BAB 25

139 9 0
                                    

Jam pulang kerja pun tiba, seperti biasa Clarissa berkemas terlebih dahulu sebelum benar-benar meninggalkan tempat kerjanya. Tiba-tiba Clarissa dikejutkan oleh kedatangan Devano.

"Sa, beneran ntar malem gak bisa?"

Clarissa menghentikan kegiatannya yang sedang membuka loker, ia pun mengembuskan napas terlebih dahulu lalu menatap Devano. Ini sudah kesekian kalinya Devano mengajaknya jalan berdua. Raut wajah Devano begitu penuh harap, membuat Clarissa sedikit tak tega melihatnya. Terlebih wajah Devano sangat imut jika sedang dalam ekspresi memohon.

"Ayolah, Sa...."

"Baikah," jawab Carissa pada akhirnya.

Tentu saja hal itu membuat Devano sangat senang dan reflek mengepalkan tangannya di depan dada. Clarissa tersenyum melihat tingkah Devano, apa lagi saat Devano sadar dengan tingkah konyolnya barusan, ia hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Suasa menjadi canggung.

"Emh, kalau gitu ... emh, aku jemput ya ntar malem?" ucap Devano gugup.

Clarissa hanya mengangguk setuju, membuat Devano tersenyum penuh kemenangan dalam hati. Ia pun berjalan mundur meninggalkan ruang kusus karyawan tersebut yang untungnya saja sedang sepi. Akibat gugup dan canggung beberapa kali Devano menabrak sesuatu, dan hal itu membuat Clarissa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

Setelah keluar dari ruangan tersebut, Devano langsung bersorak ria, sangking semangatnya Devano tak sadar jika karyawannya tengah memperhatikan tingkahnya. Mereka hanya menahan tawa.

Akhirnya aku bisa melihat senyuman itu lagi dari kamu, Sa, batin Devano lagi-lagi membayangkan wajah Clarissa yang sedang tersenyum. Ia pun menggelengkan kepalanya pelan.

Dan ketika sadar telah menjadi pusat perhatian para karyawannya, wajah Devano kembali serius penuh wibawa. Ia berdehem cukup keras membuat para karyawannya salah tingkah karenna ketahuan telah memperhatikan tingkah konyol atasnnya yang sedang di landa bahagia karena cinta. Devano pun melangkahkan kakinya menuju ruang kusus untuknya.

Sedangkan Clarissa yang masih berdiam diri di dalam ruanga kusus karyawan menyandarkan tubuhnya pada lemari loker. Sambil memegangi dadanya dan mengatur napasnya perlahan. Ia kembali memikirkan tawaran Devano, dan hal itu membuat jantungnya bedetak dengan kencang.

"Gak ada salahnya kali, ya? Malam ini jalan berdua sama Kak Vano."

Clarissa pun mengembuskan napasnya, lalu melihat jam yang melingkar cantik di pergelangan tangannya.

"Sudah jam segini, aku masih punya banyak waktu untuk persiapan nanti malam."

Clarissa pun memakai tasnya dan segera meninggalkan ruangan tersebut. Dan ia tak lupa untuk berpamitan pada rekan kerjanya yang lain sebelum benar-benar meninggalkan kafe.

Sepulang dari kafe, Clarissa berencana untuk mampir ke supermarket terlebih dahulu. Mengingat ia kini tinggal seorang diri dan harus bisa mandiri. Untung saja saat Mona masih hidup, Clarissa belajar banyak hal dari Mona. Sehingga ia bisa lebih mandiri sekarang.

Langkah kakinya memasuki sebuah supermarket mini yang tak jauh dari kafe Devano. Clarissa mendorong trolli sambil memilah barang-barang yang akan ia beli. Ketika tangannya ingin meraih sebuah susu kotak ada tangan lain yang juga meraihnya bersamaan. Tentu hal itu membuat keduanya saling beradu pandang.

"Maaf...," ucap keduanya bersamaan.

**

Jam sudah menunjukkan angka lima sore, yang artinya masih ada waktu tiga jam bagi Devano untuk menjemput Clarissa. Sesuai janji sebelumnya Devano sempat memberi kabar melalui pesan singkat jika dirinya akan menjemput Clarissa pada pukul delapan malam.

Love For Clarissa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang