BAB 11

162 13 2
                                    

Hari pertama Clarissa mulai bekerja, beruntung sekali jika hari ini ia bisa ijin untuk tidak kuliah. Selanjutnya ia akan mengatur jadwal kuliah lagi senyaman dan sebisa mungkin. Clarissa sedang menatap dirinya pada pantulan cermin yang ada di meja rias, dengan pakaian formal dan riasan natural, Clarissa terlihat sangat cantik.

“Apa sebaiknya aku tidak usah beritahu Kak James soal pekerjaan ini?” gumam Clarissa.

Ia pun meraih ponselnya dan melihat jam sudah menunjukkan waktu setengah tujuh, itu artinya  setengah jam lagi ia harus sampai di kafe tersebut. Tanpa berpikir lebih jauh soal James, ia lebih memikirkan pekerjaan pertamanya.

“Ah! Aku tidak mau terlambat di hari pertamaku bekerja, sebaiknya nanti saja deh soal Kak James.”

Clarissa pun menyambar tasnya lalu bergegas pergi ke luar kamar. Ia hanya mengambil sepotong roti isi selai coklat, lalu berpamitan dengan Mona. Clarissa berjalan menuju halte bis yang tak jauh dari rumahnya. Baru beberapa detik berdiri, sebuah motor menghampiri Clarissa.

“Pagi, Tuan Putri,” sapa pengendara motor itu yang tak lain adalah Devano.

“Eh, Kak Vano, pagi…,” Jawab Clarissa ramah sambil tersenyum.

“Pergi kerja, ya? Yuk, bareng.”

Clarissa sedikit terkejut mendengar ajakan Devano. Sebenarnya ia merasa canggung berdekatan dengan Devano, meskipun saling bertegur sapa, jarang sekali mereka mengobrol seakrab mungkin jika hanya berdua, apalagi berboncengan.

Devano yang mengerti kecanggungan Clarissa pun berkata, “Memang tak semewah mobil pacarmu, tapi dijamin ini bisa mengantarmu dengan tepat waktu.”

Clarissa tersenyum melihat tingakah Devano.

“Bukan begitu, Kak. Hanya saja, apa tidak merepotkan Kak Vano?”

“Apa yang direpotkan? Kita searah dan satu tujuan, aku tahu dari Rachel kalau kamu sudah mulai bekerja di kafeku hari ini.”

Clarissa pun akhirnya menyetujui ajakan Devano. Ia pikir apa salahnya, lagi pula kalau harus masih menunggu bis datang ia pasti akan terlambat di hari pertama kerjanya. Clarissa tak mau itu terjadi dan juga sepertinya hanya Devano yang ia kenal di kafe tersebut, semoga bisa berteman baik, pikir Clarissa.

Devano pun tersenyum penuh kemenangan, saat Clarissa mau berangkat bersama. Namun, ada juga perasaan yang membuat jantungnya berdegup kencang saat membonceng Clarissa. Sebisa mungkin ia menenangkan diri sendiri agar tidak terlihat aneh di mata Clarissa.

Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan apa pun, hingga pada akhirnya mereka sampai di Clano Café. Perasaan Clarissa tentu saja sangat deg-degan, bukan karena di bonceng oleh Devano, tetapi karena ini adalah pengalaman pertamnya bekerja.

Semoga aku tidak ceroboh dan membuat kesalahan, batin Clarissa.

Mereka berdua pun masuk dan beberapa karyawan di sana sedang bersih-bersih sebelum kafe benar-benar dibuka. Beberapa karyawan menyapa dengan ramah pada Devano. Clarissa yang tak tahu apa-apa pun hanya berpikir jika itu pasti karena Devano sudah lama bekerja di sini dan mengenal dengan baik karyawan yang lain.

“Oh, ya, kata atasan kita, hari ini akulah yang akan mengajarimu untuk pekerjaan pertamamu, semoga bisa bekerjasama, ya,” ucap Devano.

Love For Clarissa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang