Bagian 3: kok bisa?

285 53 4
                                    

Rea POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rea POV

Pagi ini terasa begitu aneh bagiku, seperti akan terjadi sesuatu. Tapi apa? Apa cuma aku saja yang merasakannya?

Kulihat Mama melakukan aktivitas seperti biasa di pagi hari dengan menyusun sarapan dimeja makan. Ayah sudah pergi kekantor pagi sekali aku tidak tau kenapa, mungkin ada rapat penting. Ayahku memang bukan Direktur atau Manager dikantornya, tapi Dia cukup berpengaruh penting disana mengingat pengabdiannya yang tak sebentar.

Kedua Abang tampan tampak baru selesai mandi jika dilihat dari rambut mereka yang tampak setengah basah atau mereka menggunakan gel rambut? Hmm, biarlah aku tak mengerti urusan laki laki dengan fashionnya.

"Berangkat sekarang dek?" tanya bang An setelah kita selesai sarapan.

Aku mengangguk mengiyakan "Abang bawa mobil lagi? apa motor masing masing?"

Maklum kedua abangku ini mempunyai motor sport masing masing, bang An berwarna hitam sedangkan bang Dro berwarna biru. Kerenkan abangku ini hehe..... sayang jomblo.

Untuk mobil cuma ada ada 2, satu dipakai Ayah atau Mama pake supir kang Jaro. Jangan tertawa oke, aku memanggilnya seperti itu, karna memang supir pribadi kami ini masih muda sektar 23 tahun.

Mobil yang satunya lagi biasa di pake bang An kesekolah. Aku? Nebenglah sama mereka, lagian Ayah juga tak mengizinkanku menggunakan kendaraan umum.

"Sekarang ini banyak kejahatan Ayah gak mau kamu kenapa kenapa".

Itu alasannya. Alasan yang selalu berhasil menjadikan salah satu abangku supir antar jemputku.

"Motor!" jawabanya singkat.

Aku kembali mangangguk sambil beranjak dari kursi dan membenarkan tasku. "Ma, Rea berangkat ya!"

"Iya, hati hati!" sahut Mama dari dalam, kami tidak sempat bersalaman dengan Mama karna masih sibuk di dapur.

Tidak ada yang aneh, mungkin perasaanku saja. Batinku

Rea end

Di sisi lain

Seorang pemuda menggunakan seragam khas anak SMA tak henti hentinya berdecak kesal, mengingat beberapa hari ini Ia baru saja pindah sekolah dan menemukan apa yang selama ini Ia cari.

Tapi dia belum berani untuk mencari titik terang, tentang apa yang terjadi pada kehidupannya yang sepertinya berkaitan dengan liontin sialan yang tak bisa lepas dari tubuhnya.

"Sial!" makinya.

Pernah sekali Ia membuang liontin itu kesungai dan menghilang terbawa arusnya. Namun paginya liontin itu sudah terpajang cantik di atas nakasnya yang tepat berada di samping ranjangnya.

Heran dengan apa yang terjadi Ia bertanya pada sang Ibu tentang apa yang Ia alami, sang Ibu hanya membalasnya dengan sebuah senyuman dan berkata 'Liontin itu sudah menjadi takdirmu sejak Momy menggunakannya saat mengandungmu'.

REKA [TAMAT] RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang