27 || kembar

59 24 0
                                    

"jadi gini na.." jelas dika.

"Ana!" Teriak orang dari kejauhan,membuat ana dan dika kaget.

Ana menatap orang itu lekat,terdapat amarah di wajahnya yang bisa diluapkan kapan saja,lalu ana menengok kepada dika yang masih melongo.

"Dik,pergi dik nanti kena amuk singa"ucap ana cepat,agar dika pergi secepatnya dari sini,ia mempunyai firasat kalau devan akan menghabisi dika sekarang juga.

"Tapi kan na-" ucapan devan di potong ana,karena ana sudah gelagapan terlebih dahulu karena devan tinggal berapa langkah lagi sampai di tempat yang di duduki ia dan dika.

"Please lah dikk" ucap ana memohon.

"Oke,lo hati-hati gua pergi" ucap Dika lalu berlari meninggalkan tempat itu.

Devan berusaha untuk mengejar dika,tetapi ana menahan lengan pria itu,devan melawan tetapi ana tetap menahan dengan kedua tangan nya.

"devan,dengerin dulu!" Ucap ana dengan nada yang tinggi karena cowo itu terus berontak.

"apa?!" Ucap devan akhirnya tidak melawan cekalan tangan ana lagi.

"Dengerin dulu,gua sama dika tadi cuma ngomongin itu ehm itu apa namanya" ucap ana bingung,karena tidak mungkin ana berucap jujur ia menanyakan tentang dendam ana.

"Apa?" Tanya devan dengan wajah yang tidak bersahabat,masih ada rasa kesal di dalam hatinya.

"Ehm masalah itu masalah bimbel iya masalah bimbel" ucap ana asal,sedangkan devan mengernyitkan kening nya bingung.

"Iya,gua sama dika bimbel bareng sejak kelas 3,walaupun bandel,dika masih mikirin pelajaran nya" ucap ana sekenanya, sebenernya ia tidak terlalu perduli dengan pendidikan dika.

"Kenapa ga bilang gua?" Tanya devan dengan nada yang mulai terdengar santai

"Kalo bilang lo pasti ga boleh,kan dika temen nya reno" ucap ana sambil memalingkan wajahnya.

"udah kan?pulang sekarang" ucap devan kembali datar.

Saat ingin menuju motor devan,tiba-tiba handphone nya ana bergetar dan disusuli suara nada dering,diana langsung mengambil handphone nya dan menerima telpon itu.

"Hallo"

"hallo na,dimana?"

"Ditaman"

"............"

"Serius?"

"........"

"Ana pulanggg,tungguinn"

Ana langsung mematikan telepon itu dan memasukan nya kembali kedalam tas,ia menarik tangan devan untuk langsung menuju motor.

Disepanjang jalan,ana tersenyum bahagia, kadang-kadang devan menatap nya sekilas melalu spion nya,senyum ana terlihat lebar,berarti dia sedang bahagia sekali,devan penasaran karena ana mulai senyum dari ia menerima telpon itu,ingin sekali ia menanyakan nya tetapi gengsi mengalahkan niatnya.

"Makasih van" ucap ana dengan senyum yang mengembang sambil memberi helm kepada devan.

"Hm" ucap devan santai.

Tanpa berlama-lama ana langsung masuk ke rumah tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada devan.
Ana mengetuk pintu putih itu dan menunggu seorang membukakan pintu untuknya.

Ceklek

Pintu dibuka menampilkan sosok pria berumur kurang lebih 17 sampai 18 tahun yang menggunakan kemeja putih lengan pendek dan celana levis pendek, yang membuatnya terlihat lebih tampan

About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang