BAB 26

132 7 0
                                    

Kini Clarissa nampak begitu terlihat segar, ia sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Clarissa duduk di sisi tempat tidur, mengambil ponsel yang seharian ini tak tersentuh sama sekali. Clarissa pun menggeser layar ponsel tersebut, cukup banyak notifikasi pesan masuk entah dari siapa saja. Clarissa membuka pesanya satu persatu, dan minatnya tertarik untuk membuka pesan dari Devano.

Kak Vano : Aku jemput kamu jam 8 malem,, ya? See u 😘

Clarissa hanya bisa tersenyum membaca pesan dari Devano. Terlebih melihat emotikon yang diberikan, ia pun melirik jam dinding yang sudah menunjukkan angka lima.

“Masih ada waktu untuk masak.”

Clarissa ke dapur berencana untuk masak dan makan terlebih dahulu, lagi pula ia memang sangat lapar sepulang kerja. Sambil bersenandung kecil Clarissa mengambil beberapa bahan yang akan dimasak, tangannya dengan telaten menggunakan alat dapur.

Hidup seorang diri seperti ini terkadang membuatnya kesepian, tak jarang ia sering mengenang kebersamaan dengan Mona. Namun kini ia tak lagi menangis, justru tersenyum karena ia yakin, saat dirinya merindukan Mona, ia merasa Mona selalu berada di dekatnya.

Sekitar tiga puluh menit, masakan Clarissa telah jadi. Ia langsung saja menyantap hidangan tersebut.

Dan setelah makannya selesai, Clarissa kembali ke kamar, ia membuka lemari pakaiannya. Begitu banyak baju yang tergantung di sana, Clarissa pun memilih beberapa.

Ini sudah baju ke lima yang ia ambil, tetapi rasanya tidak cocok. Padahal ini hanya jalan biasa dengan Devano, tetapi Clarissa sangat ingin terlihat berbeda. Dulu saat masih bersama James, Clarissa tidak pernah sebingung ini untuk masalah pakaian yang akan dikenakan ketika mau jalan berdua dengan James. Entah perasaan dari mana malam ini ia sangat ingin terlihat berbeda, ingin lebih spesial mungkin. Karena ini pertama kalinya mereka jalan berdua.

Clarissa hanya bisa menggerutu. Ia nampak frustasi, sudah hampir setengah jam dirinya tak kunjung menemukan pakaian yang cocok.

Tiba-tiba sebuah ide muncul, ia keluar kamar dan menuju kamar Mona. Di dalam kamar Mona ia membuka lemari pakaian. Jangan salah, gaya berpakaian Mona bahkan lebih modis daripada Clarissa, seperti yang kita ketahui, Mona adalah wanita karier yang bekerja di kantoran.

“Ah, ini dia! Sepertinya ini cocok.”

Dari sekian bnyak lembar baju yang ia bongkar, akhirnya pilihannya jatuh pada dress berwarna tosca, dengan ukiran bunga lily pada ujung roknya yang mekarr dan model kerah sabrina menjadi pilihannya. Ia pun menempelkan pada tubihnya dan berputar-putar di depan cermin.

“Baiklah, yang ini aja!”

Clarissa pun membereskan kembali baju-baju yang ia bongkar. Setelah itu kembali ke kamar untuk bersiap.

**

Jam delapan pun tiba, Devano kini sudah berada di depan rumah Clarissa, ia nampak gugup. Berulang kali ia menarik napas lalu mengembuskannya perlahan.

Mengumpulkan keberanian, dan dengan gugupnya ia memencet bel rumah Clarissa. Jantungnya semakin berdetak kencang, sebisa mungkin Devano menenangkannya. Tak lama pintu pun terbuka, menampilkkan sosok Clarissa yang terlihat sedikit berbeda. Rasanya malam ini Clarissa terlalu manis di matanya.

“Udah lama, ya? Maaf ya, Kak.”

“Gak apa.”

Devano menelan ludahnya dengan susah payah, ia begitu terhipnotis dengan penampilan Clarissa malam ini. Devano yang menatap Clarissa tak berkedip juga membuat yang ditatap menjadi salah tingkah. Akhirnya Clarissa memberanikan diri berdehem dan membuyarkan lamunan Devano.

Love For Clarissa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang