Heejin Ansell masih marah sekali pada Jaemin Addison, bisa-bisanya ditengah jantung Heejin yang sudah hampir lepas dari tempatnya, pemuda itu masih tetap santai. Memperlakukan Heejin seperti biasanya, padahal apa yang terjadi di koridor lantai 4 itu masih meninggalkan bekas sekali di ingatan Heejin.
Apa dia sudah biasa begitu, ya?
Sabtu pagi ini Heejin malah sudah duduk di tepi Colosseum Arena, tempat latihan duel yang baru dibangun beberapa tahun lalu. Usut punya usut yang ternyata menariknya adalah Renjun Evans yang hari ini berlatih duel bersama beberapa anak dengan bimbingan oleh Profesor Slughorn.
Bukan tanpa alasan Renjun mengajak Heejin menontonya, karena sedari sarapan tadi pagi yang dilakukan gadis ini hanya termenung sambil menyantap pudding ubi jalar kesukaannya. Ya sudah, daripada tidak punya kerjaan Renjun ajak saja ia menonton latihan duel hari ini.
"Wow, bagaimana bisa?" tanya Heejin saat Renjun duduk disebelahnya setelah menyelesaikan duel melawan Haechan Reynolds. Kebetulan Renjun menang dan Heejin menganga tidak percaya, apa ini benar Renjun yang tidak mempunyai semangat apapun?
"Tentu saja bisa, pertanyaan macam apa itu," ujar Renjun kemudian menyentil pelan jidat Heejin yang tidak terbuka, memamerkan dahi indahnya.
"Aku ingin kembali ke kastil, tapi takut sendiri. Apa kau masih lama?" tanya Heejin sambil menyeka keringat Renjun. Ah, tidak-tidak, jangan salah paham. Satu gang Heejin memang memperlakukan Renjun dan Jihoon begini saking dekatnya.
"Sepertinya masih, tahu sendiri aku terlambat tadi," jawab Renjun kemudian celingak-celinguk melihat sekitarnya, tampak Heejin mengerucutkan bibirnya kesal.
"Aku ingin ke hospital wing," ujar Heejin lagi.
"Kenapa kesana? Apa kau sakit?" tanya Renjun sedikit panik, terlebih lagi ia membawa Heejin menontonnya latihan ditengah cuaca yang memang dingin ini. Maklum saja, ini sudah awal November.
"Tidak, tapi aku mau meminta ramuan tidur. Belakangan ini insom-ku kambuh lagi," ujar Heejin diikuti anggukan mengerti oleh Renjun.
"Baiklah, kalau begitu tunggu sebentar," ujar Renjun kemudian pergi meninggalkan Heejin sendiri. Sekarang manik Heejin kembali fokus ada latihan duel yang ada didepannya, Jiwon Lennon melawan Yuri Bell.
Saking fokusnya, Heejin sampai tidak sadar bahwa ada seseorang yang berdiri disamping Heejin yang tengah terduduk. Sebuah deheman menginterupsi kegiatan menonton dengan mata terkagum Heejin, gadis itu berputar kemudian mendongak, disana berdiri seorang pemuda dengan mata tajam serta rahang yang keras. Perawakannya kuat, rambutnya sedikit menempel ke pelipis, keringat terlihat jelas disekitar dahinya, udara dingin benar-benar tidak berarti apa-apa.
Hwall Barack berdiri disana sambil menatap Heejin lekat.
"A-ada apa?" tanya Heejin gugup, bukan apa-apa meskipun ia seorang Gryffindor yang pemberani, tetap saja wajah galak Hwall membuat nyalinya sedikit ciut.
"A-apa kau... ingin kembali ke kastil?" tanya Hwall kemudian mengusap tengkuknya, sedikit gugup sepertinya.
"Iya, benar. Aku harus ke hospital wing, kenapa?" tanya Heejin balik sambil menetralkan rasa takutnya.
"Renjun memintaku untuk pergi bersamamu," jawab Hwall. Seperti mengerti, Heejin segera bangkit berdiri.
"Oh begitu... ya... ya sudah, ayo," ajak Heejin, kemudian menatap ke belakang, ada Renjun dan Haechan yang sedang melambaikan tangan kearahnya.
Jarak antara Colosseum Arena dan Kastil cukup jauh, bahkan lebih jauh daripada Kastil ke lapangan Quidditch. Udara dingin berembus teratur, memaksa bergerak masuk kedalam pakaian Heejin yang tidak terlalu tebal. Pelan-pelan Heejin peluk dirinya sendiri agar terasa sedikit lebih hangat. Perjalanan terasa damai karena masing-masing dari mereka tak ada yang berbicara, Heejin berjalan sedikit lebih duluan dari pada Hwall.
"Hati-hati, Ms. Ansell," sebuah tangan menyelamatkan Heejin yang hampir tergelincir. Kebiasaan buruk memang berjalan sambil termenung.
"Thank you, Mr. Barack," balas Heejin kemudian merasa malu sendiri.
"Hwall. Panggil aku Hwall," ujar pemuda itu lagi sambil mensejajarkan langkahnya dengan Heejin.
"Ok, Hwall. Panggil aku Heejin," balas Heejin dan senyuman yang mengudara dibibirnya.
"A-apa dingin sekali?" tanya Hwall sedikit terbata-bata, hal paling dibencinya emang mencari topik pembicaraan.
"Lumayan. Apa kau tidak merasa kedinginan?" tanya Heejin balik.
"Tidak," tukas Hwall cepat.
Kemudian hening menyantap mereka lagi, suasana dingin jadi terasa lebih dingin. Keduanya sibuk berkelana dipikiran masing-masing, tak ada niatan untuk membuka suara. Heejin sibuk memproyeksi jalanan agar kejadian tadi tidak terulang lagi, sementara manik Hwall sibuk memperhatikan setiap tindakan Heejin. Gadis ini sungguh... lucu.
"Oh, sudah dekat," ujar Heejin saat melihat Viaduct Courtyard.
"Ah, iya," balas Hwall bingung.
"Terimakasih sudah menemaniku kembali ke kastil, Hwall," ujar Heejin saat mereka tiba di dalam kastil. Meski beberapa saat yang lalu anak-anak di courtyard sibuk memperhatikan mereka, anak-anak yang penasaran mengapa Hwall Barack bisa bersama Heejin Ansell.
"Sama-sama, Heejin," balas Hwall singkat.
"Sepertinya kita harus berpisah disini," ujar Heejin karena sekarang ia harus menuju ke menara Gryffindor dan Hwall harus berbelok ke dungeon.
"Iya."
"Sekali lagi, ter-"
"Selamat pagi, cantik," sapa sebuah suara memotong perkataan Heejin. Dengan kompak dua kepala yang berada disana menoleh kearah sumber suara. Heejin memutar bola matanya malas, gangguan apalagi ini?
"Terimakasih sekali lagi, Hwall," ujar Heejin memilih mengabaikan Jaemin yang kini sudah bediri telat disampingnya.
"Sama-sama," balas Hwall.
"Kalian bersama dari mana?" tanya Jaemin penasaran.
"Tidak usah ingin tahu, sana pergi," usir Heejin tanpa basa-basi.
"Dari mana, Hwall?" tanya Jaemin lagi.
"It's none of your business, mate," jawab Hwall sambil menepuk pundak Jaemin, "aku duluan, Heejin," pamit Hwall kemudian berbalik menuju Slytherin common room. Tak hanya Hwall, Heejin pun langsung menuju tangga kearah asrama Gryffindor tanpa melihat kearah Jaemin yang sekarang berdiri kebingungan layaknya seorang anak yang kehilangan orang tuanya.
Sementara Jaemin masih berdiri sambil begelut di pikirannya, ia merasakan sebuah ancaman.
----
selamat soreee 🌸🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
Kids & Kiss ✓
FantasyKetika ketiga pentolan Slytherin (tidak) sengaja mencium tiga gadis dari Gryffindor. [Amortentia Universe; Book 1] ©winniedepuh, 2020