BAB 10

177 14 6
                                    

Setelah Clarissa meninggalkan kafe tersebut, salah satu karyawan Devano yang menjadi kasir pun menghubungi  Devano yang sedang berada di kampus. Ia mengatakan bahwa baru saja Clarissa mengantar berkas lamarannya.

Devano tersenyum, dan ia meminta karyawannya itu menghubungi Clarissa setengah jam lagi bahwa Clarissa diterima kerja. Karyawan Devano pun menurutinya dan mengakhiri panggilan telepon tersebut.

Di kampus Devano tak henti-hentinya tersenyum, membayangkan jika dirinya bisa lebih dekat lagi dengan Clarissa. Devano sudah mengatur semuanya, bahkan jadwal kuliahnya pun sudah diatur agar bisa bersamaan dengan Clarissa ketika bekerja nanti.

“Aku akan mendapatkan hatimu secara perlahan, Rissa,” gumam Devano dengan tersenyum.

**


Kini Clarissa sudah berada di depan rumahnya, terlihat begitu sepi karena sepertinya Mona tidak ada di rumah. Clarissa menawarkan Rachel untuk mampir, tapi melihat hari semakin sore, Rachel menolak dengan halus dan Clarissa pun mengerti.

“Mamah, Rissa pulang…,” panggil Clarissa ketika sudah masuk ke dalam rumah.

Tak ada jawaban, sepertinya memang Mona tidak ada di rumah. Clarissa pun ke dapur menaruh beberapa makanan yang sempat ia beli setelah keluar dari café tempat Devano. Clarissa masuk ke dalam kamar untuk mandi dan berganti pakaian.

Hanya perlu waktu lima belas menit Clarissa mandi, kini ia sudah terlihat lebih segar. Tak lama suara dering telepon pun terdengar, dengan sigap Clarissa meraih ponselnya.

“Halo,” sapa Clarissa.

“Selamat sore, Mba. Ini dari Clano Café, ingin menginformasikan jika lamaran Mba atas nama Clarissa Ariesta telah diterima, kapan kira-kira bisa mulai bekerja?”  ucap seseorang dari seberang telepon tersebut. Seketika membuat telinga Clarissa tuli akibat terkejut.

“Apa? Hah? Clano Café? Saya diterima?” sahut Clarissa yang masih tak percaya.

“Iya, Mba. Jadi kapan bisa mulai untuk bekerja?”

“Diterima? Beneran?”

“Iya, Mba.”

“Ya Tuhan, syukurlah … baiklah, saya bisa bekerja mulai besok.”

“Baiklah kalau begitu, besok datanglah ke kafe jam tujuh pagi, dengan pakaian yang rapi dan penampilan menarik.”

“Iya, Mba. Sekali lagi terimakasih banyak.”

Telepon pun berakhir, karena sangking senangnya, Clarissa sampai melompat-lompat kegirangan. Ia sungguh bersemangat kali ini, merasa bersyukur karena mulai sekarang ia akan merasakan dunia kerja.

“Syukurlah, aku akan memberi tahu Mamah nanti. Eh … tapi, kenapa tidak ada interview seperti pelamar kerja lainnya, ya?” pikir Clarissa sendiri.

Namun, karena ia juga tidak tahu akhirnya memilih untuk mengabaikan. Yang terpenting adalah sekarang bagaimana dirinya mempersiapkan diri untuk kerja besok pagi. Sungguh Clarissa merasa tidak sabar menantikannya.

**


Setelah berganti pakaian, Clarissa keluar kamar ingin menuju dapur. Terdengar suara pintu terbuka dari ruang tamu, ternyata itu Mona yang baru saja datang dengan membawa dua kantung plastik cukup besar.

Love For Clarissa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang