Hari minggu akhirnya tiba lagi, Hyunjin Ashlee masih tak bergeming dari kasurnya. Cuaca sedikit mendung, membuat dirinya semakin betah bercumbu dengan kasur dan selimutnya. Ditambah kedua telinganya terpasang AirPods yang tersambung dengan mp3 playernya. Sejak perang terbesar dahulu, hubungan penyihir dan muggle mulai membaik, bahkan hogwarts memberikan izin membawa benda-benda muggle seperti pemutar lagu ini.
Hyunjin jadi teringat akan Wonyoung Minsten, gadis polos dari asramanya yang membawa ponsel genggam tapi tidak berfungsi sama sekali. Bagaimana bisa berfungsi, tidak akan ada sinyal apapun disini, semua terlindungi mantera pertahanan yang kuatnya luar biasa. Jadi, jika kau ingin membawa benda-benda muggle, tolong sewajarnya saja.
Hyunjin masih bergelung hingga tiba-tiba selimutnya ditarik oleh Gowon, gadis itu menatap galak kearah Hyunjin, membuat gadis itu sedikit ciut. Gadis dengan piyama biru bergambar penguin itu melepas AirPods-nya kemudian menatap Gowon seolah bertanya 'ada apa, sih?'.
Mengerti, Gowon segera menjawab, "kita harus mengerjakan tugas dari Profesor Sinistra, kau lupa?"
Hyunjin menepuk jidatnya, ia baru ingat bahwa besok senin akan ada tugas yang harus dikumpul, yang mana lagi tugas itu belum mereka kerjakan karena tertumpuk oleh tugas-tugas yang lain.
"Ah, aku lupa. Sebentar aku siap-siap," ujar Hyunjin kemudian mencuci wajah dan menyikat giginya tanpa mandi, cuaca memang sedang dingin-dinginnya. Hyunjin menyisir rambutnya yang megar karena hanya berguling-guling di kasurnya.
Dirasanya sudah rapi, gadis itu mengganti bajunya dengan kaus yang ditutupi hoodie merah muda kebesarannya, dipadukan dengan jeans hitam, tangan kananya menenteng tas yang berisi buku, segulung perkamen, dan juga pena bulu.
Mereka memasuki perpustakaan Hogwarts yang demi apapun lengang sekali, dapat dihitung hanya ada beberapa murid. Hyunjin dan Gowon segera mengambil bangku, sial sekali mereka harus tetap ke perpustakaan dan belajar. Tahu tidak sih, jika belajar itu melelahkan?
"Rajin sekali kita ini," ujar Hyunjin sambil berbisik kepada Gowon.
"Sudahlah, cepat cari buku tentang astronomi. Kau harus mencari fakta-fakta mengenai Jupiter," suruh Gowon.
"Dimana Heejin, Chaeng, dan Seoyeon?" tanya Hyunjin masih tampak malas untuk bangkit.
"Sedang menonton latihan duel Renjun sepertinya, tugas mereka sudah selesai kemarin," jawab Gowon sambil menggedikkan bahunya, "sudah sana cari dibagian sana!"
Dengan malasnya Hyunjin berjalan menelusuri rak-rak besar tentang buku astronomi. Baru saja ingin menuruni tangga, badannya mendadak oleng dan Hyunjin terjatuh bebas—jika saja sebuah tangan kokoh tidak menahannya. Tapi, beruntungnya ia malah jatuh kedalam pelukan pemuda yang menolongnya.
"Are you okay?" tanya pemuda itu.
"Yeah, i'm okay. Thank you so much," Hyunjin mendongak, menatap orang yang suda menolongnya. Gadis itu mengerjap beberapa kali saat didapatinya seorang pemuda dengan sorot tajam serta rahang yang tegas berdiri didepannya.
"Berhati-hatilah," ujar pemuda itu lagi, membuat Hyunjin hanya mengangguk kaku.
Pemuda itu berlalu ke rak yang lain dengan lap ditangannya. Mungkin ia sedang menjalani detensi dengan Madam Pince. Buru-buru Hyunjin melanjutkan pencarian bukunya, hingga akhirnya ia bertemu lagi dengan pemuda tadi.
Hyunjin bukanlah orang yang suka menyesal tidak mempunyai tinggi seperti Aisha Assegaf anak Ravenclaw atau seperti Wonyoung Minsten adik tingkatnya, tapi untuk pertama kalinya Hyunjin benci akan tinggi badannya, belum lagi tinggi tongkatnya yang segala harus ketinggalan diatas meja tadi. Lalu sekarang bagaimana caranya ia mengambil buku yang tinggi itu?
Manik Hyunjin menatap ke sekeliling, kosong sekali disini. Badannya tak bergerak kemana-mana. Apa ia harus minta tolong pada pemuda tadi, ya? Soalnya Hyunjin terlanjur lelah jika harus kembali ke mejanya mengambil tongkat dan baliknlagi kesini, membuang-buang tenaga sekali.
"Mr. Winston?" panggilnya ragu. Pemuda yang masih sibuk membereskan buku-buku yang berserakan itu segera menoleh.
"Ada apa?" tanyanya sedingin kutub selatan. Untuk beberapa saat Hyunjin menyesal memanggil pemuda itu dan berpikir lebih baik ia bolak-balik saja tadi.
"Bisakah aku meminta tolong untuk ambilkan itu?" pinta Hyunjin dengan suara yang amat pelan.
Tanpa basa-basi Hyunjin asal Slytherin alias Hyunjin Winston segera mengambilkan buku yang dimaksud oleh Hyunjin asal Gryffindor itu. Sebenarnya pemuda ini sudah sedari tadi menunggu sang gadis meminta bantuan kepadanya. Jujur saja, detensi Hyunjin Winston sudah selesai dari tadi bahkan sebelum Hyunjin Ashlee tiba di dalam perpustakaan. Entah mengapa, ia menunda niatnya yang ingin kembali ke ruang rekreasi Slytherin saat melihat gadis ini masuk ke perpustakaan bersama teman pirangnya.
"Terima kasih lagi, Mr. Winston," ujar Hyunjin saat buku yang dimaksudnya ia dapati.
"Just call me 'Hyunjin'," balas pemuda itu lagi.
Hyunjin Ashlee bingung, terlihat sedikit aneh jika ia memanggil Hyunjin dengan namanya sendiri, "can i call you with your middle name, it's kinda weird to call you with my name," balas Hyunjin sedikit takut.
"of course, i think i can do the same with you," balas pemuda itu lagi.
"My middle name is Floretta. You can call me Flo or Retta. So, how about you?"
"Flo sounds good. My middle name is Geovanni."
"Okay, Geo. Nice to meet you!" seru gadis itu dengan senyumnya. Sedetik kemudian ia merasa canggung sendiri karena lawannya tak bereaksi sama.
"Nice to meet you too, Flo. And please, jangan tatap aku dengan pandangan takut seperti itu," ujar Geo tampak sedikit tersinggung dengan tatapan Flo.
"Maafkan aku," ujar Flo buru-buru.
"Hyunjin kenapa lama sek—" Gowon menggantungkan ucapannya saat melihat sang temannya berbicara dengan pelaku pencurian ciuman pertama sang teman dilapangan Quidditch bulan lalu.
"I'm coming, Gowon!" seru Flo, "jadi, apa kita berteman sekarang?"
Hyunjin Winston mengangguk sebagai jawaban, membuat senyuman kecil tersemat di wajah rupawan gadis Gryffindor itu. Flo segera berbalik ingin menyusul Gowon, "Flo!" seru Geo.
"What?"
"Aku minta maaf tentang kejadian di lapangan Quidditch kemarin," ujar Geo ragu-ragu.
"Itu hanya kecelakaan, tak apa," balas Flo tersenyum kemudian segera berlalu menyusul Gowon. Senyum tak lepas dari wajahnya, ia percaya bahwa pemuda itu benar-benar tak seburuk kelihatannya. Benar adanya bahwa ia tak bisa menilai seseorang hanya dari sampulnya saja.
Hello, my new friend.
---
ayoo ucapin salam kenal dulu sama Flo dan Geo hihihi.
btw, aku double update ni.
tungguin yaaaaa 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Kids & Kiss ✓
FantasíaKetika ketiga pentolan Slytherin (tidak) sengaja mencium tiga gadis dari Gryffindor. [Amortentia Universe; Book 1] ©winniedepuh, 2020