Part 23: Selesai

275 41 8
                                    

Voment💬🌟

Voment💬🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Cuaca mendung, awan gelap itu seakan mendukung suasana yang sedang berkabung.

Air mata Rea terus mengalir tanpa henti, gadis itu mengepal tangannya menahan perasaan sesal yang membuncah dihatinya. Menyesali mengapa waktu terasa begitu cepat, waktu bersama orang sangat dicintainya.

Bibir Rea kelu untuk berkata kata, lututnya bertumpu pada tanah merah yang masih segar. Sesekali tangannya mengusap tanah yang menggunduk dipenuhi bunga yang terlihat segar dan cantik namun tak secantik cuaca hari ini.

"Rea ikhlaskanlah!"

Alvin melihat adik kesayangannya itu seperti kehilangan arah hidup. Sayangnya dia tak bisa berbuat apa apa. Ini sudah takdir tuhan dan Alvin tak bisa mengelak itu.

Alvin memeluk Rea tangannya tak berhenti mengusap punggu Rea yang bergetar hebat. Menguatkan Rea itu sekarang yang harus dia lakukan.

"Kenapa dia gak bilang kalo penyakitnya makin parah kak. Hiks.. kenapa..hiks.. kenapa dia gak kasih tau Rea kalau dia kesakitan," Alvin semakin mengeratkan pelukannya pada Rea, tak mampu untuk menjawab.

"Rea nyesel... hiks. Rea nyesel gak datang lebih cepat.. hiks!"

Alvero hanya mampu diam tak bersuara dibelakang mereka. Tak bisa membantu sang kakak untuk menenangkan Rea

"Little girl!"

Melihat siapa yang memanggilnya, Rea langsung menghambur kepelukan orang itu.

"Sudah sayang, ikhlaskan dia. Kepergiannya akan terasa berat jika Rea seperti ini."

"Hiks... hiks.. Ayah janji sama Rea. Hiks.. kalo Ayah sakit, Ayah bakal bilang.. hiks," Rea menatap Fedrick dengan air mata yang mulai mereda.

Fedrick tersenyum menenagkan, mengecup kening putri kesayangnnya itu. "Ayah Janji!"

"Pulang ya!" tawar Fedrick, "Ayah gak mau kamu sakit".

Rea menatap gundukan tanah yang belum kering itu sendu, kemudian menatap Ayahnya dan mengangguk.

Alvin bernafas lega melihat itu, Rea memang sangat menyayangi Ayahnya jadi tak sulit untuk membujuknya bila ada Fedrick.

Dibelakangnya Alvero berdecak kesal. Alvin menatapnya bingung, "Tau begitu, aku akan membawa Om Fedrick lebih awal," ucap Alvero mengungkapkan kekesalannya.

Alvin hanya menggeleng pelan melihat sifat adiknya itu.

"Ayo, pulang!"

Mereka meninggalkan area pemakaman umum itu, tempat terakhir dimana orang yang mereka sayangi beristirahat dengan tenang.

Pada dasarnya setiap makhluk yang hidup akan berpulang pada sang penciptanya.


End
____________________

Aku berterima kasih buat kalian yang udah nyempetin waktu buat cerita sederhana aku ini.

Makasih dukunagnnya. Ya meskipun sedikit.

Buat Ekstra Partnya REKA, aku buatin kalo part ini udah dapet
Minimal🌟10 & 💬 5.

Kalian bisa tebak sendiri siapa yang meninggal.

REKA [TAMAT] RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang