BAB 6

174 16 1
                                    

Cahaya matahari menyapa Clarissa yang masih setia di balik selimut. Seakan malas untuk bangun dari singgasana ternyamannya. Namun, Clarissa teringat janjinya dengan James hari ini.

Dengan malas ia mencoba membuka mata, menyesuaikan dengan cahaya yang dilihat. Senyum pun terukir indah dari bibirnya.

“Ah! Hari ini aku akan jalan-jalan dengan Kak James sepuasnya,” ucap Clarissa dengan senyumannya.

Seketika Clarissa mengingat kembali pertemuannya dengan James, saat itu ia bertemu James karena sebuah insiden yang tidak terduga.

Suara benturan keras terdengar saat Mobil seorang laki-laki menabrak seorang gadis yang sedang naik sepeda. Gadis itu terduduk di jalanan aspal sambil memegangi lututnya yang mengeluarkan darah segar. Laki-laki itu pun turun dari mobil dan langsung menghampiri si gadis.

“Astaga! Maafkan aku, aku tidak sengaja,” ucap laki-laki itu yang tak lain adalah James dengan penuh rasa khawatir.

“Gak apa, Kak, tadi saya juga tidak lihat-lihat,” jawab si gadis yang tak lain adalah Clarissa.

“Ayok aku bawa kamu ke rumah sakit dulu, setelah itu aku antar pulang,”

“Tidak usah, Kak, aku masih bisa sendiri, tidak perlu repot-repot,”

James tidak mendengarkan penolakan Clarissa, dengan sigap ia langsung mengangkat tubuh kecil Clarissa dan membawanya masuk ke dalam mobil.

“Tapi sepedaku gimana?” ucap Clarissa.

“Biar aku suruh orang nanti untuk memperbaikinya, sekarang yang terpenting obati dulu lukamu,” kata James dengan lembut.

Clarissa yang memang mudah tersentuh, ia merasa sangat di perhatikan oleh orang yang bahkan baru saja dia kenal. Clarissa tersenyum melihat wajah James yang terlihat khawatir.

Ganteng banget sih, Kakak ini. Batin Clarissa sambil sesekali mencuri pandang pada James.

Ketika tiba di rumah sakit, James tetap menggendong Clarissa hingga ia didudukkan di kursi roda yang baru saja perawat siapkan. Clarissa sangat canggung diperlakukan seperti itu oleh James, sudah menolak pun tetap saja James tidak mendengarkannya. Tetapi, dalam hatinya Clarissa juga sangat senang.

Setelah Clarissa selesai diobati, James membantu Clarissa berjalan dengan merangkul tubuh kecil Clarissa hingga sampai ke mobil. Saat itu pula Clarissa dengan puasnya memandangi wajah James dari jarak dekat.

“Di mana alamat rumahmu?” tanya James ketika mereka berada di dalam mobil.

“Di Jalan Merpati Nomor 25, Blok C”

James pun melajukan mobilnya menuju alamat yang disebutkan oleh Clarissa tadi. Dan sampailah mereka di rumah Clarissa. Namun, keadaan rumah Clarissa begitu sepi, karena ini masih siang. Dan pastinya Mamah Clarissa belum pulang bekerja.

James membantu Clarissa berjalan masuk lalu mendudukkan Clarissa di sofa ruang tamu.

“Apa kamu tinggal sendiri?” tanya James yang menyadari suasana sepi di rumah Clarissa.

“Gak, mamah lagi kerja, pulangnya sore,” jelas Clarissa, James hanya menjawab dengan menganggukkan kepala.

“Nanti akan ada orangku yang datang kemari mengantar sepedamu,”

“Iya, Kak, terimakasih,”

“Aku yang seharusnya meminta maaf padamu, anggap saja perbaikan sepedamu itu sebagai ganti rugi dariku,” jelas James. Clarissa pun membalasnya dengan senyuman.

Ya, setelah pertemuan itu mereka akhirnya saling bertukar nomor telepon. Dan saat itulah kedekatan mereka terjalin. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hibungan pacaran.

Saat itu James adalah sosok yang benar-benar baik bagi Clarissa. Perlakuan lembut James pada Clarissa begitu tulus. Hingga ia menjajikan pada Clarissa untuk menikah kelak. Dan itulah yang membuat Clarissa semakin bahagia.

“Ah! Pertemuan yang manis!” ucap Clarissa sambil tersenyum menyudahi ingatannya.

Clarissa pun beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi lalu bersiap-siap untuk sarapan.

Di meja makan sudah ada Mona yang sedang menyiapkan sarapan. Mereka pun makan bersama seperti biasa.

“Jam berapa hari ini mau jalan dengan James?” tanya Mona disela-sela makannya.

“Emh … mungkin agak siangan, Mah,” jawab Clarissa yang sedang asyik memakan pancake pisang buatan Mona.

Setelah sarapan, Clarissa kembali ke kamar hendak mengambil ponsel untuk menghubungi James.

Suda berulang kali Clarissa menelepon James. Namun, tak ada satu pun panggilannya yang di terima. Clarissa melirik jam dinding, sekarang menunjukkan angka 8. Itu artinya ini masih terlalu pagi untuk anak kuliahan yang mengahrapkan hari libur.

“Apa mungkin masih tidur, ya,” ucap Clarissa sendiri.

Clarissa pun tidak mau ambil pusing, akhirnya ia memilih untuk membersihkan kamarnya, yang memang selalu ia bersihkan sendiri jika dihari libur.

Clarissa pikir dirinya lah yang terlalu bersemangat untuk bangun pagi, akibat terlalu senang dengan janji yang James katakan.

**


Hari semakin siang, bahkan kini jam sudah menunjukkan angka 12. Clarissa menatap layar ponselnya yang sedari tadi ia pandangi, menantikan sebuah balasan atau panggilan masuk dari orang yang sangat ia tunggu-tunggu.

Tak lama dering ponselnya pun berbunyi, senyuman mengembang dari wajah Clarissa. Namun, senyuman itu seketika luntur melihat nama siapa yang tertera. Ternyata itu bukan panggilan dari James, melainkan dari Rachel. Clarissa menghela napas sebelum mengangkat telepon tersebut.

“Halo, kenpa, Hel?” tanya Clarissa dengan tidak bersemangat.

“Jalan yuks, bosen, nih!”

“Mau ke mana? Aku juga ada janji sama Kak James hari ini,”

“Yaudah, kalau gitu ajak sekalian aja Kak James biar ramai,” sahut Rachel.

“Dia saja belum membalas pesanku, menelepon saja tidak ada,” ucap Clarissa dengan lesu.

“Eh! Gimana kalau kamu bareng aku aja, kita deluan perginya. Nanti kalau Kak James menghubungimu, suruh saja dia menyusul,”

“Baiklah, lagi pula aku juga sangat bosan di rumah,” balas Clarissa.

Tak lama mereka menyudahi obrolan tersebut. Rencananya mereka akan pergi nonton film terbaru di bioskop hari ini dan Rachel akan menjemput Clarissa. Clarissa pun bersiap-siap.

Setelah siap, kira-kira 15 menit kemudian Rachel datang dengan sepeda motor matic-nya menjemput Clarissa. Kedua gadis itu pun pergi setelah meminta ijin pada Mona.

Sesampainya disebuah Mal di kota Petra. Rachel dan Clarissa masuk ke dalam dan mengelilingi Mal tersebut. Rachel mengajak Clarissa kesebuah toko pernak pernik. Mereka melihat-lihat beberapa aksesoris yang lucu-lucu dan membeli beberapa.

Ketika sedang asyik memilih-milih, tanpa sengaja seseorang menyenggol tubuh Clarissa, membuat beberapa barang yang mereka bawa jatuh berserakan di lantai.

“Eh, maaf….”


‘Tolong jagalah kepercayaan ini’

-Clarissa Ariesta-




🍀🍀🍀

Mau bilang apa ya? Wkwkw … entahlah 😂😂😂
Salam manis,
Mey :*
ODOC DAY 6
Balikpapan, 20 April 2020

Love For Clarissa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang