BAB 3

225 16 4
                                    

Malam harinya Mona-Mamah Clarissa- baru pulang dari pekerjaannya. Ia melihat Clarissa sedang sibuk memasak makan malam di dapur.

“Malam, Sayang … maaf ya Mamah baru pulang…,” ucap Mona dengan nada yang menyesal.

“Gak apa, Mah … sekarang Mamah bersih-bersih dulu baru deh, kita makan malam bersama, udah lama kan Mamah gak makan masakan Rissa?” ucap Clarissa dengan senang.

Mona hanya tersenyum melihat tingkah anak gadisnya yang kini semakin tumbuh dewasa. Mona pun ke kamar untuk mengganti pakaian dan mandi. Sedangkan Clarissa masih sibuk di dapur.

Setelah selesai memasak, Clarissa menata makanan tersebut di atas meja makan. Bersamaan dengan Mona yang datang dan langsung duduk berhadapan dengan Clarissa.

“Anak Mamah makin jago aja, ya masaknya…,” puji Mona pada Clarissa.

“Tentu saja … kan anaknya Mamah,” balas Clarissa dengan percaya diri.

Mereka pun menyantap makan malam bersama, di tengah-tengah menyantap makanan, Mona menanyakan sesutu pada anaknya itu.

“Sayang, bagaimana hubunganmu dengan James ?” tanya Mona disela kunyahannya.

Clarissa sedikit terkejut, membuat sendok yang tengah melayang di udara terhenti. Ia tidak jadi memasukkan suapannya itu. Seakan pertanyaan sang mamah membuatnya kembali kepikiran tentang foto tadi siang. Berusaha setenang mungkin menjawab pertanyaan mamahnya.

“Baik-baik aja kok, Mah…,” jawab Clarissa tenang.

Mona merasakan perubahan dari raut wajah anak gadisnya. Entah kenapa rasa penasaran pun muncul.

“Benarkah baik-baik saja? Tapi … kenapa sepertinya ada sesuatu yang kamu pikirkan?” tanya Mona memastikan.

“Enggak, Mah … hanya masalah kuliah saja,” kilah Clarissa.

“Sayang, kamu anak Mamah, jadi jangan ada yang kamu sembunyikan dari Mamah,” ucap Mona.

Clarissa menjadi bingung. Haruskan ia menceritakan perihal foto tersebut? Ia tahu mamah cepat atau lambat pasti akan mengetahuinya, tapi Clarissa tidak ingin mamah ikut memikrkan hal yang seharusnya tidak dipikirkan.

“Cerita ke Mamah ada apa ?” desak Mona pada Clarissa.

“Habis makan deh, Rissa akan cerita ke Mamah,” sahut Clarissa. Mona hanya mengangguk paham.

Mona berharap hubungan anak gadisnya itu baik-baik saja. Karena jujur saja, Mona sangat khawatir dengan anak gadis satu-satunya itu. Mona hanya tidak ingin Clarissa merasakan apa yang pernah dirasakannya.

“Jangan tinggalkan aku, Mas…,” ucap wanita dengan perut besarnya terisak sambil menarik lengan seorang pria.

“Lepaskan! Aku tidak mau mengakui anak itu! Itu pasti bukan anakku kan!” maki pria tersebut.

“Mas … ini anak kamu, anak kita…,” jawab wanita tersebut masih dengan isakannya.

“Persetan dengan perkataanmu, kamu pikir aku tidak tahu kamu itu wanita yang seperti apa!” bentak pria itu lagi.

Pria itu dengan kasar menepis tangan wanita tersebut lalu pergi meninggalkan wanita itu begitu saja. Sedangkan si wanita hanya bisa menangis diperlakukan seperti itu. Ya, wanita itu adalah Mona Ariesta, mamahnya Clarissa.

Mona tahu jelas, janin yang di dalam kandungannya adalah anak dari pria tersebut, tapi ia difitnah oleh seseorang yang mengatakan bahwa Mona tidak hanya tidur dengan pria tersebut.

Masalalu Mona sangat kelam, tapi seiring berjalannya waktu setelah kejadian itu, Mona pergi keluar kota dan memulai hidupnya sendirian di kota Petra. Sampai akhirnya ia bisa membesarkan Clarissa seorang diri.

Seketika ingatan itu kembali bermunculan dikepala Mona. Ia pun memandang Clarissa yang kini sudah tumbuh dewasa dengan tatapan khawatir. Hanya bisa berharap jika James adalah laki-laki baik dan tidak seperti papahnya Clarissa yang bahkan sampai saat ini tidak tahu dimana, masih hidup atau tidak.

“Kenapa, Mah?” tanya Clarissa yang sadar dengan tatapan Mona.

“Ah … gak apa, Sayang … habisin makanan kamu, Mamah sudah kenyang, Mamah tunggu di ruang tengah, ya…,” ucap Mona lalu menyudahi makannya dan berlalu meninggalkan Clarissa di meja makan.

**

Setelah Clarissa selesai makan, seperti janjinya pada sang mamah ia akan menceritakan hubungannya dengan James akhir-akhir ini.

Mona sendiri tidak melarang anak gadisnya untuk berpacaran, karena  ia tahu anaknya sudah tumbuh dengan dewasa pasti sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruknya. Yang terpenting lagi tidak mengganggu kuliah Clarissa. Dan jika terjadi sesuatu maka hendaklah mencerikannya.

“Mah…,” sapa Clarissa dan kini ia duduk di samping Mona.

“Jadi ada apa?” tanya Mona langsung pada intinya.

Clarissa pun mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto yang dikirim oleh nomor asing tadi siang.

“Apa ini James?” tanya Mona memastikan.

“Mirip, ya, Mah?” tanya Clarissa balik, Mona hanya menganggukkan kepala.

“Iya, ini mirip sekali dengan James, tapi saat aku meneleponnya dia mengatakan sedang ada rapat forum, padahal kalau dilihat dari jam yang tertera di foto itu  sama … apa aku boleh menganggap ini hanyalah kerjaan orang iseng?” ucap Clarissa lagi dengan lirih.

Mona dengan seksama melihat kembali foto tersebut. Lalu mencerna perkataan anak gadisnya itu. Ya, kita mungkin tidak boleh berprasangka buruk dulu terhadap seseorang tanpa melihatnya secara langsung, tapi apa salahnya untuk waspada.

“Bagaimana perasaanmu terhadap James sekarang?” tanya Mona dengan lembut.

“Rissa sangat mencintainya, Mah … James juga berjanji akan menikahi Rissa,” jawab Clarissa.

Mona tersenyum lalu membelai lembut rambut Clarissa.

“Sayang, tidak ada yang melarang orang untuk jatuh cinta, tapi untuk hati-hati apa salahnya? Kita memang tidak bisa berprasangka buruk dengan orang, tapi alangkah baiknya coba deh, kamu tanyakan langsung dengan James tentang foto itu. Kamu belum tanya dia secara langsung kan?” ucap Mona bertanya pada Clarissa. Clarissa hanya bisa menggelengkan kepala.

“Ini yang menyebabkan kamu gundah, karena kamu hanya bisa menyimpulkannya sendiri, tidak masalah kalau kamu percaya dengan James, tapi … dari pada soal ini masih mengganjal dipikiranmu, lebih baik dibicarakan langsung,” ujar Mona menasehati.

“Iya, deh Mah … besok Rissa akan tanyakan langsung pada Kak James,” balas Clarissa.

Clarissa sedikit lega mendapat nasehat dan masukan dari sang Mamah, dan ya … besok Clarissa akan menanyakan langsung soal foto itu pada James, Clarissa berharap jika semua itu hanyalah kebohongan.

Clarissa sangat yakin, bahwa James tidak akan mengkhianatinya.

‘Saat hati sudah bergejolak, ketahuilah bahwa cinta bisa mengalahkan segalanya’

-Clarissa Ariesta-







🍀🍀🍀

Mohon krisan dan dukungannya !
Salam manis,
Mey :*

ODOC DAY 3
Balikpapan, 17 April 2020

Love For Clarissa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang