Voment...
Rea terbangun karena merasakan seuatu yang tak enak diwajahnya. Terasa seperti ada yang menepel pada wajahnya, terutama bagian matanya.
Dimana ini? Batin Rea bingung melihat dirinya sudah berada disebuah kamar.
Kamar dengan wangi maskulin khas laki laki. Dengan desain yang unik, tak ada satupun barang yang membuat Rea mengenal pemilik kamar itu. Rea menggerakan tubuhnya yang terasa pegal.
"Siapa yang membawaku kesini?" Rea mencoba mengingat apa yang terjadi pada dirinya.
"Aku ingat. Seseorang memukulku dan aku tak ingat apapun lagi setelah itu," Wajah Rea berubah panik dengan pikiran negatifnya. Seseorang menculiknya, iya pasti ada orang jah... eh. Rea melihat pantulannya dicermin bingung.
Oke, anggap dia norak karena mengagumi diri sendiri. Sejak kapan dirinya dirias seperti ini, dengan pakaian yang uh, pastinya mahal. Kali ini Rea harus mengakui, jika dirinya cantik.
Tok tok tok
Rea mendekat kearah pintu dengan hati hati, Ia mengintip melalui lubang kunci. Ada seseorang disana dengan pakaian khas pelayan hotel. Sepertinya bukan orang jahat, Rea membuka pintu dan memberi tatapan bingung pada sang pelayan.
"Nona, anda harus segera turun kebawah. Permisi," ucap pelayan itu langsung berlalu membuat Rea terpaksa menelan kembali pertanyaan dibibirnya.
Kepala Rea celingak celinguk memperhatikan lorong hotel. Sepi, tak ada satupun orang yang bisa ditanya. Tidak mungkin Rea harus bertanya pada angin, hah tak lucu. Rea berjalan disepanjang lorong dengan hati tak tenang, jantung berdegup kencang. Ia berdoa, dan memikirkan keluarganya yang mungkin mencarinya karena hilang. Oh, apa jangan jangan Rea dilaporkan menjadi orang hilang.
Sepertinya terlalu banyak berpikir, fokus Rea fokus. Ada sesuatu yang menantimu didepan, buruk atau baik kau harus menerimanya. Keluar dari lift, seorang pemuda lebih muda darinya menyodorkan setangkai bunga mawar pada Rea yang berjumlah 9.
"Kak ini untukmu, jalanlah kerestoran! Kau akan menemukan jawabannya." ucap pemuda itu, kemudian berlalu.
Rea menurut dengan jantung yang sudah dag dig dug seperti dikejar hantu. Ia mengerutkan keningnya melihat restoran yang gelap, tak ada cahaya penerangan kecuali dari luar.
"Kau menungguku?" bisik seseorang ditelinganya membuat bulu kuduk Rea berdiri. Suara ini? Rea menghapal suara ini . Sangat hapal, sampai sering terbawa mimpi.
Rea membalikan badannya, dan melihat seulet sosok pria yang membelakangi cahaya. Sehingga wajahnya tak terlihat karena gelap. "Azka," lirihnya pelan.
Mata Rea berkaca, Ia sangat merindungan pria ini. "Stt, aku tak suka kau menangis ingat! Aku datang bukan untuk membuatmu menangis."
Wajah Rea berubah cemberut, "Ini tangisan bahagia bodoh!" Mudah sekali moodnya berubah.
Azka terkekeh, "Kau menghancurkan suasana padahal belum kubuat," ucapnya gemas mencubit hidung Rea.
"Salahmu sendiri. Kenapa juga lampunya dimatikan, kau tau tak suka gelap."
"Oke, maafkan aku. Sekarang aku butuh jawabanmu?"
"Untuk apa?" uanya Rea bingung.
"Untuk ini!.
Tak.
Semua lampu hidup seketika, menjadikan penglihatan Rea jelas. Rea menggigit bawahnya, matanya berkaca melihat Azka bersideku menyodorkan sebuah kotak berisi cincin berlian didalamnya dan keempat laki laki yang Ia sayangi berdiri dibelakanag Azka dengan memegang tulisan cantik.
Alvin, Will. Alvero, You. Andick, Marry. Andro, Me.
Will You Merry Me?
Four A, Rea memanggil mereka begitu karena mereka memiliki nama berawalan sama A. Termasuk Azka, mereka pelindung Rea.
Terima
Terima
Terima
Sorakan itu membuat Rea sadar bahwa bukan hanya mereka disni. Sudah ada, sahabatnya, orang tua Azka dan orang tuanya termasuk paman bibinya.
"Jadi, nona Vennerea auzze rayyan. Maukah kau menikah denganku?" ucap Azka dengan suara sedikit gugup membuat Rea terkekeh kecil.
"Of course!"
Yey
Wajah Azka berbinar bahagia, Ia memasangkan cincin dijadi manis Rea dan memeluknya. Membuat Rea ikut tersenyum senang, apalagi Azka mengecup keningnya lama.
"Terima kasih, sayang!"
Rea hanya membalasnya dengan tawa ketika Azka memutarkan tubuhnya.
"Cie cie, seinget gue. Yang duluan jadian itu gue, tapi kenapa yang duluan lamaran lo ya," ceplos Lisa memasang wajah pura pura bingung membuat semua yang ada disana tertawa.
"Kode tuh bang," ucap Rea terkekeh geli.
Andrick hanya membalasnya dengan senyuman tipis. "Nanti ya sayang," bisiknya ditelinga Lisa.
Brak
Abaikan Lisa yang terlalu baper hingga membuat semua orang panik karens dirinya pingsan akibat ucapan manis Andrick. Padahal biasa aja ya, dianya yang overdosis baper. Apalagi kalo dilamaran beneran sepertinya Lisa kena strok.
_________________
Dah selesai ya Readers tercintaku...
Semoga suka jangan lupa tinggalkan jejak...
KAMU SEDANG MEMBACA
REKA [TAMAT] Revisi
Non-Fiction(Romance+Fiction) Sebuah liontin pemberian sang bunda, mampu membuat kehidupan Vinnerea berubah membingungkan. . . Dari kandasnya hubungan dengan kekasih? Sampai teror sebuah pesan rahasia? Menjadikan sebuah pertanyaan tanpa jawaban. Akankah pertany...