti ini. Kalimat James seakan terus terniang di kepalanya.
Tanpa sadar kini posisi Clarissa sedang memeluk Devano, bahkan kepalanya tersandar di punggung pria tersebut dan air matanya ikut membasahi baju bagian punggung Devano. Devano yang sedang fokus mengendarai motornya hanya bisa terus mengerutu kesal. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan memberi perhitungan pada James yang sudah menyakiti hati Clarissa.
Devano yang baru tersadar jika ada sebuah tangan yang kini memeluk pinggangnya dengan erat. Ia tersenyum simpul, tetapi ini bukan saatnya merasa bahagia, karena gadis yang ia cintai secara diam-diam ini sedang merasakan luka di hatinya. Devano hanya membalas dengan memberikan usapan-usapan lembut pada tangan Clarissa.
Akhirnya mereka sampai di kosan Rachel. Clarissa sudah tidak menangis lagi, tetapi wajahnya begitu dingin tanpa ekspresi, seakan tidak ada kehidupan di sana. Devano pun mengetuk pintu kosan Rachel.
“Eh, Kak Vano, Rissa, udah pulang?” tanya Rachel setelah pintu terbuka.
“Rissa, kamu kenapa?” ucapnya lagi ketika melihat keadaan Clarissa.
Tiba-tiba Clarissa memeluk Rachel dengan erat dan kembali menumpahkan air matanya.
“Hel, Kak James! Kak James!” dengan suara tangis yang terdengar begitu pilu.
Rachel mengerti dengan apa yang terjadi pada Clarissa. Ia mengusap lembut punggung sahabatnya itu, menyalurkan kekuatan di sana.
“Temani dia, suruh istirahat, aku mau balik ke kamar,” ucap Devano dan hanya di balas anggukan oleh Rachel.
Rachel dan Devano memang satu kosan, hanya saja berbeda tempat. Di mana kosan tersebut menjadi dua bagian, putra dan putri. Devano pun pamit, setelah mengusap kepala Clarissa dengan lembut. Rachel pun mengajak Clarissa masuk dan duduk di tempat tidur.
“Sudah, Sa. Kamu tenangin diri dulu, ya,” ucap Rachel mencoba menenangkan Clarissa.
“Hel, Kak James jahat!” sambil terisak.
“Kak James selingkuhin aku selama ini! Dan tadi, kamu tau apa yang dia lakukan?! Dia sedang bercinta dengan perempuan lain, Hel!” ceracau Clarissa tak karuan.
“Sudah, Sa. Sudahlah, tenangkan dirimu dulu.”
Rachel kembali memeluk Clarissa. Membiarkan sahabatnya itu menumpahkan apa yang ada di dalam hatinya. Sampai Clarissa benar-benar merasa lelah dan Rachel mengajaknya untuk beristirahat.**
Di sebuah kamar, sepasang manusia yang baru saja menyelesaikan kegiatan berbagi hasrat, sedang berbaring di balik selimut yang membungkus tubuh mulus mereka.
Aku yakin jika tadi Clarissa masih sempat melihat aku dan James melakukan itu, batin wanita tersebut dengan senyum iblisnya.
Ya, dia adalah Julia, selingkuhan James, yang baru beberapa jam yang lalu melakukan aktifitas panas bersama James di sebuah klub malam. Ia sengaja memanggil Clarissa ke klub malam ini untuk membiarkannya mengetahui secara langsung bagaimana James selama ini. Karena ia merasa cemburu pada Clarissa yang terkadang masih mendapatkan perhatian James.
Julia tersenyum sinis sambil melihat James yang tertidur pulas di sampingnya.
“James, setelah ini kau akan selamanya utuh menjadi milikku!” ucapnya dengan penuh percaya diri sambil mengelus wajah James.**
Keesokkan harinya, Clarissa bangun dari tidurnya. Ia merasa matanya begitu sembab setelah semalaman menangis. Tiba-tiba kejadian semalam kembali terniang di kepalanya.
“Kak James! Aku gak akan maafin kamu!” gerutu Clarissa dengan kesal.
Clarissa beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi, ia membasuh muka dan menggosok gigi. Lalu kembali duduk di tepi ranjang yang masih ada Rachel di sana sedang tidur nyenyak dengan alam mimpinya.
“Makasih ya, Hel. Kamu selalu ada buat aku,” ucap Clarissa sambil memandangi wajah Rachel yang tertidur pulas.
Kosan Rachel begitu lengkap, terdapat dapur mini yang cukup memadai. Clarissa pun berniat untuk membuat sarapan, tetapi tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, segera Clarissa membukanya.
“Kak Vano.”
“Pagi, Tuan Putri,” sapa Devano dengan ramah. Clarissa hanya membalas dengan senyuman lalu membuka lebar pintu mempersilahkan Devano untuk masuk.
“Astaga ini anak! Gak tau malu banget ada temannya masih bisa bangun siang,” ucap Devano tak habis pikir dengan adiknya itu.
“Gak apa, Kak. Rissa juga sering kok bangun telat,” sahut Clarissa. Devano hanya bisa menghela napas, ia kembali teringat apa tujuannya datang ke kemar Rachel.
“Ah iya, ini aku belikan kamu dan Rachel makanan untuk sarapan. Hari ini gak usah kerja atau kuliah dulu, ya. Nanti aku yang akan minta ijin.”
“Gak usah, Kak. Rissa mau tetap kerja. Masa, baru sehari kerja udah ambil libur, gak enak sama yang lain,” tolak Clarissa.
“Gak apa, mending kamu istirahat tenangin diri kamu dulu.”
“Tapi, Kak....”
“Udah nurut aja, mau gajinya dipotong?”
Seketika Clarisaa bingung dengan ucapan Devano, ia pun hanya menggelengkan kepala melihat tingkah saudara sahabatnya itu. Akhirnya Clarissa pun memilih menuruti Devano.
“Jadi, bagaimana ke depannya hubunganmu denga pria itu?” tanya Devano dengan hati-hati.
Raut waja Clarissa kembali murung seakan bayangan semalam belum dapat ia hindari. Dan hal itu membuat Devano merasa menyesal telah menanyakan hal sensitif tersebut.
Kau bodoh, Vano! Batin Devano yang menrutuki kebodohannya itu.
“Maaf, Sa. Emh, lupakanlah pertanyaanku tadi,” ucap Devano yang merasa bersalah.
“Aku akan mengakhiri semuanya dengannya, iya! Aku rasa itu adalah pilihan yang tepat, aku gak bisa mempertahankannya lagi,” ucap Clarissa dengan suara datarnya.
Devano hanya mengangguk paham, ia tak mau menanyakan lebih jauh lagi. Karena yakin pasti Clarissa akan kembali mengingat hal yang menyakitkan hatinya.
Tak lama Rachel bangun, Devano pun menyuruh adiknya itu untuk bergegas mandi kemudian sarapan bersama dengan Clarissa. Karena ia akan pergi ke kampus dan ke kafe, juga ada hal yang akan ia rencanakan.
‘Sudahlah, apa yang bisa aku pertahankan sekarang? Apakah sebuah kaca yang sudah retak? Itu terlalu bodoh!’
-Clarissa Ariesta-🍀🍀🍀
Salam manis,
Mey :*
ODOC DAY 14
Balikpapan, 28 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Clarissa ✔️
Romance[COMPLETED] [TAHAP REVISI] Saat kepercayaan diruntuhkan, saat itu juga semua telah berubah. Puing-puing kepercayaan yang berserakan, dapatkah bersatu kembali? Clarissa, gadis yang begitu ceria dan ramah. Berubah menjadi sosok gadis yang dingin tak t...